Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
mereka barulah dapat memanfaatkan bahan tersebut menggunakan komputer bicara.
1
Dengan keterbatasannya tersebut mereka tetap semangat dalam menimba ilmu dan bahkan banyak dari mereka yang sukses hingga
mendapatkan gelar sarjana. Namun ironinya di negara kita banyak masyarakat khususnya mahasiswa yang gagal dalam studi mereka karena
berbagai alasan padahal mereka memiliki fisik yang sempurna dan dapat langsung memanfaatkan sumber informasi yang ada tanpa harus
menggunakan alat bantu dalam memenuhi informasi akademik. Dalam dunia pendidikan khususnya di perguruan tinngi informasi
sangatlah penting dan mendasar guna memenuhi kebutuhan akademik karena kegiatan perkuliahan erat kaitannya dengan informasi sehingga
informasi sangatlah mendukung kegiatan akedemik dalam perguruan tinggi. Kebutuhan informasi dan cara memperoleh informasi antar mahasiswa
berbeda dan beragam, ada yang datang ke perpustakaan, mencari di internet, bertanya pada teman, membaca jurnal, koran dan lainya.
Dalam Undang- undang No. 4 tahun 1997 pasal 6 dijelaskan mengenai hak akses bagi penyandang cacat yang dilindungi oleh hukum menyebutkan
bahwa mereka berhak memperoleh haknya untuk aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat,
kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluaga dan masyarakat.
2
1
Wawancara Pribadi dengan Rafik, Pamulang: 23 Oktober 2014
2
Undang- undang Negara Republik Indonesia No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
Berangkat dari undang- undang tersebut maka pemenuhan informasi bagi penyandang cacat disebutkan pada nomor empat dan enam. Hal ini
menjadi tanggung jawab kita bersama khususnya perpustakaan untuk memenuhi dan memberikan akses bagi mereka yang memiliki kebutuhan
khusus. Hal diatas dapat juga diuraikan bahwa penyandang cacat khususnya tunanetra memiliki hak yang sama dalam akses informasi sesuai dangan
kebutuhan mereka dengan memberikan alat bantu yang dapat memudahkan mereka dalam menelusur informasi. Dengan demikian penyandang
tunanetra akan mendapat hak sama dan tidak merasa tertinggal dengan yang lainnya karena informasi yang mereka dapatkan sama dengan orang lain.
Dalam UUD 1945 pasal 28f dibahas pula hak yang sama bagi setiap orang tanpa memandang fisik, ras, dan status ekonomi dalam kebebasan
mengakses informasi. Dalam undang- undang tersebut dijelaskan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia. Dalam Deklarasi Glasgow IFLA tahun 2002 disebutkan bahwa:
Libraries and information services shall make materials, facilities, and services equally accessible to all users. There shall be no discrimination for
any reason including race, national or ethnic origin, gender or sexual preference, age, disability, religion, or political beliefs.
3
Perpustakaan dan penyedia informasi haruslah membuat bahan pustaka, fasilitas, dan pelayanan perpustakaan dapat diakses atau dapat
digunakan oleh semua pengguna. Tidak ada deskriminasi dengan alasan apapun baik itu ras, kebangsaan atau etnis, jenis kelamin, usia, penyandang
cacat, agama atau politik. Dari undang- undang dan hasil deklarasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap orang berhak mendapatkan, mencari
serta mengakses informasi baik di perpustakaan maupun di tempat lain tanpa membedakan status sosial, ras, dan juga fisik. Hal ini berlaku juga
bagi tunanetra dan penyandang cacat lainnya karena hak mereka di lindungi oleh undang- undang. Oleh karenanya setiap instansi yang terkait dengan
bidng keilmuan dan informasi haruslah menyediakan sarana bagi tunanetra guna mendapatkan informasi dan pendidikan agar mereka tidak mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah merupakan salah satu
universitas yang memiliki mahasiswa berkebutuhan khusus yaitu tunanetra. Walaupun mereka menjadi kelompok minoritas namun mereka dapat
beradaptasi dengan lingkungannya dan di atntara mereka sudah ada yang menyelesaikan jenjang S1. Walaupun mereka mengalami keterbatasan fisik
dan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka dalam memenuhi tugas akademik mereka tetap berusaha belajar dan bekerja
3
Helen Brazier, Library and Information Service for Visually Impaired People, Library Trends: Vol. 55, No. 4, Spring 2007, h. 868
keras dalam menempuh pendidikan di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Keberhasilan dan cara mahasiswa tunanetra memenuhi
kebutuhan informasi akademik dari keterbatasan yang mereka miliki menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk membahas penelitian yang
berjudul: Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik.