diberikan diyakini meningkatkan rasa keterlibatan di kalangan bawahanpelaksana anggaran.
Tingkat partisipasi yang lebih tinggi diyakini akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula. Schiff dan Lewin 1970 dalam Tintri
2002 mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem
pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Argyris 1952 dalam Tintri 2002 juga menyatakan bahwa kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari
anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan tersebut.
2.1.2. Kinerja Aparat Pemerintah Daerah
Kinerja identik diartikan dengan manajemen kinerja yaitu suatu proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisai dengan tujuan
individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan organisasi dapat bertemu Barry Chusway, 1996 . Prawirosentono 1992 dalam Widodo 2001
mengatakan kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Menurut Indriantoro 1993 kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapatkan kesempatan terlibat atau berpartisipasi
dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan
Universitas Sumatera Utara
melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif
anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem penghargaan reward dan konflik. Menurut Lembaga Administrasi Negara 1999:3 kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Sedangkan Berdasarkan
PP 58 tahun 2005 pasal 1 ayat 35 kinerja adalah keluaranhasil dari kegiatanprogram yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kuantitas dan kualitas yang terukur. Kinerja aparat pemerintah daerah merupakan hasil kerja yang dicapai aparatur daerah sehubungan dengan penggunaan anggaran
dimana kuantitas dan kualitas hasil capaian dapat terukur dengan menggabungkan tujuan personal dan tujuan organisasi sektor publik sedemikian rupa.
Selama ini pengukuran kinerja hanya berfokus pada input dan output saja anggaran dan realisasinya, bukan outcome, manfaat dan dampak terhadap
masyarakat. Maka akibatnya organisasi sektor publik tidak akan mampu melihat keberadaan dirinya bahwa ia ada untuk melayani masyarakat Smith, 1996 dalam
Schacter, 1999. Dalam penelitian ini yang menjadi ukuran kinerja adalah seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Budaya Organisasi