3.6.3 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan Installitbang
Installitbang berperan dalam melakukan penelitian terhadap produk baru dan pengembangan produk lama untuk memperoleh dan meningkatkan kualitas
produk yang lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana penelitian dan pengembangan produk Lafi Ditkesad yang meliputi:
1. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan
pengemas. 2.
Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk Lafi Ditkesad.
3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi
perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya. 4.
Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian. Penelitian dan pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka,
pengadaan bahan, penelitian skala laboratorium dan skala produksi. Terakhir dilakukan validasi proses produksi dan pengawasan mutu bekerja sama dengan
Instalprod dan Instalwastu.
3.6.4 Kegiatan Instalasi Produksi
Kegiatan produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Instalasi Produksi yang kegiatannya meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian.
Produk yang dihasilkan oleh Lafi Ditkesad berupa produk Betalaktam dan produk Non Betalaktam.
Pada Instalasi Produksi terdapat empat seksi yaitu: seksi sediaan Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, seksi sediaan Sefalosporin dan seksi
kemas. Masing-masing seksi dikepalai oleh seorang Apoteker.
Universitas Sumatera Utara
Obat-obat yang diproduksi oleh Lafi Ditkesad tidak diperdagangkan bagi masyarakat umum, namun demikian proses produksinya tetap dilaksanakan sesuai
dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan oleh Badan POM. Rencana produksi obat dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang diminta, jenis peralatan
yang dimiliki kapasitas dan spesifikasi mesin, jumlah sumber daya manusia dan jam kerja serta waktu produksi yang tersedia.
Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets Batch Record
yang disusun oleh kasi-kasi produksi dan dikeluarkan oleh Kepala Instalprod, diperiksa oleh Kepala Instalwastu, diketahui oleh Kepala Instalitbang dan diterima
oleh Kepala Instalsimpan. Hal yang diuraikan dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets adalah kode produk, nama produk, nomor bets, besar
bets, bentuk sediaan, kemasan dan tanggal pengolahan atau pengemasan. Selain itu, catatan pengolahan bets juga menguraikan mengenai komposisi,
spesifikasi, peralatan, penimbangan, prosedur pengolahan dan rekonsiliasi. Pada catatan pengemasan bets diuraikan tentang pengemasan meliputi penerimaan
bahan pengemas, prosedur pengemasan primer, kesiapan jalur pengemasan sekunder, prosedur pengemasan sekunder, hasil obat jadi, kelulusan oleh
pengawasan mutu, rekonsiliasi proses pengemasan dan pengiriman obat jadi ke instalansi simpan.
Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku yang akan digunakan dan dikeluarkan dari Instalsimpan berdasarkan catatan pengolahan bets
dan catatan pengemasan bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Instalsimpan selanjutnya memasuki tahap pengolahan pada masing-masing
Universitas Sumatera Utara
seksi produksi, yaitu seksi sediaan Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, dan seksi sediaan Sefalosporin.
1. Seksi Sediaan Non Betalaktam
Seksi sediaan Non Betalaktam dikepalai oleh seorang kepala seksi Apoteker yang bertanggung jawab kepada Kainstalprod. Pada seksi ini
dilakukan kegiatan produksi sediaan tablet, kapsul, sirop, salep, cairan obat luar, dan sediaan serbuk oral. Kegiatan pada seksi ini meliputi penimbangan,
pencampuran, pengeringan, granulasi, pencetakan, penyalutan dan stripping. Hasil dari seksi ini kemudian dikirim ke seksi kemas untuk dikemas. Proses
pencampuran produksi sediaan Non Betalaktam sebagian besar masih dilakukan di bangunan lama.
a. Sediaan Tablet
Ruang produksi tablet sesuai dengan yang disyaratkan oleh CPOB yaitu berada di ruang kelas III yang dilengkapi dengan listrik, lampu
penerangan yang memadai, sistem tata udara dan lapisan epoksi pada dinding dan lantai. Ruang produksi tablet ini terdiri dari ruang staging,
ruang mucilago, ruang campur, ruang granulator, ruang FBD Fluid Bed Dryer, ruang oven, ruang pengayakan, ruang cetak, ruang IPC, ruang
penyalutan, ruang stripping, ruang produk antara, ruang produk ruah, ruang cuci alat, ruang simpan alat, dan ruang pengering.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan sediaan tablet diantaranya adalah mesin pembuat mucilago dengan energi panas dari uap,
mesin pencampur basah sekaligus campur kering, oven pengering, granulator, mesin cetak tablet, mesin salut film serta mesin strip tablet.
Universitas Sumatera Utara
Metoda pembuatan tablet yang umum digunakan adalah metoda granulasi basah.
Tablet yang diproduksi adalah tablet biasa, tablet kunyah, tablet lapis dan tablet salut film. Ukuran tablet berdiameter 6,5; 7,5; 10;
12; 13 mm. Proses pembuatan tablet di Lafi Ditkesad sebagian besar
menggunakan metoda granulasi basah dan metoda cetak langsung. Proses produksi tablet dengan metoda granulasi basah terdiri dari tahapan sebagai
berikut : 1
Penimbangan bahan baku Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif, bahan
pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas III dan dilaksanakan oleh personil dari Instalsimpan.
2 Pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam
Setelah semua bahan ditimbang, dilakukan proses pencampuran hingga homogen.
3 Granulasi basah
Setelah pencampuran dilakukan proses granulasi, dimana bahan adonan dicampur dengan bahan pengikat. Adonan basah dikeringkan
sampai setengah kering dengan oven pengering kemudian dapat dilewatkan pada mesh dengan ukuran tertentu sesuai ukuran tablet
yang akan dibuat. 4
Pengeringan Granul setengah kering kemudian dikeringkan kembali dengan oven
pengering sehingga akan menghasilkan granul kering.
Universitas Sumatera Utara
5 Pengayakan
Granul kering dilewatkan pada mesh sesuai ukuran tablet yang akan dibuat.
6 Pengawasan mutu In process control
Sebelum dilakukan pencampuran, terlebih dahulu ditentukan kadar airnya.
7 Pencampuranmassa cetak
Granul kering kemudian dicampur dengan fase luar, yakni dengan penambahan bahan pelincir dan bahan penghancur luar.
8 Pengawasan mutu In process control
Sebelum proses pencetakan, dilakukan pemeriksaan homogenitas dan kadar zat aktif.
9 Pencetakan
Campuran ini kemudian dicetak menjadi tablet. 10
Pengawasan mutu In process control Sebelum dikemas primer, dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot,
tebal, diameter, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar zat aktif dan disolusi untuk tablet tertentu.
11 Penyalutan
Jika tablet memerlukan penyalutan, maka dapat dilakukan penyalutan. 12
Penyetripan Setelah tablet selesai dicetak atau disalut untuk tablet salut maka
dilakukan proses pengemasan primer yakni penyetripan stripping.
Universitas Sumatera Utara
13 Pengawasan mutu In process control Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu IPC meliputi tes
kebocoran strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder pengepakan dan obat jadi dikirim ke Instalasi Simpan.
Produksi tablet dengan metoda cetak langsung adalah sebagai berikut: 1
Penimbangan bahan baku Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif, bahan
pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas III dan dilaksanakan oleh personil dari Instalasi Simpan.
2 Pengayakan
Beberapa bahan baku dilewatkan pada ayakan dengan ukuran mesh tertentu. Dalam proses pencetakan langsung sifat alir dan
kompresibilitas bahan awal sangat menentukan tablet yang dihasilkan. 3
Pencampuran Bahan aktif dan bahan tambahan dicampur homogen menggunakan
mixer. 4
Pengawasan mutu In Process Control Sebelum proses pencetakan, dilakukan pemeriksaan homogenitas
kadar zat aktif. 5
Pencetakan Bahan campuran kemudian dicetak menjadi tablet.
6 Pengawasan mutu In Process Control
Universitas Sumatera Utara
Sebelum dikemas primer, dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot, tebal, diameter, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar zat aktif
dan uji disolusi untuk tablet tertentu. 7
Penyetripan Setelah tablet selesai dicetak atau disalut untuk tablet salut maka
dilakukan proses pengemasan primer yakni penyetripan stripping. 8
Pengawasan mutu In Process Control Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu IPC meliputi tes
kebocoran strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder pengepakan dan dikirim ke Instalasi Simpan.
b. Sediaan Kapsul
Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang digunakan
untuk pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin pencampur, mesin pengisi kapsul, mesin polishing dan mesin strip.
Proses produksi kapsul terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1
Penimbangan bahan baku Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif, bahan
pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas III dan dilaksanakan oleh personil dari Instalsimpan. Setelah semua bahan ditimbang,
dilakukan proses pencampuran hingga homogen. 2
Pencampuran Bahan yang diisikan ke dalam kapsul ada yang harus digranulasi
terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat alirnya dan ada yang tidak.
Universitas Sumatera Utara
3 Pengawasan mutu dan In Process Control
Sebelum diisikan ke dalam cangkang kapsul, dilakukan pemeriksaan homogenitas kadar zat aktif.
4 Pengisian kapsul
Setelah massa kapsul diluluskan oleh Instalwastu maka massa kapsul diisikan ke dalam cangkang kapsul. Selama pengisian, dilakukan uji
mutu IPC terhadap keseragaman bobot. 5
Polishing Sebelum kapsul distrip, kapsul dipolishing terlebih dahulu untuk
menghilangkan debu-debu yang menempel pada bagian luar cangkang kapsul.
6 Pengawasan mutu dan In Process Control
Sebelum kapsul distrip dilakukan uji mutu IPC yang meliputi kadar zat aktif, keseragaman bobot dan waktu hancur.
7 Penyetripan
Setelah dipolishing maka kapsul siap distrip dengan cara yang sama seperti pada proses stripping tablet.
8 Pengawasan mutu dan In Process Control
Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu IPC meliputi tes kebocoran strip. Kapsul yang telah lulus uji mutu siap dikemas dan
dikirim ke Instalasi Simpan. c.
Sediaan Salep Ruang produksi salep terdiri dari ruang pencampuran dan ruang
pengisian. Peralatan yang digunakan antara lain mesin peleleh basis
Universitas Sumatera Utara
double jacket, mesin pencampur salep homomixer dan mesin pengisi- penutup salep otomatis.
Pembuatan salep dimulai dari : 1
Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas III dan yang melaksanakannya adalah personil dari Instalasi Simpan.
2 Pelelehan basis
Basis dilelehkan pada tangki pemanas double jacket, disaring kemudian didinginkan.
3 Pencampuran
Bahan basis yang telah dilelehkan kemudian di campur dengan zat aktif dan diaduk terus sampai homogen pada suhu 40
o
4 Pengawasan mutu dan In Process Control
C di dalam mesin pencampur homomixer.
Dilakukan pengujian homogenitas, kadar zat aktif, pH, dan konsistensi dari massa salep.
5 Pengisian ke dalam tube
Setelah lulus uji mutu, massa salep diisikan ke dalam tube pada suhu sekitar 40
o
6 Pengawasan mutu dan In Process Control
C.
Pada hasil pengisian massa salep ke dalam tube dilakukan pemeriksaan keragaman bobot tube dengan cara ditimbang satu persatu yang
dilakukan setiap 15 menit dan dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif dan pH oleh pengawasan mutu, setelah itu tube siap dikemas dan
dikirim ke Instal Simpan.
Universitas Sumatera Utara
d. Sediaan Sirup
Ruang produksi sirup terdiri dari ruang pencampuran dan ruang pengisian. Peralatan yang digunakan antara lain mixer, colloid mill, tangki
pemanas double jacket, filter, drum stainless, mesin pengisi sirup, penutup botol dan pemasangan etiket yang merupakan satu rangkaian In
Line Process. Proses pembuatan sirup diawali dengan :
1 Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas III dan yang
melaksanakannya adalah personil dari Instalsimpan. 2
Pembuatan larutan gula pekat Syrupus Simplex. Pembuatan larutan gula pekat dilakukan pada tangki pemanas double
jacket. Pemanasan menggunakan uap air yang dihasilkan oleh ketel uap Steam Boiller.
3 Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan lain zat pewarna dan pengawet masing- masing dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sampai larut sempurna,
kemudian dicampur dengan larutan gula pekat. Essence dapat ditambahkan jika diperlukan dan volume ditambahkan sampai tanda
batas yang telah ditentukan. 4
Pengawasan mutu dan In Process Control Pada saat pencampuran dilakukan uji mutu IPC terhadap
homogenitas, kadar zat aktif, pH larutan dan bobot jenis. 5
Pengisian, penutupan dan labelling
Universitas Sumatera Utara
Setelah lulus uji mutu dilakukan pengisian, penutupan dan pemberian etiket atau label dilakukan dengan mesin ban berjalan yang bekerja
secara semi otomatis. Pada proses ini dilakukan kontrol setiap 15 menit terhadap keseragaman volume, hasil penutupan dan pemasangan
label. 6
Pengawasan mutu dan In Process Control Pada produk yang telah dikemas dilakukan pengambilan sampel untuk
dilakukan pemeriksaan mutu meliputi keseragaman isivolume, kadar zat aktif, pH larutan dan bobot jenis. Setelah lulus uji mutu dilakukan
pengemasan sekunder pengepakan dan kemudian diserahkan ke Instalasi Simpan.
2. Seksi Sediaan Betalaktam
Seksi sediaan Betalaktam dikepalai oleh seorang Apoteker. Produksi Betalaktam di Lafi Ditkesad telah mendapatkan sertifikat CPOB untuk lima
jenis sediaan. Proses produksi Betalaktam dilakukan di gedung yang terpisah dengan
produksi Non Betalaktam untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Gedung produksi Betalaktam telah dilengkapi dengan sistem pengaturan udara
Air Handling System, air washer, air shower, dan ruang penyangga. Lantai, dinding dan langit-langit dilapisi oleh bahan epoksi untuk memudahkan
pembersihan. Pembagian ruangan berdasarkan tingkat kebersihan juga telah dilakukan, yaitu ruang kelas A di bawah Laminar Air Flow, di dalam
ruangan cubicle, ruang kelas B, ruang C serta kelas D.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pengaturan udara AHS atau AHU di ruang produksi produk steril injeksi terpisah dari AHS atau AHU untuk sediaan produksi peroral.
Tekanan udara di ruangan dengan tingkat kebersihan lebih tinggi ruang produksi steril memiliki tekanan udara lebih positif dari ruang dengan tingkat
kebersihan yang lebih rendah. 3.
Seksi Sefalosporin Produksi Sefalosporin belum dimulai karena bangunan produksi untuk
sefalosporin belum siap untuk melaksanakan kegiatan produksi. 4.
Seksi Kemas Kasi kemas Lafi Ditkesad dijabat seorang apoteker yang bertanggung
jawab kepada Kepala Instalasi Produksi. Pengemasan dilakukan pada produk ruahan tablet, kapsul, sirup dan salep. Pengemasan tablet dan kapsul dilakukan
setelah proses stripping, menggunakan bahan pengemas polycellonium. Tablet yang sudah distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam sak
plastik dilengkapi dengan brosur lalu diseal, setiap sak plastik berisi 25 strip, tiap-tiap strip berisi 10 tablet. Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus
yang dilengkapi dengan slip pak dimana setiap dus isinya berbeda sesuai dengan ukuran diameter tablet. Untuk tablet dengan diameter 6,5-7,5 mm,
setiap dus berisi 50 sak plastik. Untuk tablet dengan diameter 10-13 mm, setiap dus berisi 30 sak plastik. Untuk kaplet setiap dus berisi 20 sak plastik.
Untuk sediaan kapsul, setelah kapsul distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi dengan brosur lalu diseal. Hasil
seal kemudian dimasukkan ke dalam dus yang dilengkapi dengan slip pak dimana tiap dus berisi 20 sak plastik, setiap sak plastik berisi 25 strip dan
Universitas Sumatera Utara
setiap strip berisi 10 kapsul. Untuk sirup dipak ke dalam dus. Tiap dus berisi 25 botol dilengkapi dengan brosur, sendok takar dan slip pak.
Untuk sediaan salep setelah dimasukkan ke dalam tube aluminium sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam dus kecil. Setiap dus kecil berisi 25 tube
dilengkapi dengan brosur dan dimasukkan ke dalam dus besar yang berisi 24 dus kecil.
Bila pengemasan selesai, dilakukan pemeriksaan QC oleh Instalwastu. Setelah diperiksa oleh Instalwastu, hasil pengemasan diberi label “Diluluskan”
kemudian seksi kemas membuat laporan administrasi yang terdiri dari laporan bulanan untuk dilaporkan ke KaLafi dan bukti penyerahan obat ke
Instalsimpan, selanjutnya obat dikirim ke Instalasi Simpan.
3.6.5 Kegiatan Instalasi Simpan