dan analisis kualitatif sebagai penunjang hasil dari hasil kuantitaif. Partisipasi masyarakat dianalisis berdasarkan 8 tingkat partisipasi menurut Arstein. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi berada pada tingkat konsultasi. Tingkat keberdayaan masyarakat dilihat dari perubahan pengeluaran
konsumsi dan non konsumsi antara sebelum dan sesudah pelaksanaan PNPM-M Perkotaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa PNPM-M Perkotaan tidak efektif
dalam menjangkau orang miskin di Desa Cadasngampar. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kemiskinan dengan
tingkat partisipasi, serta tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat keberdayaan masyarakat.
2.2. Teori Perencanaan Wilayah
Perencanaan wilayah yang lebih terfokus pada prencanaan pembangunan ekonomi berjalan seiring dengan dilaksanakannya community planning dan
participatory planning Sirojuzilam, 2005. Jadi dengan demikian prrencanaan wilayah adalah penerapan metode ilmiah dalam pembuatan kebijakan publik dan
upaya untuk mengkaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan tindakan- tindakan dalam domain publik untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat
yang lebih tinggi. Menurut Tarigan 2005 perencanaan wilayah dapat berarti mengetahui
dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollbale
yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakanj dapat dicapai, serta mencari
langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Di sisi lain yang menjadi pokok perhatian dalam kerangka perencanaan wilayah adalah cultural based yang mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang
dan berakar dalam konteks kehidupan masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen pembangunan yang
terdiri atas sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal dan teknologi. Menurut Conyers dan Hills dalam Arsyad 1999 perencanaan adalah
suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi di atas, Arsyad 1999 berpendapat ada empat elemen
dasar perencanaan, yaitu : 1 merencanakan berarti memilih; 2 perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdaya; 3 perencanaan merupakan alat untuk
mencapai tujuan; dan 4 perencanaan berorientasi ke masa depan. Namun Nitisastro dalam Arsyad 1999 perencanaan pada dasarnya
berkisar pada dua hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai
yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, yang kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternative yang efisien serta rasional guna mencapau tujuan-
tujuan tersebut. Nitisastro sangat menekankan tentang perlunya diperhatikan nilai yang dimiliki masyarakat dalam proses perencanaan tersebut, yang notabene
berarti masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai definisi di atas, perencanaan dapat dibagi atas dua versi yaitu satu versi melihat perencanaan adalah suatu teknik atau profesi yang
membutuhkan keahlian dan versi yang satu lagi melihat perencanaan pembangunan adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis cenderung melihat perencanaan adalah suatu kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti diketahui bahwa perencanaan pembangunan pada akhirnya harus mendapat persetujuan
masyarakat.
2.3. Partisipasi Masyarakat