Dari berbagai definisi di atas, perencanaan dapat dibagi atas dua versi yaitu satu versi melihat perencanaan adalah suatu teknik atau profesi yang
membutuhkan keahlian dan versi yang satu lagi melihat perencanaan pembangunan adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis cenderung melihat perencanaan adalah suatu kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti diketahui bahwa perencanaan pembangunan pada akhirnya harus mendapat persetujuan
masyarakat.
2.3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah keterlibatan-keterlibatan mental dan emosional orang- orang dalam satu kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada masyarakat dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan Sastropoetra, 1998.
Usman dalam Soedjono 1990 mengemukakan bahwa ada dua unsur pokok mengapa partisipasi itu penting. Pertama, alasan etnis, yaitu dalam arti
pembangunan demi manusia berpartisipasi sebagai subjek, bukan menjadi objek. Kedua, alasan sosiologis, yaitu bila perkembangan diharapkan berhasil dalam
jangka panjang, ia harus menyertakan sebanyak mungkin orang, kalau tidak pembangunan pasti macet. Dari definisi diatas ada tiga unsur penting dari
konsep partisipasi tersebut, yaitu : 1 adanya keterlibatan mental dan emosional, 2 memotivasi orang-orang untuk memberikan kontribusi, dan 3
Universitas Sumatera Utara
mendorong orang-orang untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok.
Selanjutnya Koentjaraningrat 1990, berpendapat bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dan turut menentukan arah atau tujuan
pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi masyarakat. Affan 1993 memberikan pengertian bahwa
partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial secara kolektif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Jika
dikaitkan dengan daerah tertentu, partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat sebagai suatu sistem sosial dalam daerahwilayah tertentu, secara
mental, emosional, material baik secara perorangan individual maupun berkelompok dalam suatu kondisi tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang
sudah disepakati bersama antara penyelenggara negara dan masyarakat tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan, bahwa partisipasi merupakan suatu keterlibatan seseorang atau masyarakat untuk berperan secara
aktif dalam suatu kegiatan, khususnya kegiatan pembangunan untuk menciptakan, melaksanakan serta memelihara lingkungan yang bersih dan sehat.
Pada hakekatnya partisipasi masyarakat itu merupakan sesuatu yang seharusnya, karena hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
bersama-sama dengan masyarakat adalah untuk kesejahteraan masyarakat sendiri. Dalam hal ini Pemerintah memberi bantuan, sedangkan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
harus memberikan respon dalam bentuk partisipasi secara aktif dalam proses pembangunan tersebut.
Partispasi masyarakat secara umum terbagi dalam 8 delapan tingkatan menurut Arstein dalam Panudju, 1999 tingkatan-tingkatan tersebut, adalah:
1. Manipulation Merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah karena masyarakat
hanya dipakai namanya saja sebagai anggota dalam berbagai badan penasehat. Tidak ada peran yang nyata, karena hanya diselewengkan sebagai.publikasi oleh
pihak penguasa. 2. Theraphy
Pada tingkatan ini, masyarakat diperlakukan seolah-olah seperti proses penyembuhan pasien penyakit jiwa dalam grup terapi. Masyarakat terlibat dalam
banyak kegiatan, namun hal tersebut hanya ditujukan untuk mengubah pola pikir masyarakat daripada mendapatkan informasi atau usulan-usulan.
3. Informing Merupakan tahap pemberian informasi kepada masyarakat tentang hak-
hak, tanggung jawab dan berbagai pilihan. Biasanya hanya diberikan secara satu arah, dari penguasa ke rakyat, tanpa adanya kemungkinan umpan balik, Pada
tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk mempengaruhi rencana bagi kepentingan masyarakat. Biasanya dilakukan dengan cara media berita,
pamflet, poster dan tanggapan atas pertanyaan. 4. Consultation
Universitas Sumatera Utara
Mengundang opini masyarakat, setelah memberi informasi kepada mereka. Apabila konsultasi tidak disertai dengan cara-cara partisipasi yang lain,
maka tingkat keberhasilannya akan rendah, mengingat tidak adanya jaminan kepedulian terhadap ide-ide masyarakat. Tahap ini biasanya dilakukan dengan
cara pertemuan lingkungan, survei tentang pola pikir masyarakat dan dengar pendapat publik.
5. Placation Pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai pengaruh, meskipun dalam
beberapa hal masih ditentukan oleh penguasa. Beberapa anggota masyarakat yang dianggap mampu dimasukkan sebagai anggota dalam badan kerjasama. Usul-usul
dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat dikemukakan, tetapi sering tidak diperhitungkan karena kemampuan dan kedudukannya relatif rendah atau jumlah
mereka terlalu sedikit bila dibandingkan dengan anggota-anggota instansi pemerintah lainnya.
6. Partnership Pada tingkat ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal
dibagi antara masyarakat dengan pihak penguasa. Disepakati juga pembagian tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan
kebijaksanaan dan pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi. Setelah adanya kesepakatan tersebut maka tidak dibenarkan adanya perubahan-perubahan
yang dilakukan secara sepihak.
Universitas Sumatera Utara
7. Delegated Power Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat
keputusan pada rencana atau program tertentu. Masyarakat berhak menentukan program-program yang bermanfaat bagi mereka. Untuk memecahkan masalah,
pemerintah harus mengadakan tawar-menawar tanpa adanya tekanan. 8. Citizen Control
Pada tingkat ini masyarakat mempunyai kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka.
Masyarakat mempunyai kewenangan penuh di bidang kebijaksanaan, aspek-aspek pengelolaan dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihak-pihak luar yang
hendak melakukan perubahan. Menurut Siagian 1995 partisipasi terdapat dua jenis yaitu partisipasi aktif
dan partisipasi pasif. Partisipasi pasif dapat berupa perilaku masyarakat yang tidak ikut berperan aktif dalam setiap pembangunan yang ada di masyarakat.
Partisipasi aktif merupakan suatu tindakan yang nyata untuk turut serta dalam memenuhi ketaatan dan kerelaan pada kepentingan bersama, yang dapat
berbentuk pengorbanan materi atau tenaga sebagai bentuk rasa tanggungjawab kepada kepentingan yang jauh lebih luas dan lebih penting
Partisipasi penuh full participation adalah masyarakat mengikuti seluruh kegiatan partisipasi dari pengambilan keputusan sampai dengan menilai hasil
program, sedangkan partisipasi sebagian partial participation masyarakat mengikuti kegiatan partisipasi hanya pada saat-saat tertentu saja.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat hanya dapat diharapkan ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan adalah bila masyarakat yang bersangkutan merasa dirinya
berkepentingan dan diberi kesempatan untuk ambil bagian. Dengan kata lain partisipasi tidak mungkin optimal jika diharapkan dari mereka yang merasa tidak
berkepentingan terhadap suatu kegiatan, dan juga tidak optimal jika mereka yang berkepentingan tidak diberi keleluasaan untuk ambil bagian.
Mubyarto dalam Soedjono 1990 menyatakan pula bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan
kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri. Berkaitan dengan kemampuan tersebut Davis dalam Sastropoetra 1998 mengemukakan
enam jenis partisipasi, sebagai berikut : 1 pikiran psychological participation, 2 tenaga physical participation, 3 pikiran dan tenaga psycological
participation and physical participation, 4 keahlian participation with skill, 5 barang material participation, dan 6 uang money participation. Davis
juga menyebutkan macam-macam bentuk partisipasi sebagai berikut : 1 konsultasi, 2 sumbangan berupa uang atau barang, 3 sumbangan dalam
bentuk kerja yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat, 4 aksi massa, 5 mengadakan pembangunan dikalangan keluarga dari masyarakat setempat,
6 mendirikan proyek sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat setempat, 7 mendirikan proyek yang juga dibiayai oleh sumbangan dari luar
lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam menyongsong tahun 2000 White dalam Sastropoetra 1998, mengemukakan 10 buah alasan
tentang pentingnya partisipasi, yaitu : a. Dengan partisipasi banyak hasil yang dapat dicapai.
b. Dengan partisipasi pelayanan diberikan dengan biaya efisien. c. Dengan partisipasi harga diri diperhitungkan.
d. Partisipasi dapat menjadi katalisator untuk pembangunan berkelanjutan. e. Dengan partisipasi timbulnya rasa tanggung jawab.
f. Dengan partisipasi aspirasi masyarakat tersalurkan. g. Dengan partisipasi pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.
h. Dengan partisipasi semua potensi yang dimiliki masyarakat dapat dihimpun dan dimanfaatkan.
i. Dengan paartisipasi ketergantungan keahlian kepada orang lain dapat dibebaskan.
j. Dengan partisipasi dapat menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan, dan menimbulkan kesadaran untuk mengatasinya.
2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Menurut Slamet 1993, faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan
mata pencaharian. Sedangkan
menurut Sastropoetro 1998 sebagai berikut : a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan
sosial dan percaya terhadap diri sendiri. b. Faktor lain adalah pengintegrasian yang dangkal terhadap agama.
Universitas Sumatera Utara
c. Kecendrungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang
salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk seperti hanya terjadi di beberapa Negara.
d. Tersedianya kesempatan yang lebih baik di luar pedesaan. e. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program
pembangunan. Adapun persyaratan melaksanakan partisipasi masyarakat secara efektif,
Sastropoertro 1998, berpendapat : a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan.
b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentingan manusianya masyarakatnya.
c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah mempunyai kemampuan, seperti halnya kecerdasan dan pengetahuan.
d. Tidak ada salah satu pihak pun yang biasmerasa dirinya terganggu karena partisipasi.
e. Biaya kegiatan partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau sejenisnya.
f. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan. Adapun 4 empat halkondisi yang mendukung partisipasi masyarakat,
menurut Moeljarto 1997 adalah : a. Strategi pembangunan diarahkan pada bagian rakyat miskin.
Universitas Sumatera Utara
b. Adanya struktur kepemimpinan yang cocok, karena para pemimpin desa mempunyai kepentingan yang sama dengan si miskin sendiri atau karena
adanya persaingan yang signifikan untuk kedudukan kepemimpinan dari mereka yang mewakili kepentingan kaum elit.
c. Pembentukan kelompok di luar koperasi kerjasama yang berbasis pedesaan. d. NGO-NGO memainkan peranan yang bersifat mendukung.
Sementara itu, menurut Ife 1995, faktor-faktor yang mendorong masyarakat berpartisipasi adalah :
a. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa masalah atau kegiatan itu penting baginya First, people will participated if they feel, he issue or activity
is important. b. Mereka akan berpartisipasi jika akan menimbulkan suatu perubahan dan
adanya nilai tambah bagi dirinya The second condition for participation is that people must feel that their action will make a difference.
c. Adanya perbedaan bentuk dari partisipasi masyarakat diakui sesuai dengan nilai-nilai yang mereka miliki This implies the third condition for
participation, namely that different forms of participation must be acknowledged and valued.
d. Masyarakat mungkin berpartisipasi jika mereka mendapatkan dukungan atau dorongan The fourth condition for participation is that people must be
enabled to participate and supported in their participation.
Universitas Sumatera Utara
e. Masyarakat akan berpartisipasi jika diciptakan suatu struktur dan proses yang memungkinkan terjadinya partisipasi The final condition for participation is
that structures and processes must not be alienating. Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam partisipasi masyarakat
menurut Moeljarto 1997, yaitu : 1. Kurangnya perhatian yang murni terhadap persamaan sosial.
2. Kekhawatiran terhadap aksi bersama 3. Kurangnya akses kesempatan rakyat
4. Pendekatan pembangunan yang terpecah-pecah Secara umum ada 3 tiga hambatan yang terjadi dalam menumbuhkan
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu : 1. Belum dipahaminya akan makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh
pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Kesan yang timbul selama ini adalah bahwa keterlibatan masyarakat, terutama bila telah dilakukan
pertemuan secara formal antara aparat dan kelompok masyarakat maka partisipasi telah muncul. Padahal untuk mengetahui secara dalam keinginan
mereka masyarakat, maka tidak cukup hanya dilakukan pertemuan yang kadangkala hanya dilakukan sekali dengan sekelompok orang, tetapi harus
dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang intensif dan mendalam. 2. Reaksi balik yang datang dari masyarakat sebagai akibat dari diperlakukannya
pembangunan sebagai ideologi bagi negara kita. 3. Lemahnya kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan berakar
pada banyaknya peraturanperundang-undangan yang meredam keinginan
Universitas Sumatera Utara
rakyat untuk berpartisipasi. Peraturan perundang-undangan yang pada masa sebelumnya cenderung membatasi ruang gerak masyarakat untuk
berpartisipasi. 2.3.2. Partisipasi Dalam Pembangunan
Partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan
pembangunan yang berorientasi pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara
mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Moeljarto 1997, partisipasi menjadi amat penting, terdapat
beberapa alasan pembenar bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, karena :
1. Rakyat adalah focus central dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut.
2. Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.
3. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan
tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan.
4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari di mana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki.
5. Partisipasi memperluas zona wawasan penerima proyek pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat.
7. Partisipasi menopang pembangunan. 8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi
potensi manusia maupun pertumbuhan manusia. 9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat
untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah.
10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.
Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam setiap perencanaan, program dan kegiatan sosial Adi, 2001, karena :
1. Merupakan suatu sarana untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat. Tanpa informasi ini, maka program
tidak akan berhasil. 2. Masyarakat akan lebih antusias terhadap programkebijakan pembangunan,
apabila mereka dilibatkan dalam perencanaan dan persiapan sehingga mereka akan menganggap bahwa program atau kebijakan tersebut adalah mereka. Hal
ini perlu untuk menjamin program diterima oleh masyarakat, khususnya dalam program yang bertujuan untuk merubah masyarakat dalam cara berfikir,
merasa dan bertindak. 3. Banyak Negara-negara yang menganggap bahwa partisipasi masyarakat
merupakan “hak demokrasi yang bersifat dasar‘, dimana masyarakat harus
Universitas Sumatera Utara
dilibatkan dalam proses pembangunan dimaksudkan untuk memberi keuntungan pada manusia.
Menurut Supriatna 2000, tanpa partisipasi pembangunan justru akan mengganggu manusia dalam upayanya untuk memperoleh martabat dan
kemerdekaannya. Pentingnya partisipasi masyarakat juga diungkapkan oleh Kartasasmita 1997, diperlukan peningkatan partisipasi rakyat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Pernyataan tersebut diperkuat dengan oleh Conyers 1994, menyebutkan ada tiga alasan
utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan yaitu :
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. 2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Kepercayaan semacam ini adalah penting khususnya bila mempunyai tujuan
agar dapat diterima oleh masyarakat. 3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan mereka pun mempunyai untuk turut ‘urun rembug’ memberikan saran dalam menentukan
jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tjokromidjoyo 1996, ada 4 empat aspek penting dalam rangka partisipasi pembangunan, yaitu :
1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme proses politik dalam suatu negara, turut menentukan arah, strategi dan kebijaksanaan
pembangunan yang dilakukan pemerintah. 2. Meningkatnya artikulasi kemampuan untuk merumuskan tujuan-tujuan dan
terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang sebaiknya. 3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan
arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik. 4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam
pembangunan yang berencana. Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini pada
dasarnya dimaksudkan untuk memungkinkan individu, kelompok serta masyarakat memperbaiki keadaan mereka sendiri, karena mereka sendirilah yang
tahu akan apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Di samping juga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab tentang apa yang telah mereka hasilkan
dan apa yang telah dimanfaatkan tersebut. Hal ini terlihat dalam istilah “bottom up planning” perencanaan dari
bawah, keterlibatan pada “grassroots” sampai pada masyarakat yang paling bawah, “democratic planning” perencanaan demokratis dan “participatory
planning”. Dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu diketahui tujuan dari partisipasi tersebut. Ada 5 lima tujuan umum partisipasi masyarakat,
yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Pertukaran informasi, hal ini terutama bertujuan untuk memungkinkan adanya kebersamaan antara pengambil keputusan dan rakyat untuk memungkinkan
rakyat biasa yang secara bersama mengembangkan ide-ide dan keinginan. 2. Pendidikan, ini berhubungan penyebaran informasi secara terinci dari suatu
rencana sehingga memungkinkan masyarakat mengerti akan rencana tersebut. 3. Bangunan dukungan support building ini terutama melibatkan kegiatan yang
bersifat menciptakan suasana yang baik sehingga memungkinkan tidak terjadi benturan di antara kelompok-kelompok masyarakat dan antara kelompok
masyarakat dan pemerintah. 4. Proses pembuatan keputusan yang terbuka, ini terutama bertujuan untuk
memungkinkan masyarakat biasa memberikan ide-ide baru atau pilihan ide dalam proses perencanaan.
5. Masukan dari masyarakat, sebagai suatu usaha mengumpulkan dan mengidentifikasikan sikap dan pendapat dari kelompok masyarakat.
2.4. Pembangunan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah suatu aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan dengan syarat menyentuh aspek-aspek keadilan,
keseimbangan sumberdaya alam, partisipasi masyarakat, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas Korten, 1990. Selanjutnya Dharmawan 2006
mengungkapkan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh
para anggota komunitas yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota komunitas setempat, dimana prinsip-prinsip resident participation dijunjung tinggi.
Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat meliputi pembangunan terpadu, melawan ketidakberdayaan struktural, Hak Azasi Manusia HAM, keberlanjutan,
pemberdayaan, kaitan masalah pribadi dan politis, kepemilikan oleh komunitas, kemandirian, ketidaktergantungan pada pemerintah, keterkaitan, tujuan jangka
pendek dan visi jangka panjang, pembangunan yang bersifat organik, kecepatan pembangunan, keahlian dari luar, pembangunan komunitas, kaitan proses dan
hasil, intergritas proses, tanpa kekerasan, keinklusifan, konsensus, kerjasama, partisipasi, dan perumusan tujuan Gunardi et al, 2006.
Lima karateristik dari pengembangan masyarakat community development, yaitu :
1. Berdasarkan pada kondisi dimana pemerintah menjadi terbuka kepada upaya keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, tingkat
keterlibatan masyarakat yang menggambarkan tingkat keterbukaan, secara efektif diatur oleh pemerintah.
2. Aktivitas pengembangan masyarakat dibangun terutama sekitar masalah- masalah sosial, dimana orang dalam masyarakat berhubungan secara mudah.
Di lain pihak, melalui manajemen masyarakat, terpadu suatu komponen ekonomi dan atau teknik yang kuat. Mesipun demikian, proyek manajemen
masyarakat tetap melaksanakan usaha-usaha yang dapat diidentifikasi secara jelas dalam suatu dasar homogenitas yang terbuka.
Universitas Sumatera Utara
3. Bercirikan masyarakat lokal yang memiliki keutamaan atau kekuasaan, dapat diidetifikasi secara jelas dan mengandung muatan diri.
4. Proses pengembangan masyarakat diarahkan kepada kepuasan terhadap kebutuhan masyarakat.
5. Berpusat pada kegiatan pelatihan yang netral secara politik dan terpisah dari berbagai pertikaian atau debat politik Hikmat, 2001
Kegiatan pengembangan masyarakat ini harus mendasarkan pada perspektif ekologi dengan prinsip holistik menyeluruh dari segala aspek
lingkungan, sustainabillity kelestarian kegiatan, diversity keanekaragaman, dan equilibrium keseimbangan. Konsekuensi dari perspektif ekologikal ini
melukiskan bahwa prinsip holistik akan mengarahkan pada pemikiran untuk memusatkan pada filosofi lingkungan, menghormati hidup dan alam, menolak
solusi yang linier, dan perubahan yang terus menerus. Prinsip sustainability akan membawa pada konsekuensi untuk memperhatikan konservasi, mengurangi
konsumsi, tidak mementingkan pertumbuhan ekonomi, pengendalian perkembangan teknologi dan anti kapitalis. Prinsip diversity membawa
konsekuensi pada penilaian terhadap perbedaan, jawaban atau alternatif yang tidak tunggal, desentralisasi, jaringan kerja dan komunikasi lateral serta
penggunaan teknologi tepat guna. Sementara prinsip equilibrium akan membawa pada perspektif isu-isu global atau lokal, energi yin dan yang, gender, hak dan
pertanggungjawaban, kedamaian dan kooperatif Ife dalam Hikmat, 2001. Selain prinsip ekologikal, kegiatan pengembangan masyarakat juga harus
mendasarkan pada social justice atau keadilan sosial. Keadilan sosial ini
Universitas Sumatera Utara
mencakup kegiatan-kegiatan yang memperhatikan kelemahan secara structural structural disadventage, pemberdayaan empowerment, kebutuhan needs, hak
azasi human right, kedamaian dan anti tindak kekerasan peace and non violence, partisipasi dalam kehidupan demokrasi participatory democracy.
Pembangunan masyarakat berbasis lokal merupakan tindakan kolektif, yang merupakan inti dari gerakan sosial, yang melibatkan sekelompok orang yang
dicirikan oleh adanya kerjasama, tujuan yang tegas, serta kesadaran dan kesengajaan. Portes 1998 mengatakan sumber modal sosial dapat bersifat :
1Consummatory, yaitu nilai-nilai sosial budaya dasar dan solidaritas sosial, dan 2 instrumental, yaitu pertukaran yang saling menguntungkan dan rasa saling
percaya. Sifat sosial dari modal sosial adalah adanya saling menguntungkan paling sedikit antara dua orang, menunjuk pada hubungan sosial, serta
berhubungan dengan kepercayaan, jejaring sosial, hak dan kewajiban. Pada dasarnya sasaran pembangunan masyarakat adalah pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat mengandung arti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan
untuk mengembangkan kehidupannya. Masyarakat berdaya memiliki ciri-ciri : 1 mampu memahami diri dan
potensinya, 2 mampu merencanakan mengantisipasi kondisi perubahan ke depan, dan mengarahkan dirinya sendiri, 3 memiliki kekuatan berunding,
bekerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai, 4 bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Di era globalisasi
sekarang ini, ciri-ciri masyarakat berdaya dapat dilihat dengan dimilikinya etos
Universitas Sumatera Utara
kerja yang tinggi, kreatif, peka dan tanggap, inovatif, relegius, fleksibel, dan jatidiri dengan swakendali Santoso dalam Sumardjo dan Saharuddin, 2006.
Paradigma baru pembangunan dewasa ini lebih memberikan ruang yang memadai bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Menurut Holsteiner dalam Sumardjo dan Saharudin 2006 partisipasi masyarakat diperlukan karena partisipasi berarti :
1. Mensukseskan program secara lebih terjamin dan lebih cepat. 2. Mendekatkan pengertian pihak perencanapengelola dengan kebutuhan
golongan sasaran. 3. Media untuk memupuk keterampilan masyarakat, kekeluargaan, dan
kepercayaan diri. 4. Mencapai partisispasi positif sebagai ciri khas masyarakat modern
Salah satu strategi untuk membangkitkan partisipasi aktif individu anggota masyarakat adalah melalui pendekatan kelompok. Pembangunan yang ditujukan
kepada pengembangan masyarakat, akan mudah dipahami apabila melibatkan agen-agen lokal melalui suatu wadah yang dinamakan kelompok. Menurut
Sumarti et al, 2006 dikarenakan dalam melakukan beragam aktivitas pencaharian nafkah, setiap orang cenderung berkelompok.
Berdasarkan pandangan interaksi pembentukan kelompok, setiap orang menyadari adanya ketidak mampuan memenuhi tujuan yang diinginkan. Dengan
ikatan-ikatan yang berhasil dibentuk, kebutuhan-kebutuhan individu akan dapat dipenuhi.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pengembangan masyarakat memandang bahwa keberadaan kelompok pada masyarakat sangat diperlukan untuk melakukan perubahan
kepribadian dan memperkuat pencapaian tujuan. Penggunaan kelompok dimungkinkan terjadi, karena individu-individu anggota masyarakat yang terlibat
akan menyesuaikan diri dengan salah satu perilaku kolektif. Jika masyarakat telah dapat menyesuaikan diri dengan salah satu perilaku kolektif, maka besar peluang
partisipasi aktif dari masyarakat akan terbentuk. 2.5. Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan, yang saling berinteraksi dan membentuk suatu kondisi lingkungan
ekologis yang unik Dahuri, et al. 2001. Definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut; ke arah
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran Dahuri, et al, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Skema Batas Wilayah Pesisir
Berdasarkan Gambar 2.1. dapat dilihat bahwa wilayah pesisir dimulai dari lingkungan daratan hingga perairan laut. Sehingga harus dikelola secara terpadu
dan bukan secara terpisah. Ciri-ciri Wilayah Pesisir meliputi antara lain:
1. Wilayah yang sangat dinamis dengan perubahan-perubahan biologis, kimiawi dan geologis yang sangat cepat Tulungen, 2001.
2. Tempat dimana terdapat ekosistem yang produktif dan beragam dan merupakan tempat bertelur, tempat asuhan dan berlindung berbagai jenis
spesies organisme perairan Tulungen, 2001; Dahuri et al., 2001 3. Ekosistemnya yang terdiri dari terumbu karang, hutan bakau, pantai dan pasir,
muara sungai, lamun dan sebagainya yang merupakan pelindung alam yang penting dari erosi, banjir dan badai serta dapat berperan dalam mengurangi
dampak polusi dari daratan ke laut Tulungen, 2001; Dahuri et al., 2001.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai tempat tinggal manusia, untuk sarana transportasi, dan tempat berlibur atau rekreasi.
Wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling padat dihuni oleh manusia serta tempat berlangsung berbagai macam kegiatan pembangunan.
Konsentrasi kehidupan manusia dan berbagai kegiatan pembangunan di wilayah tersebut disebabkan oleh tiga alasan ekonomi yang kuat, yaitu bahwa wilayah
pesisir merupakan kawasan yang paling produktif di bumi, wilayah pesisir menyediakan kemudahan bagi berbagai kegiatan, dan wilayah pesisir memiliki
pesona yang menarik bagi obyek pariwisata. Hal-hal tersebut menyebabkan kawasan pesisir di dunia termasuk Indonesia mengalami tekanan ekologis yang
parah dan kompleks sehingga menjadi rusak. Di Indonesia kerusakan wilayah ini terutama disebabkan oleh pola pembangunan yang terlalu berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi, tanpa ada perhatian yang memadai terhadap karakteristik, fungsi dan dinamika ekosistem. Padahal wilayah pesisir dan lautan beserta
segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terkandung di dalamnya diharapkan akan menjadi tumpuan pembangunan nasional. Oleh karena itu
diperlukan perbaikan yang mendasar di dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan sumberdaya alam pesisir. Pola pembangunan yang hanya
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu diganti dengan pembangunan berkelanjutan. Pendekatan dan praktek pengelolaan pembangunan wilayah pesisir
yang selama ini dilaksanakan secara sektoral dan terpilah-pilah, perlu diperbaiki melalui pendekatan pengelolaan secara terpadu Dahuri, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pengembangan Wilayah