Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh :
Khusnul Noviati NIM. 1111025100024
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
(2)
(3)
ii Khusnul Noviati (1111025100024). Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik. Dibawah bimbingan Ida Farida MLIS. Progam studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kebutuhan informasi, pencarian informasi serta kendala dan solusi pencarian informasi.penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan informasi mahasiswa tunanetra adalah informasi yang berkaitan dengan perkuliahan, teknologi, pengembangan diri, sejarah dan cara menggunakan software NVDA (Non Visual Desktop Acces) dalam bentuk braille, digital talking book, elektronik book, dan word . Proses pencarian informasi mahasiswa tunanetra sama dengan model Elis yang disempurnakan oleh wilson"A stage process version of ellis’s behavioural framework” yaitu Starting (permulaan pencarian informasi),
Chaining (pencarian dengan menghubungkan suber yang dicari dengan merujuk
rangkaian sitasi), Extracting (mengidentifikasi sumber informasi), Verifying (pengecekan sumber informasi), dan Ending (pemustaka mengakhiri pencarian informasi), namun perbedaannya terletak pada penggunaan alat bantu bagi tunanetra seperti DTB (digital talking book), alat pemutar DTB (digital talking book reader), komputer bicara dan braille. Dalam melakukan pencarian informasi Mahasiswa tunanetra menghadapi beberapa kendala seperti tidak adanya fasilitas yang memadai, kurang lengkapnya bahan pustaka di perpustakaan fakultas, dan kurang percaya diri karena keterbatasan yang mereka miliki. Dari kendaa yang ada mereka menemukan beberapa solusi yang dapat mereka gunakan dalam melakukan pencarian informasi seperti melakukan pencarian informasi di internet dengan menggunakan komputer bicara, menggunakan software NVDA (Non Visual Desktop Acces), mengajak teman dan bertanya pada pustakawan jika melakukan pencarian di perpustakaan.
Kata Kunci: kebutuhan informasi, akademik, perilaku pencarian informasi, mahasiswa tunanetra
(4)
iii Khusnul Noviati (1111025100024). The behaviour of visually impaired student in
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in Meet the Needs of Academic Information. Under the guidance of Ida Farida MLIS. Library Science Study Program Faculty of Adab and Humanities of the Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta, 2015.
The purpose of this study was to determine the information needs, information retrieval and problem also the solution. this study using descriptive method with qualitative approach. The results showed the information needs of visually impaired students is information relating to the lecture, technology, self-development, history and how to use the software NVDA (Non Visual Dekstop Access) in braille form, digital talking book, electronic book, word and also pdf file. The search process blind students are generally the same, and author use Elis and Wisson’s models "A stage process version of ellis’s behavioural framework” which is Starting (beginning of information retrieval), Chaining (search by linking source sought by reference to a series of citations), extracting (identifying resources), Verifying (checking of resources), and Ending (pemustaka end the search information), but in search of information blind students need tools like digital talking book, digital lalking book player, computer speech and braille. The obstacles faced by visually impaired students is the lack of adequate facilities, incomplete library materials in the faculty library, lack of confidence and the limitations they had. The solution of these obstacles is searchin in the internet using a talk computer, use a soft ware NVDA (Non Visual Dekstop Access), if going to library they ask the librarian and also invite friends.
Keywords: information needs, academic, information seeking behavior, visually impaired students
(5)
iv Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi rabbi yang telah memberikan kecerdasan, rahmat, dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat dan salam senantiasa disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia ini dengan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perilaku Mahasiswa Tunanetra Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik”.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis berkat kerja keras serta dukungan dan doa dari berbagai pihak yang banyak membantu penulis dalam melakukan penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Pungki Purnomo, MLIS, selaku ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kedua orang tua, 3. Mukmin Suprayogi. M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Ida Farida, MLIS, Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan masukan pada penulis
5. Bapak Parhan Hidayat, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis
6. Akademik pusat UIN syarif hidayatulla yang telah memberikan data kepada penulis
(6)
v Syarif Hidayatullah Jakarta yang bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini
8. Segenap dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis
9. Ahmad Inus Sugiarto, Widhia Oktaverianti, S.IP, Annisa Marliani Yulinar, S.IP, Lailatifa Febriana, S.IP, Chaerunnisa, S.IP, Bamas Prasprasetyo, Hafis Salim Arbie, Lidia, S.IP yang selalu memberikan semangat dan arahan untu penulis
10.Seluruh sabat Ilmu perpustakaan angkatan 2011, semoga kita selalu dalam ikatan persabatan dan tali silaturahmi
11.Sarah Maria Ulfah dan seluruh sahabat MA Al- Zaytun angkatan tujuh (SWAT) yang selalu memberikan dorongan dan membuat penulis selalu termotifasi dalam menyelesaikan skripsi
12.Alumni JIP UIN, yang telah memberikan motifasi bagi penulis
13.Kedua orang tua, Bapak Sucipto dan Ibu Wainah yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam mendidik, membimbing penulis, serta doa yang tak pernah berhenti untuk penulis
14.Adik Fitri Nur Eliyasa, Furkon Alhakim, Fahmi Aulia, Kamal Ikhsan dan Safira Maiftel Hayat yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
15.Untuk semua pihak yang telah membantu menulis, dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas motivasi , semangat dan bantuannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai
(7)
vi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan.
Jakarta, 04 Februari 2016
(8)
vii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
1. Pembatasan Masalah... 5
2. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Manfaat Penelitian ... 7
D. Definisi Istilah... 7
1. Perilaku Pencarian Informasi... 7
2. Mahasiswa Tunanetra ... 8
3. Kebutuhan Informasi ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Mahasiswa Tunanetra ... 11
1. Mahasiswa ... 11
2. Tunanetra ... 12
(9)
viii
1. Kebutuhan Informasi ... 14
2. Sumber Informasi ... 17
C. Perilaku Pencarian Informasi ... 20
1. Perilaku Pencarian Informasi... 20
2. Model Perilaku pencarian Informasi ... 22
D. Penelitian Terdahulu ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 31
B. Sumber Data ... 32
1. Data Primer ... 32
2. Data Sekunder ... 32
3. Informan ... 32
C. Teknik Pengumpulan Data ... 34
1. Observasi ... 34
2. Wawancara ... 35
3. Dokumentasi ... 35
D. Teknik Analisis Data ... 35
1. Reduksi data ... 36
2. Penyajian Data ... 36
3. Penarikan Kesimpulan ... 36
E. Jadwal Penelitian ... 37
BAB IV GAMBARAN UMUM, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Profil Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta... 38
1. Sejarah Singkat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 38
2. Visi dan Misi ... 39
3. Struktur Organisasi ... 40
(10)
ix 1. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Tunanetra ... 43 2. Perilaku Mahasiswa Tunanetra Dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi Akademik ... 49 3. Kendala dan Solusi Mahasiswa Tunanetra dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi Akademik ... 62 C. Pembahasan ... 66 1. Kebutuhan Mahasiswa Tunanetra ... 66 2. Perilaku Mahasiswa Tunanetra Dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi Akademik ... 67 3. Kendala dan Solusi Mahasiswa Tunanetra dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi Akademik ... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA... 80 LAMPIRAN- LAMPIRAN
(11)
x Tabel 1. Struktur Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 40 Tabel 2. Data Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2014 ... 41 Tabel 3. Tahapan Kegiatan Pencarian Informasi Mahasiswa Tunanetra ... 61
(12)
xi Gambar 1. Phases in the Scientific Information System ... 21 Gambar 2. Wilson’s Model of Information Behavior ... 24 Gambar 3. Model Pencarian Informasi Menurut Elis ... 28 Gambar 4. Proses pencarian informasi mahasiswa tunanetra UIN
(13)
1 A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang memiliki hak yang sama dalam memenuhi kebutuhan informasi baik orang yang memiliki fisik sempurna maupun mereka yang memiliki kebutuhan khusus seperti tuna netra. Baik mereka yang memiliki fisik sempurna maupun tunanetra pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang terlampau jauh walaupun mereka berpenglihatan kurang ataupun tidak dapat melihat mereka tetap membutuhkan informasi terutama bagi mereka yang sedang mengenyang pendidikan. Cara memenuhi kebutuhan informasinya pun sama hanya saja tunanetra membutuhkan alat bantu seperti digital talking book, komputer bicara, braille dan lainya untuk menggunakan atau memanfaatkan sumber informasi yang ada. Tak jarang mereka mendapati kesulitan dalam melakukan pencarian informasi bila alat bantu bagi tunanetra tidak tersedia karena mereka harus melakukan beberapa langkah dalam memperoleh informasi seperti menganalisa apa kebutuhan akademik mereka, mencari bahan yang dibutuhkan dengan cara meminta bantuan teman untuk membacakan sebagian isi buku, setelah buku atau informasi yang mereka cari sudah didapatkan mereka haruslah menscan bahan tersebut kedalam bentuk PDF (Portable Documen Format) setelah itu
(14)
mereka barulah dapat memanfaatkan bahan tersebut menggunakan komputer bicara.1
Dengan keterbatasannya tersebut mereka tetap semangat dalam menimba ilmu dan bahkan banyak dari mereka yang sukses hingga mendapatkan gelar sarjana. Namun ironinya di negara kita banyak masyarakat khususnya mahasiswa yang gagal dalam studi mereka karena berbagai alasan padahal mereka memiliki fisik yang sempurna dan dapat langsung memanfaatkan sumber informasi yang ada tanpa harus menggunakan alat bantu dalam memenuhi informasi akademik.
Dalam dunia pendidikan khususnya di perguruan tinngi informasi sangatlah penting dan mendasar guna memenuhi kebutuhan akademik karena kegiatan perkuliahan erat kaitannya dengan informasi sehingga informasi sangatlah mendukung kegiatan akedemik dalam perguruan tinggi. Kebutuhan informasi dan cara memperoleh informasi antar mahasiswa berbeda dan beragam, ada yang datang ke perpustakaan, mencari di internet, bertanya pada teman, membaca jurnal, koran dan lainya.
Dalam Undang- undang No. 4 tahun 1997 pasal 6 dijelaskan mengenai hak akses bagi penyandang cacat yang dilindungi oleh hukum menyebutkan bahwa mereka berhak memperoleh haknya untuk aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluaga dan masyarakat.2
1
Wawancara Pribadi dengan Rafik, Pamulang: 23 Oktober 2014 2
(15)
Berangkat dari undang- undang tersebut maka pemenuhan informasi bagi penyandang cacat disebutkan pada nomor empat dan enam. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama khususnya perpustakaan untuk memenuhi dan memberikan akses bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Hal diatas dapat juga diuraikan bahwa penyandang cacat khususnya tunanetra memiliki hak yang sama dalam akses informasi sesuai dangan kebutuhan mereka dengan memberikan alat bantu yang dapat memudahkan mereka dalam menelusur informasi. Dengan demikian penyandang tunanetra akan mendapat hak sama dan tidak merasa tertinggal dengan yang lainnya karena informasi yang mereka dapatkan sama dengan orang lain.
Dalam UUD 1945 pasal 28f dibahas pula hak yang sama bagi setiap orang tanpa memandang fisik, ras, dan status ekonomi dalam kebebasan mengakses informasi. Dalam undang- undang tersebut dijelaskan bahwa setiaporang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Dalam Deklarasi Glasgow IFLA tahun 2002 disebutkan bahwa: Libraries and information services shall make materials, facilities, and
(16)
any reason including race, national or ethnic origin, gender or sexual
preference, age, disability, religion, or political beliefs.3
Perpustakaan dan penyedia informasi haruslah membuat bahan pustaka, fasilitas, dan pelayanan perpustakaan dapat diakses atau dapat digunakan oleh semua pengguna. Tidak ada deskriminasi dengan alasan apapun baik itu ras, kebangsaan atau etnis, jenis kelamin, usia, penyandang cacat, agama atau politik. Dari undang- undang dan hasil deklarasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap orang berhak mendapatkan, mencari serta mengakses informasi baik di perpustakaan maupun di tempat lain tanpa membedakan status sosial, ras, dan juga fisik. Hal ini berlaku juga bagi tunanetra dan penyandang cacat lainnya karena hak mereka di lindungi oleh undang- undang. Oleh karenanya setiap instansi yang terkait dengan bidng keilmuan dan informasi haruslah menyediakan sarana bagi tunanetra guna mendapatkan informasi dan pendidikan agar mereka tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka.
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah merupakan salah satu universitas yang memiliki mahasiswa berkebutuhan khusus yaitu tunanetra. Walaupun mereka menjadi kelompok minoritas namun mereka dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan di atntara mereka sudah ada yang menyelesaikan jenjang S1. Walaupun mereka mengalami keterbatasan fisik dan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka dalam memenuhi tugas akademik mereka tetap berusaha belajar dan bekerja
3
Helen Brazier, Library and Information Service for Visually Impaired People, Library Trends: Vol. 55, No. 4, Spring 2007, h. 868
(17)
keras dalam menempuh pendidikan di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Keberhasilan dan cara mahasiswa tunanetra memenuhi kebutuhan informasi akademik dari keterbatasan yang mereka miliki menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk membahas penelitian yang berjudul: Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik.
B. Pembatasan dan Perumusan masalah 1. Pembatasan masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka penulis membatasi penelitian pada:
a. Informasi yang dibutuhkan mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan akademik.
b. Perilaku pencarian informasi mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik.
c. Kendala dan solusi yang dilakukan mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi.
(18)
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berokut :
a. Informasi apa yang dibutuhkan mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan akademik ?
b. Bagaimana perilaku pencarian informasi mehasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik ?
c. Kendala dan solusi apa yang dilakukan mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skipsi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kebutuhan mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik.
b. Untuk mengetahui prilaku pencarian informasi mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik. c. Untuk mengetahui kendala dan solusi yang dilakukan
mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik.
(19)
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Lembaga
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada peneliti untuk memberikan saran dan masukan yang bermanfaat kepada pihak-pihak yang terkait dengan lembaga perguruan tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan adanya saran dan masukan dari peneliti, diharapkan pihak UIN Syarif Hidayatullah dapat menjadikan saran dan masukan tersebut sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap terciptanya perpustakaan yang ramah terhadap tunanetra.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan pemahaman dan menambah khazanah ilmu pengetahuan serta sebagai alat pembelajaran sebelum terjun langsung di masyarakat. D. Definisi Istilah
1. Perilaku Pencarian informasi
Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau keadaan lingkunganya.4 Perilaku merupakan suatu respon atau tanggapan dari seseorang karena adanya rangsangan dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan individu itu sendiri. Perilaku pencarian informasi merupakan keseluhuran perilaku manusia berkaitan dengan
4
Kemendibud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada 30 Januari 2015dari
(20)
sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun pasif.5
2. Mahasiswa Tunanetra
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Dalam kamus besar bahasa indonesia tunanetra adalah tadak dapat melihat atau buta.6 Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) dan mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas / low vision).7 Jadi mahasiswa tunanetra adalah orang yang belajar di perguruan tinggi dan memiliki kebutuhan khusus karena tidak dapat melihat dan berpenglihatan kurang jelas serta membutuhkan alat bantu untuk melihat.
3. Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi ialah kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang untuk meningkatkan pengetahuan guna menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
5
Muhammad Yusuf Pawit dan Yahya Suhendar, Pedoman penyelenggaraan Perpustakaan sekolah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 100
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada tanggal 04 Desember 2014dari
http://kbbi.web.id/tunanetra
(21)
E. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun proposal penelitian ini, peneliti membagi ke dalam 5 (lima) bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah, penelitian relevan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini peneliti akan membahas kerangka teoritis tentang pengertian tunanetra, pembagian tuanetra, pengertian prilaku, penelusuran informasi, dan kebutuhan informasi akademik.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini peneliti akan membahas tentang pengertian tunanetra, penyebab kebutaan, profil tunanetra dan motifasi mereka dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas tentang prosedur penelitian, analis data yang berisi Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi akademik. faktor pendukung dan penghambat mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik, strategi mahasiswa tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik, dan solusi dari kendala yang dihadapi.
(22)
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.
(23)
11 A. Mahasiswa Tunanetra
1. Mahasiswa
Secara umum mahasiswa dapat diartikan sebagai mereka yang sedang menempuh atau belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa terdiri dari dua kata yang keduanya memiliki makna besar atau agung dari kata “maha” sedangkan orang yang sedang belajar adalah makna dari kata “siswa”, dari kedua kata tersebut mahasiswa memiliki arti siswa yang agung atau siswa yang berada pada tingkatan tertinggi dalam dunia pendidikan.
Dalam PP. No 30 Tentang Pendidikan tinggi disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu yaitu lembaga pendidikan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian sehingga mahasiswa adalah anggota dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan “elit” intelektual dengan tanggung jawab terhadap ilmu dan masyarakat yang melekat pada dirinya, sesuai dengan “tridarma” lembaga tempat ia bernaung.1
1
(24)
2. Tunanetra
Secara umum tunanetra merupakan orang yang memiliki kebutuhan khusus yaitu tidak dapat melihat baik yang disebabkan oleh kecelakan dan sebagainya ataupun sudah mengalami kebutaan sejak lahir. Dalam kamus besar bahasa indonesia tunanetra adalah orang yang tadak dapat melihat atau buta.2
Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) dan mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas / low vision). Tunanetra juga dapat diartikan sebagai orang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan mereka. Tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain:
a. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu) meter.
b. Ketajaman penglihatan 20 atau 200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
c. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20.3
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada 04 Desember 2014 dari
http://kbbi.web.id/tunanetra
3
Pertuni , Persatuan Tunanetra Indonesian Blind Union, diakses pada 04 Desember 2014 dari http://pertuni.idp-europe.org/
(25)
Tunanetra adalah seseorang yang mempunyai penglihatan tetapi mengalami keterbatasan pada indra penglihatannya sehingga mereka kesulitan dalam membaca tulisan meskipun sudah menggunakan alat bantu kaca pembesar/ kacamata. Dari pengertian- pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tunanetra adalah orang yang tidak dapat melihat atau buta dan junga arang yang berpenglihatan kurang karena hanya dapat melihat pada jarak tertentu, kebutaan tersebut dapat terjadi karena bawaan dari lahir dan juga karena penyakit atau akibat dari kecelakaan.
3. Mahasiswa Tunanetra
Dari dua pengertian mengenai mahasiswa dan tunanetra tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tunanetra adalah pelajar yang menimba ilmu di perguruan tinggi namun memiliki kebutuhan khusus atau tidak dapat melihat. Mahasiswa tunanetra juga dapat diartikan sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi namun tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) dan mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata. Dengan kata lain mahasiswa tunanetra merupakan seseorang yang memiliki kebutuhan khusus yang dalam pendidikannya harus dibantu oleh alat bantu untuk memenuhi kebutuhan informasi akademiknya.
(26)
B. Kebutuhan Informasi Akademik 1. Kebutuhan Informasi
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki kebutuhan baik itu kebutuhan primer, sekunder atau kebutuhan tersier. Kebutuhan setiap orang pun berbeda antar satu dengan yang lainnya. Informasi adalah salah satu kebutuhan yang hampir seluruh orang membutuhkannya. Jadi kebutuhan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diperlukan oleh seseorang dalam menunjang kehidupannya dan harus dipenuhi. Kebutuhan menurut Burton dan Merril need is a discrepancy between
what it is and what should be. Kebutuhan merpakan suatu perbedaan
(discrepancy) antara kenyataan yang seharusnya ada dengan kenyataan yang ada pada saat ini.4
Setiap orang baik anak- anak, orang dewasa, pejabat, orang biasa, dan bahkan orang berkebutuhan khusus membutuhkan informasi, karena informasi merupakan kebutuhan yang mendasar pada saat ini. Dewasa ini perkembangan informasi sangatlah cepat karena dalam hitungan menit bahkan detik informasi yang ada terus bertambah untuk memenuhi kebutuhan informasi setiap orang. Dengan informasi kita dapat mengetahui apa yang tidak diketahui dan dapat menambah wawasan kita.
Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia adalah kebutuhan akan informasi dimana seseorang selalu merasa perlu untuk memenuhi
4
Thomas M Sherman, Instructional decision-makking: a guide to responsive instructions, (Virginia: Educational Technology Publications Englewood Clifs, 1980), h. 50
(27)
kebutuhan informasinya. Informasi merupakan kumpulan data atau uraian dari sebuah data, kemudian data tersebut dioleh agar menjadi informasi sehingga dapat di akses dan dimanfaatkan oleh kita semua. Informasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menghilangkan ketidakpastian, data yang tersusun rapih dan juga data yang diolah kedalam suatu bentuk yang bermakna dan dapat difahami. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia informasi dapat diartikan sebagai 1. Penerangan, 2. Keterngan; pemberitahuan; kabar atau berita (tentang); 3. Keseluruhan makna yang menunjang amanat, telah terlihat didalam bagian- bagian amanat itu.5
Informasi juga dapat diartikan sebagai data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu dan keputusan mendatang.6 Dengan demikian informasi merupakan data yang telah diolah menjadi informasi agar dapat difahami dan dimanfaatkan oleh banyak orang. Dengan informasi kita dapat mengetahui apapun yang tidak kita mengerti dan juga dapat memberikan pemahaman bagi orang yang tidak mengetahui akan suatu hal.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada 04 Desember 2014 dari
http://kbbi.web.id/tunanetra
6
(28)
Informasi merupakan suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan- putusan yang dibuat.7 Sedangkan menurut Kenneth C. Laudon dalam buku sistem informasi manajemen dinyatakan bahwa information is data that have been shaped into a
form that is meaningful and useful to human being. Dengan demikian
informasi dapat diartikan sebagai data yang sudah dibentuk atau dirubah kedalam bentuk formulir yang dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh manusia.8 Informasi juga dapat diartikan sebagai berita yang mengandung maksud, atau pengalaman atau pengetahuan yang dikomunikasikan kepada orang lain melalui berbagai media. Informasi adalah konsep yang universal dalam jumlah muatan yang besar, meliputi banyak hal dalam ruang lingkup masing- masing dan terekam pada sejumlah media yang selanjutnya disebut bahan perpustakaan (dokumen) yang menjadi koleksi perpustakaan.9
Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan informasi merupakan kebutuhan seseorang mengenai informasi dengan subjek yang beragam dan dapat ditemukan di perpustakaan. Menurut wilson kebutuhan informasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak mendasar seperti kebutuhan akan tempat tinggal dan keperluan lain yang
7
M. Yusup Pawit, Teori & Praktik Penelusuran Informasi: Information Retrieval, (Jakarta: Kencana 2010), h.1
8Chr. Jimmy L. Gaol, Sistem Informasi Manajemen “Pemahaman dan Aplikasi”, (Jakarta:
Pt. Grasindo 2008), h. 8
9
(29)
dibutuhkan untuk bertahan hidup, namun informasi merupakan kebutuhan sekunder yang muncul atau timbul dari keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan primer.10
Selain itu kebutuhan informasi didorong oleh ras ingin tahu seseorang akan suatu hal dan karena keinginan seseorang untuk mendapatkan informasi karena kurangnya informasi yang ia miliki sehingga ia merasa membutuhkan informasi tersebut karena kurangnya pengetahuan yang ia miliki. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi merupakan kebutuhan seseorang dalam hal pemenuhan informasi yang disebabkan oleh rasa inggin tahu, kekurangan informasi dan kewajiban dalam memenuhi atau mendapatkan informasi. Sedangkan kebutuhan informasi akademik merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan akademik seperti perkuliahan, pengerjaan tugas, PKL, KKN dan sebagainya. Kebutuhan informasi akademik merupakan kebutuhan yang didorong oleh kebutukan pelajar atau mahasiswa dalam hal pendidikan.
2. Sumber Informasi
Dalam memenuhi kebukebutuhan informasi sesorang membutuhkan sumber informasi yang menjadi yang menghubungkan antara
10
Wilson, Tom D. , On user studies and information needs, (Journal of documentation: 37.1 ,1981), hal 3-15. Diakses pada 16 Maret 2015 melalui
(30)
pengguna informasi dengan informasi itu sendiri. Dalam melakukan pencarian informasi seseorang dapat mengakses sumber informasi seperti perpustakaan, pusat informasi dan arsip, bertanya pada dosen dan juga toko buku. Menurut Astuti sumber perolehan informasi adalah media tersimpannya informasi yang terbagi dalam tiga kategori yaitu:
a. Manusia (dosen, teman, pustakawan atau oarng yang lebih paham)
Pada dasarnya mmanusia selalu membutuhkan bantuan orang lain karena memang sifat dasar manusia yang merupakan makhluk sosial. Dengan kata lain jika seseorang membutuhkan suatu inforasi maka tak jarang ia akan bertanya pada orang lain dengan cara mengkomunikasikan apa yang ingin dicarinya kepada orang lain.
b. Media
Media merupakan sumber informasi yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan tersebut mengakibatkan arus informasi yang semakin cepat dan beragam hal ini memicu terciptanya media informasi berupa internet yang didalamnya banyak terdapat informasi dari berbagai subjek. c. Lembaga Informasi (perpustakaan, pusat dokumentasi dan arsip)
Saluran informasi dibedakan menjadi dua yaitu saluran formal dan informal. Perpustakaan, pusat dokumentasi, dan arsip
(31)
merupakan saluran informasi formal sedangkan teman sejawat dan yang lainnya merupakan sumber informasi formal.
Berdasarkan bentuknya jenis informasi dibedakan menjadi informasi primer, sekunder, dan tersier. menurut Sulistyo Basuki sumber- sumber informasi suber informasi dibagi menjadi tiga yaitu:11
a. Sumber Informas Primer
Sumber informasi primer merupakan sebuah karya yang ditulis langsung oleh peneliti dan bukan merupakan karya tejemahan dan karya saduran. Dalam hal ini yang termasuk kedalam sumber informasi primer adalah majalah ilmiah, hasil penelitin, skripsi, buku teks paten dan standar.
b. Sumber Informasi Sekunder
Sumber informasi sekunder merupakan alat untuk menemukan sumber informasi primer yang dikemas untuk mempermudah perolehan informasi primer. Sumber informas sekunder antara lain adalah: kamus, bibliografi, ensiklopedia, indeks, abstrak, dan katalog perpustakaan.
c. Sumber Informasi Tersier
Merupakan dokumen yang berisi informasi tentang dokumen sekunder dan didalamnya terdapat rangkuman yang bersumber dari informasi sekunder dan primer. Direktori dan bibliografi merupakan contoh dari sumber informasi tersier.
11
(32)
C. Perilaku Pencarian Informasi
Dalam memenuhi kebutuhannya setiap orang memiliki kebutuhan dengan cara memperoleh yang berbeda. Dengan kebutuhan yang berbeda tersebut perilaku tiap orang pun berbeda sesuai dengn tingkat kebutuhan dan keinginannya dalam memperoleh informasi.
Perilaku merupakan respon dari rangsangan yang mengakibatkan seseorang melakukan suatu hal. Perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar dan dari dalam diri seseorang, selain itu perilaku merupakan tindakan yang didorong oleh kebutuhan seseorang akan sesuatu. Perilaku merupakan perbuatan atau tingkah laku yang merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau keadaan lingkunganya.12 Perilaku adalah setiap tindakan yang digunakan sebagai alat atau cara agar dapat mencapai satu tujuan sehingga kebutuhan terpenuhi atau suatu kehendak terpuaskan.13 Dengan demikian perilaku dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau tindakan yang terbentuk karena adanya dorongan, respon dan juga kebutuhan seseorang.
1. Perilaku Pencarian Informasi
Tindakan atau tingkah laku seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi menggambarkan perilaku pencarian informasi yang dilakukan seseorang guna memenuhi kebutuhannya. Perilaku
12
Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada 30 Januari 2015 di
http://kbbi.web.id/perilaku
13
Yasir Riady, Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Program Doktoral Dalam Penyusunan Disertasi, Visi Pustaka vol. 15, No.2, (Agustus 2003) h. 109
(33)
pencarian informasi merupakan seluruh tindakan seseorang yang berkaitan atau berhubungan dengan sumber dan penghubung informasi baik aktif maupun pasif dalam pencarian atau penggunaan informasi. Menurut panen perilaku pencarian infomasi merupakan perilaku seseorang yang selalu bergerak berdasarkan ruang dan waktu, mencari informasi untuk menjawab tantangan, menentukan fakta, menjawab pertanyaan dan memehami masalah.
Model komunikasi manusia secara umum khususnya pada pencarian informasi dalam sistem informasi terdapat hubungan antara kebutuhan informasi dengan pencarian informasi dan pemanfaatan informasi pada gambar 1.14
Gambar 1. Phases in the Scientific Information System
14
Ibid
Information needs
Information seeking & Exchange
Information Uses
Information organization and
(34)
2. Model Perilaku Pencarian Informasi
Dalam memenuhi kebutuhan informasinya seseorang dapat melakukan kegiatan yang dapat memenuhi rasa ingin tahunya akan suatu hal, kegiatan seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasi dalam berbagai bentuk dan media disebut perilaku pencarian informasi. Perilaku pencarian informasi merupakan perilaku seseorang yang selalu terus bergerak berdasarkan lintas ruang dan waktu, mencari informasi untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi, menentukan fakta, memecahkan masalah menjawab pertanyaan dan memahami suatu masalah.15 Jadi antara pencarian informasi dan pemenuhan kebutuhan informasi sangatlah berhubungan satu sama lain, karena dalam memenuhi kebutuhan informasi seseorang haruslah melakukan pencarian informasi.
Perilaku pencarian informasi adalah pencarian informasi denga konsekuensi untuk memenuhi kebutuhan dengan beberapa tujuan. Dalam pencarian seseorang dapat berinteraksi dengan panduan dari sebuah sistem informasi, koran dan perpustakaan, atau komputer berbasis sistem seperti World Wide Web. Dalam melakukan pencarian informasi ada beberapa model yang dapat digunakan dalam pencarian informasi seperti model pencarian informasi yang dikemukaan oleh Kulhtau yaitu Information Search Process (ISP) dalam ISP pencarian informasi terdiri dari enam tahap dengan tahapan awal
15
(35)
a. Inisiasi (initiation) pada tahapan ini seseorang sadar bahwa mereka kurang akan pengetahuan atau pemahaman atau kurannya informasi yang dibutuhkan sehingga ia merasa membutuhkan untuk mencari informasi.
b. Seleksi (selection) dalam hal seleksi seseorang melakukan identifikasi dan memilih topik atau apa yang akan dicarinya. Pada tahap ini seseorang sudah merasa siap untuk memulai pencarian informasi karena sudah melakukan penyeleksian.
c. Eksplorasi (Exploration) Pada tahap ini pencari informasi berhubungan langsung dengan perantara (intermediary). Pencari informasi pada tahap ini akan merasa sulitan dan bingung karena pencari informasi tidak dapat mengatakan atau mengemukakan apa yang sebenarnya akan ia cari atau butuhkan.
d. Formulasi (Formulation) Pada saat formulasi rasa ketidak pastian dan keraguan seorang pencari informasi mulai berkurang dan sebaliknya rasa percaya diri seseorang mulai tumbuh dan meningkat. Pada masa ini fikiran seseorang mulai fokus dan berorientasi pada suatu topik tertentu. Pada tahapan ini seseorang memfokuskan pencarian pada masalah yang sedang diteliti dengan mengidentifikasi dan memilih ide yang berfokus pada topik informasi
e. Koleksi/ penggumpulan (collection) sehingga hubungan atara pencari informasi dan sistem informasi menjadi efektif dan
(36)
efisien. Pada tahapan ini tugas pencari informasi adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dan berfokus pada topik.
f. Presentasi (presentation) pada tahap ini semua penelusuran dapat terselesaikan dan akan muncul perasaan lega dan puas yang umum terjadi bila pencarian berjalan dengan baik namun sebaliknya akan mengecewakan jika hasil tidak sesuai dengan topik yang dicari.16
Sedangkan model pencarian inforasi menurut wilson tahun 1981 dengan model inforamasi yang dikenal dengan a model of information
behavior. Dalam model ini ditekankan mengenai keinginan dari
seseorang untuk memenuhi kebutuhanya akan informasi dan hambatan atau (barries) dalam memenuhi kebutuhannya. Berikut merupakan model yang dikemukakan oleh Wilson.17
16
Kuhlthau, Carol C. , Inside the search process: Information seeking from the user's perspective. (JASIS` 42.5 1991) h. 361-371.
17
Wilson, T. D, On User Studies and Information needs, Journal of Documentation Vol. 62 No. 6, (Emerald:2006)658-670
(37)
Gambar 2. Wilson’s model of information behavior
Dari gambar diatas dapat dijabarkan bahwa pencarian informasi seseorang diawali dari kebutuhan seseorang akan informasi sehingga mereka melakukan pencarian informasi yang dapat dilakukan dengan cara bertukar informasi, menggunakan atau merujuk sumber informasi dan sistem informasi. Dalam gambar diatas dijelaskan bila pencarian menggunakan sumber informasi dan sistem informasi maka pencarian informasi dapat menghasilkan dua kemungkinan yaitu sukses atau gagal, bila pencarin sukses maka informasi dapat digunakan dan dapat dibagikan pada orang lain. Sedangkan bila gagal maka kegiatan akan berhenti. Dalam model ini seseorang yang melakukan pencarian informasi akan mendapatkan hasil pencarian yang memuaskan atau tidak memuaskan bila hasil tidak memuaskan pencarian akan berhenti.
(38)
Sedangkan Elis dalam penelitiannya behavioral model of seeking
strategies. Elis merumuskan model pencarian informasi sebagai
berikut:
a. Starting the means employed by the user to begin seeking
information, for example, asking some knowledgeable colleague.
Starting diartikan oleh pengguna untuk memulai pencarian informasi misalnya, bertanya kepada rekan yang berpengetahuan luas. Starting merupakan suatu aktifitas dimana seseorang mulai melakukan pencarian informasi menggunakan bahan rujukan dan mulai memilih informasi yang cocok dengan kebutuhannya.
b. Chaining following footnotes and citations in known material or
“forward” chaining from known items through citation indexes.
Chaining ialah mengikuti saluran (rantai) catatan kaki dan kutipan
yang ada dalam bahan pustaka yang diketahui atau melanjutkan rantai dari bahan pustaka yang dikenal melalui indeks rujukan, sitasi dan sejenisnya. Pada periode ini seseorang mulai melakukan pencarian informasi dengan mengutip bentuk dari bahan rujukan pada suatu dokumen dengan mengikuti rangkaian saluran atau rantai yang menghubungkan bahan rujukan dengan alat pencarian berupa sitasi, indeks dan lainnya.
c. Browsingsemi-directed or semi-structured searching.
Browsing adalah sebuah peencarian yang semi terstruktur dan terarah. Kegiatan pada vase ini merupakan kegiatan pencarian
(39)
yang mulai terarah dan mulai terstruktur ditandai dengan pencarian yang mengarah pada bidang sesuai minat melalui abstrak dari penelitian, daftar isi dan lainnya.
d. Differentiatingusing known differences in information sources as
a way of filtering the amount of information obtained.
Differentiating ialah membedakan dengan cara mengetahui perbedaan dalam sumber informasi sebagai suatu cara untuk memilih dari banyaknya informasi yang diperoleh. Pada kegiatan ini seseorang memilih dari seluh peolehan pencarian informasi untuk memeriksa kualitas maupun isi dokumen dengan cara menggunakan ciri- ciri sumber informasi tersebut.
e. Monitoring keeping up-to-date or current awareness searching.
Monitoring ialah memantau dengan cara menjaga pencarian agar
tetap up-to-date atau tetap terkini. Merupakan kegiatan dimamana seseoranga mulai menjaga atau memantau perkembangan pencariannya dengan cara memfokuskan pada beberapa sumber informasi yang telah ia pilih.
f. Extracting selectively identifying relevant material in an
information source. Pada kegiatan ini pencarian dilakukan dengan
cara yang lebih sisematis dengan cara mengambil, memisahkan atau mengidentifikasi secara lebih selektif sumber informasi yang diminatinya.
(40)
g. Verifying checking the accuracy of information. Pada kegitan ini dilakukan verifikasi atau pengecekan ketepatan terhadap sumber informasi yang didapat apakah sudah sesuai atau belum dengan apa yang ia cari.
h. Ending which may be defined as “tying up loose ends” through a
final search. Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari suatu
pencarian informasi dimana kegiatan pencarian dihentikan karena usainya kegiatan penulisan atau penelitian.18
Berikut ini merupakan tabel mengenai model pencarian informasi yang dikemukakan oleh Elis, Proses pencarian dilakukan pada awal proses adalah sterting sedangkan akhir dari proses pencarian informasi adalah ending.19
18
Wilson, Thomas D, Human information behavior, ( Informing science 3.2: 2000), h 49-56 19Abkarina Musa’adah,
Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung, (Semarang: Universitas Diponegoro Semarang, 2013), h. 14
Gambar 3. Model Pencarian Informasi Menurut Ellis
Starting Chaning Differe
ntiating Extracting
Ending Browsing
(41)
Berdasarkan penjelasan Ellis mengenai hubungan antara pola perilaku pencarian informasi individu bergantung pada lingkungan kegiatan pencarian informasi keduanya saling bersangkutan dan berkaitan satu sama lain saat melakukan pencarian informasi. Ellis mengatakan bahwa starting tetap merupakan proses permulaan, sedangkan
extracting harus mengikuti perilaku khusus seperti chaining.
Berdasarkan penjelasan tersebut Wilson mengusulkan revisi model ellis yang kemudian disebut dengan A stage process version of ellis’s
behavioural framework dengan proses sebagai berikut : Starting-
Chaining- Extracting- Verifying- Ending20
Menurut Wilson browsing, monitoring, dan differentiating bukanlah tahapan pencarian informasi melainkan prosedur atau metode pencarian informasi.21
Berdasrkan model Kulhtau, Eliss dan Wilson dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pencarian informasi seseorang memiliki pola atau rangkaian pencarian informasi yang di mulai dari rasa ingin tahu dan kebutuhan individu sampai pada tahapan penggunaan informasi.
20
Yasir Riady, Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Program Doktoral Dalam Penyusunan Disertasi, Visi Pustaka, Vol. 15, No. 2 (Agustus: 2013), h. 110
21
Wilson, T.D. (1999) "Models in information behaviour research" Journal of Documentation, 55(3) 249-270 http://informationr.net/tdw/publ/papers/1999JDoc.html, diakses tanggal 5 Maret 2015
(42)
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya mengenai pencarian informasi tunanetra dilakukan oleh Abkarina Musa’adah Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian ini berjudul “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai kebutuhan pemakai tunanetra dalam mengakses informasi dan bagaimana perilaku pencarian informasi Balai Rehabilitasi Sosial Panganthi Temanggung.
Perbedaan antara penelitian Abkarina Musa’adah dengan penelitian ini ialah terletak pada pembahasan dimana Abkarina Musa’adah lebih menjelaskan mengenai pencarian informasi pengguna tunanetra Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi yang menggunakan software JAWS (Job
Acces With Speech) sedangkan penelitian ini membahas mengenai perilaku
mahasiswa tunanetra UIN Jakarta dalam memenuhi kebutuhannya. Penelitian Abkarina menjelaskan lebih mendalam mengenai kebutuhan dan pencarian informasi serta perpustakaan khusus tunanetra yang menyediakan koleksi braille dan alat bantu JAWS (Job Acces With Speech) yang dapat membantu tunanetra dalam mengakses informasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif.22
22Abkarina Mussa’adah,
Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung, (semarang: Universitas Diponegoro, 2013)
(43)
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan komperhensif.1 Penelitian deskriptif mengkaji hubungan kolerasi antara beberapa variabel. Penulis menggunakan penelitian deskriptif guna memberikan gambaran secara umum mengenai perilaku pencarian informasi yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedangkan, pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan yang dilakukan terhadap data-data non angka seperti, hasil wawancara atau catatan laporan bacaan dari buku-buku, artikel dan juga termasuk non tulisan seperti foto dan gambar.2
Menurut taylor dan bogdan metodologi kualitatif ialah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dalam bentuk tertulis atau bentuk lisan dari peilaku seseorang yang dapat diamati.3
1
Zainurrahman, Menulis : Dari Teori Hingga Praktik, (Bandung : Alfabeta, 2011), h. 45
2 Irawan, Prasetya. “logika dan Prosedur Penelitian”. Cet. 1, (Jakarta : STIA
-LAN, 1999). hal.99
3
(44)
B. Sumber Data 1. Data Primer
Data primer merupakan data yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara langsu
ng kepada informan atau yang berpotensi dalam memberikan informasi yang releven. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari mahasiswa penyandang tunanetra dan alumni penyandang tunanetra.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data diperoleh tidak langsung dari sumbernya, melainkan diambil dari dokumen-dokumen seperti laporan, karya tulis orang lain, koran dan majalah.4 Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai data sekunder adalah jurnal ilmiah, catatan dokumentasi, artikel, dan lain sebagainya.
3. Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Informan merupakan orang yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti memilih informan dengan menggunakan teknik
4
(45)
pengambilan sampel bertujuan atau (Purposive Sampling) dalam teknik ini sampel ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya sehingga informan yang digunakan telah memenuhi kriteria dalam penelitian ini.5 Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan utama yaitu tunanetra alumni UIN Syarif Hidayatullah peneliti memilih 3 informan yaitu alumni penyandang tunanetra dan mahasiswa penyandang tunanetra yang terdiri dari:
a. Alumni tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rafik Akbar merupakan salah satu dari sekian banyak alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki kebutuhan khusus (tunanetra). Informan menyelesaikan jenjang S1 di Fakultas Tarbiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beliau lahir di Jakarta, 16 Juni 1969. Alasan penulis menjadikannya sebagai informan, karena sebagai alumni dan telah menyelesaikan program S1 informan telah mengetahui dan berpengalaman dalam hal pencarian informasi. Selain itu sekarag informan menjadi salah satu staf diyayasan Raudlatul Makfufin dan menyadi staf pengajar komputer.
5
Jogiyanto HM, Metodologi Penelitian Sistem Informasi: Pedoman dan Contoh Melakukan Penelitian di Bidang Sistem Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Andi, 2008), h. 76
(46)
b. Mahasiswa penyandang tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Firmansyah adalah mahasiswa Fakultas Tarbiah Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lahir di Jakarta, 08 Januari 1991. Alasan penulis menjadikanya informan karena informan sedang mengerjakan Skripsi karenanya informan pasti membutuhkan banyak informasi dan melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan skripsinya.
c. Informan yang ketiga adalah Juanda Saputra mahasiswa Fakultas Tarbiah Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah. Alasan penulis menjadikannya informan karena informan juga sedang mengerjakan skripsi selain itu informan juga merupakan anggota perpustakaan di Yayasan Mitranetra.
C. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Observasi adalah cara atau metode penghimpunan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap sasaran penelitian.
(47)
b. Wawancara
Wawancara (Inteview) merupakan komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari narasumber.6Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti. Wawancara adalah teknik pengumpulan data utama dalam metodologi kualitatif. Wawancara dapat berupa wawancara personal (Personal
Interview), wawancara intersep (intercept Interview), dan
wawancara telepon (Telephone Interview) c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui dokumen, arsip dan artikel ilmiah.
D. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan teknik pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah menganalis data. Analisis data merupakan proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
6
Jogiyanto HM, Metodologi Penelitian Sistem Informasi: Pedoman dan Contoh Melakukan Penelitian di Bidang Sistem Teknologi Informasi, (Yogyakarta: Andi, 2008), h. 111
(48)
analisis data kualitatif. Data-data dari hasil observasi, wawancara, maupun dari dokumen-dokumen yang peneliti peroleh, terlebih dahulu akan diteliti dan dianalisis, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan permasalahan dan menemukan solusi terhadap permasalahan yang terjadi disertai dengan alasan-alasan yang mendukung. Adapun analisis data yang dilakukan, diantaranya:
1. Reduksi Data
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data dengan tujuan penelitian. Data-data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tidak semuanya peneliti gunakan. Akan tetapi, data tersebut dipilah-pilah lagi yang relevan dengan tema penelitian.
2. Penyajian Data
Data yang disjikan dalam penelitian ini berbentuk teks yang bersifat naratif. Yang nantinya akan menjelaskan hasil dari penelitian yang peneliti lakukan.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data-data terangkum dan dijabarkan, peneliti akan membuat kesimpulan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
(49)
E. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
2015 2016
Feb Mar Apr Mei Agus Sep Okt Apr
1
Penyusunan Proposal
2
Pengajuan Proposal
3
Bimbingan Skripsi 4 Penelitian
5
Penyusunan skripsi
6
Sidang Skripsi
(50)
38
A. Profil Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Sejarah Singkat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada 1 Juni 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan "golden anniversary". Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakat yang menyumbangkan program-program peningkatan kesejahteraan sosial. Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah.
a. Tahun 2002 disebut periode perintisan
Periode ini merupakan langkah awal terbentuknya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 031 tahun 2002. b. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mulai 20 Mei 2002
(51)
tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. IAIN With Wider Mandate, Periode ini mulai mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama.
d. Tahun 1960-1963 disebut Periode Fakultas IAIN al-Jami’ah Yogyakarta, merupakan hasil pengintegrasian antara AIDA dan PTAIN menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah
e. Tahun 1957-1960 disebut Periode ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) yang didirikan pada 1 Juni 1957
2. Visi dan Misi a. Visi
Berdaya saing tinggi dan terdepan dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dan keindonesiaan.
b. Misi
Menghasilkan sarjana yang memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan global
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan untuk mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dan keindonesiaan.
Meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian yang bermanfaat bagi kepentingan keilmuan dan kemasyarakatan.
(52)
Membangun good university governance dan manajemen yang profesional dalam mengelola sumber daya perguruan tinggi sehingga menghasilkan pelayanan prima kepada sivitas akademika dan masyarakat.
Membangun kepercayaan dan mengembangkan kerjasama dengan lembaga nasional, regional, maupun internasional. 3. Struktur Organisasi
(53)
4. Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidatullah Jakarta
Tidak semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki fisik sempurna namun ada mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus seperti tunanetra. Dalam perjalannya mahasiswa tunanetra tersebar di beberapa fakultas seperti Fakultas Tarbiyah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Sains dan teknologi, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, dan Fakultas Ekonomi dan Teknologi.1
Menurut data yang penulis dapatkan dari hasil wawncara dan data yang didapat dari dokumen yang ada, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerima tunatetra melalui jalur mandiri dan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Dari hasil penelitaian yang penulis lakukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah banyak menerima mahasiswa tunantetra dari tahun ke tahun walau jumlahnya sedikit antara tiga sampai sepuluh orang karena pada tahun 2011 hanya tiga orang yang terdaftar dan pada tahun 2014 ada sebanyak enam orang.2 Berikut data tunantetra yang terdektesi PUSDATA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2014:
1
Pustipanda, Data mahasiswa Tunanetra,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), Tahun 2014
2
(54)
No Nama Fakultas Jurusan 1 Fildzah Fatin Ilmu Tarbiah dan
Keguruan
Pendidikan Bahasa Arab
Rafik Akbar Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Firmansyah Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Juanda Saputra Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
2 Halimatus Sa’diyyah
Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Pendidikan Guru MI/ SD
3 Dian Mas Utami Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Manajemen Pendidikan 4 Isti Kumala Sari Sains dan
Teknologi
Agribisnis
5 Rahmi Fathani Syariah dan Ilmu hukum
Perbankan Syariah
Tabel 2. Data Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Bagi mahasiswa tunanetra menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah merupakan suatu tantangan bagi mereka pasalnya mereka harus terbiasa di lingkungan yang belum menyediakan sarana dan prasarana
(55)
yang mendukung kegiatan akademik mereka. Sebagai contoh dalam melakukan pencarian informasi merek harus melalui beberapa tahapan hanya untuk mendapatkan informasi yang disediakan oleh perpustakaan dan mau tidak mau mereka harus mempunyai alat bantu sendiri di rumah ataupun bergabung dengan lembaga yang menyediakan alat bantu pencarian informasi bagi tunanetra seperti Yayasan Mitranetra dan Raudhatul Makfufin.
A. Hasil Penelitian
Mengacu pada tujuan penelitian, peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang penulis peroleh dari hasil observasi dan wawancara. Pada penelitian ini perilaku pencarian informasi mengacu pada model Elis yang telah direvisi oleh Wilson3 yaitu Adapun hasil penelitian yang di peroleh sebagai berikut:
1. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Tunanetra
Kebutuhan informsi merupakan kebutuhan seseorang akan informasi yang berguna untuk memperkaya diri. Setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda bergantung pada tingkatan umur, profesi dan juga kebutuhan tiap individu. Seperti halnya mahasiswa tunanatra memiliki kebutuhan informasi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa subjek mengenai pendidikan merupakan subjek yang paling sering mereka butuhkan terkait dengan tingkatan pendidikan yang mereka ambil yaitu
3
Wilson, Thomas D, Human Information Behavior, (Informing science 3.2, 2000), h. 49-56
(56)
fakultas tarbyiah. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat dilihat bahwa kebutuhan mahasiswa dibedakan menjadi:
a. Kebutuhan informasi yang berkaitan dengan perkuliahan
Pada umumnya mahasiswa tunanetra membutuhkan informasi yang berkaitan dengan pendidikan yang sedang mereka jalani karenanya informasi yang mereka butuhkan harus menunjang kegiatan akademik mereka. Pencarian informasi mereka baerkaitan dengan tugas kuliah referensi dalam pembelajaran.
“Informasi yang biasanya saya cari itu mengenai pendidikan yang berkaitan dengan tugas kuliah saya sama informasi”. Rf
“Saya biasanya cari informasi tentang pendidikan dan berkaitan sama tugas kuliah saya”.Fr
“Informasi yang saya butuhkan pasti berhubungan dengan
pendidikan seperti teori tentang pendidikan, manajemen
pendidikan ya pokoknya yang sesuai bidang saya” Jn
Berdasarkan informasi tersebut terlihat jelas bahwa ketiganya mengatakan bahwa pendidikan merupakan subjek yang sering meraka cari karena informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dibidang akademik mereka.
b. Kebutuhan informasi yang berkaitan dengan pengembangan diri Setiap orang memiliki kebutuhan informasi tersendiri tergantung pada rasa ingin tahu atau minat seseorang mengenai suatu hal karenanya mahasiswa tunanetra selain membutuhkan informasi mengenai subjek pendidikan mereka juga membutuhkan informasi dalam subjek lain seperti sejarah dan teknologi.
“saya cari informasi lain kaya berita, teknologi, tentang gimana
baca al- qur’an dan banyak lagi deh”. Jn
“cari informasi tentang sejarah, agama, buku –buku audio, braille dan juga cari informasi tentang pengembangan diri”. Rf
(57)
“saya juga suka cari subjek lain kaya agama, teknologi, motifasi sama panduan NVDA (Non Visual Desktop Acces)”. Fr
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa mereka tidak hanya membutuhkan informasi mengenai pendidikan saja. Terlihat jelas bahwa dua informan juga mencari informasi tentang teknologi, dua orang mencari dengan subjek agama, dua orang mengenai pengembangan diri, dan satu orang mengenai sejarah dan panduan NVDA (Non Visual Desktop Acces).
c. Kebutuhan informasi sebagai penyandang tunanetra
Seperti halnya tunanetra yang lain mahasiswa tunanetra memiliki bentuk informasi yang dapat mereka akses sesuai dengan keterbatasan yang mereka miliki oleh karenanya mereka membutuhkan informasi yang mempermudah mereka dalam hal konsumsi informasi seperti Braille, DTB (digital talking book),
Elektronic book dan lainya.
“informasi yang bentuknya elektronik kaya buku –buku audio,
braille, word biar kebaca sama komputer bicara saya”. Fr
“saya butuh informasi dala bentuk audio kaya DTB (digital talking
book) yang biasa dengan mudah saya gunain”. Jn
Dua dari tiga informan mengatakan bahwa mereka membutuhkan informasi dalam bentuk audio, braille dan juga word untuk mempermudah mereka dalam menggunakan informasi. Terlihat jelas bahwa pada dasarnya mahasiswa tunanetra membutuhkan informasi dengan bentuk informasi yang dapat memudahkan mereka untuk menggunakan informasi karena mahasiswa tunanetra lebih mengandalkan pendengaran dan indra peraba mereka
(58)
sehingga mereka lebih menyukai informasi dalam mentuk audio dan braille.
Dalam memenuhi kebutuhan informasi seorang mahasiswa tunanetra melakukan pencarian informasi pada sumber informasi sebagai berikut: a. Teman dan dosen
Dalam memenuhi kebutuhan informasi akademiknya tak jarang mahasiswa tunanetra bertanya pada teman atau dosen mengenai subjek yang mereka cari.
“kadang tanya temen yang lebih tau tentang subjek saya”. Rf “sama tanya dosen atau temen”. Jn
Dari hasil wawancara tersebut terlihat jelas bahwa dua dari tiga informan bertanya pada teman dan dosen yang memiliki pengetahuan lebih daripada mereka. Dengan demikian mereka mendapat pengetahuan mengenai apa yang mereka cari.
b. Internet
Internet merupakan sumber informasi yang selalu digunakan
seseorang guna memenuhi kebutuhan informasinya. Alasan mahasiswa tunanetra menggunakan internet sebagai sumber informasi yang paling sering mereka gunakan karena internet dapat menggunakan komputer bicara, dapat dicari dimana saja dan mudah digunakan oleh mahasiswa tunanetra.
“Saya cari informasi diperpustakaan, internet sama tanya dosen atau temen”. Jn
“Saya suka cari informasi di internet”. Rf
“Saya suka cari informasi di internet, mitranetra sama
(59)
Dari hasil penelitian tersebut tergambar bahwa internet merupakan media yang paling digemari ketiganya karena dapat digunakan secara langsung menggunakan komputer bicara dan lebih fleksibel. c. Perpustakaan
Selain internet perpustakaan juga merupakan sumber informasi yang paling sering dikunjungi oleh mereka. Namun meraka harus mengajak teman atau keluarga jika berkunjung ke perpustakaan karena mahasiswa tuananetra membutuhkan teman untuk mencari dan juga membacakan buku yang telah mereka dapat.
“Saya biasa cari informasi di perpustakaan, Kalo ke perpustakaan saya gak pernah cari sendiri tapi ngajak temen buat minta tolong cariin buku dan bacain bukunya karena saya gak bisa cari sendiri, soalnya katalognya gak di desain buat tunanetra jadi saya mesti ajak temen kalo gak tanya ke pustakawan mengenai subjek yang saya cari”. Fr
“saya ke perpustakaan fakulas Kalo ke perpustakaan saya mesti ajak temen kalo mau cari bahan buat tugas kuliah”. Rf
“Saya cari informasi paling seneng pake internet, ke Yayasan mitranetra, sama perpustakaan. Kalo di perpustakaan saya dateng sama temen nah nanti temen yang cari buku buat saya terus saya dengerin apa yang dibacain temen, kalo gak sama temen saya tanya ke pustakawan minta tolong cariin karena katalognya biasanya buat orang awas jadi saya gak bisa pakai dan juga saya gak bisa cari buku langsung ke rak jadi pasti saya minta tolong pustakawan dan teman”. Jn
Dari ketiga informan tersebut ketiganya menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi meskipun mereka harus mengajak teman ke perpustakaan untuk membantu mereka dalam pencarian dan juga membacakan informasi karena di perpustakaan Universitas
(60)
maupun fakultas mereka belum menyediakan alat bantu bagi penelusuran mahasiswa tunanetra. Selain itu jenis sumber informasi yang digunakan oleh mahasiswa tunanetra pun beragam seperti: a. Jurnal
b. Buku c. Goole book d. Skripsi
e. Majalah online
f. Peraturan pemerintah dan Undang- undang dasar 1945
“Saya si biasanya pake internet carinya nah kadang saya cari di google book, jurnal, skripsi, blog, tapi gak jarang juga saya dapet dari buku”. Fr
“Biasanya sumber informasi yang saya gunakan itu internet dalam bentuk jurnal penelitian, skripsi, peraturan pemerintah, undang- undang”. Rf
“Kalo saya biasa merujuk ke jurnal, buku, artikel dan juga teori yang saya cari dengan menggunakan internet, majalah online dan membaca buku”. Jn
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dari dua dari tiga orang informan mencari informasi dalam bentuk jurnal yaitu rf dan fr dan skripsi yaitu rf dan jn, dalam bentuk buku satu orang yaitu fr, blog satu orang yaitu fr, google book satu orang yaitu rf, majalah online tiga orang yaitu fr, rf dan jn. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis informasi yang sering digunakan oleh ketignya adalah jurnal, skipsi, dan majalah online yang termasuk dalam sumber informasi sekunder.
(61)
2. Perilaku Mahasiswa Tunanetra Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik
Informasi merupakan unsur panting bagi kehidupan manusia oleh karenanya informasi sangatlah dibutuhkan oleh semua orang. Seseorang melakukan pencarian informasi guna memenuhi kebutuhan informasinya karena informasi tidak akan datang dengan sendirinya kepada kita khususnya tunanetra. Tunanetra memiliki motivasi tersendiri dalam memenuhi kebutuhan informasi seperti ingin menjadi orang yang lebih baik, dapat bersaing dengan orang lain dan tertinggal karena keterbatasan yang mereka miliki. Dengan keterbatasan yang mereka miliki mahasiswa tunanetra melakukan pencarian informasi lebih sering menggunakan internet dan datang ke perpustakaan selain itu tak jarang merekan datang ke toko buku dan mendatangi lembaga yang menaungi tunanetra. Mahasiswa tunanetra haruslah mengajak teman atau meminta bantuan orang lain untuk mencari dan membacakan buku hasil pencariannya.4
Pada dasarnya kebutuhan mahasiswa tunanetra sama dengan yng lainnya namun hanya media dan cara pemenuhannya yang berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan informasi akademiknya seorang tunanetra harus bekerja lebih keras dan giat dibanding dengan mereka yang tidak memiliki kebutuhan khusus, terlebih lagi dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka ingin memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dengan mahasiswa lain. Sama halnya
4
(62)
dengan orang yang tidak memiliki kebutuhan khusus, tunanetra memerlukan informasi dan untuk memenuhi kebutuhan informasinya mereka melakukan pencarian informasi, berikut adalah tahapan melakukan pencarian informasi, dalam hal ini peneliti menggunakan model yang dikemukakan oleh Eliss yang telah direvisi oleh Wilson yaitu A stage process version of Elis’s behavioural framework yang menggambarkan pencarian informasi sebagai berikut:
a. Starting
Starting merupakan langkah awal dalam melakukan pencarian informasi, dimana terdapat dua kegiatan yang harus dilakukan yaitu menentukan topik dan menganalisis tugas yang akan dicari. Penentuan dan pemilihan topik merupakan kegiatan sangat menentukan dalam pencarian informasi karena topik yang kita pilih nantinya akan menjadi kata kunci dalam penelusuran informasi. Pada tahapan ini seseorang belum mengetahui dan belum cukup informasi mengenai apa yang harus ia cari guna memenuhi kebutuhan informasinya dan biasanya seseorang. Pada tahapan ini terdapat dua kegiatan yaitu:
1) Menentukan subjek pencarian
Seperti halnya orang lain mahasiswa tunanetrapun melakukan pemilihan topik dan penentuan topik untuk dijadikan kata kunci dalam penelusuran mereka, hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh Fr, Rf dan Jn:
(63)
“Biasanya sebelum cari informasi saya siapin dulu apa aja yang mau saya cari kaya tema sama subjeknya kalo udah tau baru saya cari dehinformasinya.”Fr
“yang pertama dilakukan sebelum melakukan pencarian informasi saya biasayanya tentuin dulu temanya seteah itu menentukan model pencarian informasi, tapi kalo cari tentang tugas kuliah kan udah jelas tentang apanya kaya tugas tentang manajemen pendidikan ya berarti saya cari tentang menejemen pendidikan baru kalo mesti ditambah informasi lain saya cari kata kuncinya pake informasi yang kurang”.Rf
“kalo saya sebelum cari informasi biasanya saya tanya dulu sama temen ada tugas apa nah kalo ada tugas saya cari tentang tugas itu gak perlu tentuin subjeknya lagi kan udah jelas apa tugasnya, kalo tugas tentang manajemen ya biasanya saya jadiin subjek tentang manajemen tapi kalo cari informasi yang gak ada kaitannya sama tugas kuliah ya saya tentuin topik sama temanya dulu baru saya mulai cari informasinya”.Jn
Dari penelitian yang peneliti lakukan ketiga informan tersebut menentukan subjek pencarian telebih dahulu sebelum mereka melakukan pencarian informasi.
2) Tidak menentukan subjek pencarian
Dalam melakukan pencarian informasi tak jarang seorang mahasiswa tunanetra tidak menentukan subjek pencarian informasi hal ini dikarenakaan mereka sudah mengetahui subjek dari apa yang akan mereka cari, khususnya bila mereka mencari informasi yang berhubungan dengan tugas perkuliahan. Berikut kutipan wawancara yang peneliti lakukan:
“kalo saya sebelum cari informasi biasanya saya tanya dulu sama temen ada tugas apa nah kalo ada tugas saya cari tentang tugas itu gak perlu tentuin subjeknya lagi kan udah jelas apa tugasnya”. Jn
(64)
“tapi kalo cari tentang tugas kuliah kan udah jelas tentang apanya kaya tugas tentang manajemen pendidikan ya berarti saya cari tentang menejemen pendidikan”. Rf
Terlihat jelas bahwa dua dari tiga informan tidak menentukan subjek pencarian karena mereka telah mengetahui tugas atau subjek yang harus mereka cari. Hal ini terjadi pada pencarian berdasarkan tugas kuliah mahasiswa tunanetra.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tiga informan menentukan topik dan tema terlebih dahulu sebelum melakukan pencarian informasi guna mempermudah pencarian informasi. Namun dua diantaranya menambahkan apabila tugas dan subjeknya jelas maka mereka tidak perlu menentukan subjek melainkan langsung mencari menggunakan kata kunci mengenai tugas yang akan dicari.5
b. Chaining
Langkah kedua yang harus dilakukan dalam pencarian informasi bagi mahasiswa tunanetra adalah chaining. Pada tahapan ini seseorang melakukan pencarian informasi dengan mengikuti rangkaian sitasi dan merujuk pada bahan rujukan dalam dokumen.
Chaining merupakan tahapan penting dari rangkaian proses
pencarian informasi karena chaining merupakan proses pencarian informasi yang harus dilakukan oleh mahasiswa tunanetra yang mengacu pada sumber informasi seperti perpustakaan, toko buku,
5
(65)
internet, dan lembaga yang menaungi tunanetra.6 Pada tahapan ini pencarian mahasiswa dibedakan menjadi:
1) Pencarian informasi di perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu tempat yang diminati mahasiswa tunanetra dalam melakukan pencarian informasi. Hal ini terjadi karena perpustakaan menyediakan koleksi yang memadai guna memenuhi kebutuhan informasi akademik mereka. Namun apa bila perpustakaan tidak menyediakan media pendukung pencarian informasi seperti digital talking book, audio book, talking book, braille dan
screen reader. Mereka mengajak teman atau kerabat untuk
membantu mereka dalam melakukan pencarian informasi karena mereka tidak dapat langsung menggunakan katalog, mencari buku langsung di rak, dan membaca bahan pustaka melainkan meminta bantuan dari orang lain. Tak jarang mereka meminta bantuan pustakawan untuk mencarikan informasi yang ingin mereka cari. Lain halnya jika mereka datang ke lembaga yang menyediakan alat bantu bagi tunanetra mereka dapat mengakses katalog yang memang dirancang bagi tunanetra dan baru saat pengambilan bahan pustaka mereka meminta bantuan pustakawan. Berikut hasil wawancara yang penulis lakukan :
6
(1)
penggunaan informasi. Untuk tau artikel yang saya dapet itu dapat dipertanggung jawabkan atau enggak biasaya saya liat pengarangnya, judul sama penanggung jawabnya. Tapi saya lebih suka cari jurnal karena udah pasti penanggung
jawabnya jelas. (Jn)
Biasanya saya melakukan penyortiran hasil pencarian karena kadang tema sesuai tapi isinya beda. Terus kalo dokumen yang saya temuin sesuai dengan tema pasti saya pisahin sama yang tidak sesuai nah paling kalo ada bahan yang mirip- mirp masih saya pertahankan. Biasanya saya periksa tanggal sama teori yang ada dalam dokumen itu terus sama pengarngnya.
Pemeriksaan sangat penting menurut saya soalnya kalo pemeriksaannya selektif maka hasilnya memuaskan sebaliknya kalo pemeriksaan tidak dilakukan dengan maksimal maka hasilnya kurang memeuaskan. Rf
Mencocokkan hasil pencarian
(2)
End Ending Biasanya hasil pencarian informasi yang saya lakukan memuaskan kalo pas penyortiran
informasi lebih diperhatikan dan lebih teliti namun sebaliknya kalo penyortiran gak saya lakuin pasti hasilnya kurang memuaskan. Saya gunain
informasi yang paling sesuai sama subjek saya. Fr Saya pake informasinya yang sesuai tugas saya kalo saya gak cari dari awal kalo hasil pencarianya kurang memuaskan soalnya buang- buang waktu kalo gitu, nah biasanya saya analisa atau periksa dulu nih salahnya dimana dan apa yang
bermasalah dalam pencarian saya setelah itu baru saya lanjutkan lagi pencarian saya. Rf
Saya gunain deh bahan yang udah saya dapet dan paling relevan sama tugas saya buat saya jadiin bahan rujukan tugas atau acuan pembelajaran. Kalo hasilnya gak sesuai saya cari lagi pake kata kunci yang lebih sesuai sama apa yang saya cari.
Menggunakan informasi
Rasa puas tehadap hasil pencarian informasi Tidak puas terhadap hasil pencarian informasi
Melakukan pencarian ulang Menganalisa
permasalahan
Fr, Rf Jn
Fr, Rf Jn
Jn dan Rf
Jn
(3)
Jn
Kendala dalam Pencarian Informasi Ke (i) Kendala
dari Individu
Kendala yang paling utama dari pencarian informasi ya keterbatasan yang saya miliki, suka males apalagi kalo carinya jauh bahasa sama kurangnya sarana pendukung di UIN kaya digital talking book, braille dan buku dalam bentuk digital terus koneksi wifinya juga kurang bagus. Fr
Kendala di saya mah paling kadang males aja sama penglihatan saya sama keuangan kalo buat beli media kaya soft ware komputer bicara, buku braille dan pembaca DTB. Jn
Kurang pengetahuan tentang pencarian informasi sama suka riber kalo ngafalin tools- tools bahasa ingris di komputer bicara. Rf
Bahasa Keterbatasan yang dimiliki Malas Kurang pengetahuan Menghafal tools komputer bicara Keuangan
Fr, Rf, Jn Fr, Rf, Jn
Jn dan Fr Rf Rf
Jn dan Rf 3 3 2 1 1 2 Ke (li) Kendala dari
kurangnya sarana pendukung di UIN kaya digital talking book, braille, alat pemutar DTB dan buku
Kurangnya sarana pendukung di
(4)
lingkungan dalam bentuk digital terus koneksi wifinya juga kurang bagus. Terus kalo aku di kampus cuma tau halte UIN, Fakultas dakwah sama pesanggrahan aja gak tau PU ada dimana soalnya gak ada jalur khusus sama petunjuk buat tunanetra menuju perpustakaan. Sama kadang buku yang saya cari suka gak ada di perpustakaan. (Fr)
saya sangat berharap kalo kampus menyediakan alat bantu bagi tunanetra soalnya kita kesusahan kalo gak ada alat bantunya kaya braille, DTB, komputer bicara, kalo gak ada bahan pustaka yang bentuknya digital kita mesti minta bantuan orang terus kalo udah dapet bukunya mesti scan dulu habis itu diubah ke word baru deh bisa kita baca, jadi buat baca buku kita lewatin tahapan yang banyak sama kurang lengkap bukunya. Kalopun ada media yang mempermudah tunanetra kaya JAWS itu harganya mahal gak kejangkau sama kantong isi kantong kita. (Rf)
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan perpustakaan lain
Braille
Digital talking book
Komputer bicara Alat pemutar DTB Jalur khusus untuk
tunanetra
Kurangnya bahan elektronik
Masih sedikit informasi yang full teks
Koneksi wifi kurang bagus
Harga soft ware jaws
Fr, Rf, Jn Fr, Rf, Jn
Fr, Rf, Jn Fr
Fr
Rf dan Jn
Jn
Fr
(5)
kendala yang paling dirasa mah finansial kita soalnya alat yang bisa bantu kita biar mudah akses informasi itu mahal contohnya kaya software JAWS yang digunakan buat baca layar itu harganya Rp. 10.000000,- sedangkan gak semua tunanetra punya uang banyak. Terus penerimaan orang lain sama tunanetra itu masih kurang sama gak ada sarana di perpustakaan UIN sama di Fakultas kaya DTB audio book dll. Perpustakaan yang lain juga banyak yang belum menyediakan bahan bentuk elektronik sama bahan yang full teks. (Jn)
dan media pendukung lain mahal
Kurang lengkapnya koleksi perpustakaan
Fr dan Rf
St Strategi pencarian iformasi untuk mengatasi kendala
untuk mengatasi kendala yang dihadapi kalo di perpustakaan fakultas dan umum gak ada bahan yang saya cari ya alternatif lain saya dateng ke mitranetra kalo gak ada juga saya baru cari di internet. Karena saya gak bisa baca jadi saya minta bantuin temen buat bacain buku yang saya
(6)
dapet sama minta anterin kalo mau ke perustakaan atau kemana- mana. (Fr)
kalo strategi yang saya pake kalo cari informasi di internet itu saya pasti bookmark bahan yang saya anggap penting,