Perumusan Masalah Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

Untuk memperkecil problema yang dihadapi para tenaga kerja di Arab Saudi serta melindungi harkat dan martabat tenaga kerja tersebut maka pengaturan tentang penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dalam Undang-undang No. 39 Tahun 2004 merupakan jalan keluar. Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Peranan Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam Menangani Masalah hukum yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi.”

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tinjauan umum tentang Kementerian Luar Negeri? 2. Bagaimana perkembangan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi? 3. Bagaimana peranan Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam menangani masalah hukum yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tinjauan umum tentang Kementerian Luar Negeri. 2. Untuk mengetahui perkembangan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. 3. Untuk mengetahui peranan Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam menangani masalah hukum yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi.

2. Manfaat Penulisan

Universitas Sumatera Utara Adapun manfaat Penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah: a. Secara Teoritis Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan hukum tenaga kerja Indonesia, khususnya mengenai peran Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam Menangani Masalah hukum yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi. b. Secara Praktis Memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang peranan Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam Menangani Masalah hukum yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi kepada Almamater Fakuktas hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Peranan Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam Menangani Masalah hukum yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi, judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulisan ini disusun berdasarkan literature-literatur yang berkaitan dengan TKI di Arab Saudi. Oleh karena itu, penulisan ini adalah asli karya penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan undang-undang Nomor 14 tahun 1969, pasal 1 tentang Universitas Sumatera Utara ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja. GBHN 1988 dalam bidang peranan wanita dalam pembangunan bangsa, wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber instansi bagi pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria disegala bidang kehidupan bangsa dalam segenap kegiatan pembangunan. Demikian juga jika tenaga kerja wanita yang bekerja di perusahaan atau pabrik maupun yang menjual jasa dari tenaganya, harus mendapat perlindungan yang baik atas keselamatan, kesehatan, serta kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Hal ini telah diterapkan dalam pasal 10 UU No. 1969, yang berlaku baik tenaga kerja pria maupun wanita yang menyebutnya bahwa pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup : a. Norma Keselamatan Kerja b. Norma Kesehatan Kerja dan hygiene perusahaan c. Norma Kerja d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitas dalam hal kecelakaan kerja Pemerintah mempunyai kewajiban membina perlindungan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, dan tidak membedakan antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja wanita. Undang- undang No. 14 tahun 1969, pasal 2 menyebutkan bahwa : “Didalam menjalankan undang-undang ini serta peraturan pelaksaannya tidak boleh diadakan diskriminasi”. Namun dalam kenyataan menunjukkan bahwa ada peraturan-peraturan atau ketentuan yang hanya diperuntukkan sifat kodrat wanita, yang pada saat tertentu mengalami haid, hamil, melahirkan dan sebagainya. Mengingat hal demikian pemerintah membina perlindungan kerja yang khusus bagi tenaga kerja wanita. Universitas Sumatera Utara Faktor utama mobilitas tenaga kerja antar negara dipengaruhi hal yang dominan adalah faktor ekonomi. Masalah kesempatan kerja semakin penting dan mendesak, karena diperkirakan pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Hal ini akan mengakibatkan tingkat pengangguran yang semakin meningkat lebih-lebih dalam era krisis ekonomi dan moneter yang menlanda Indonesia saat ini yang ditandai dengan penyerapan angkatan kerja yang sangat sedikit, tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja PHK, nilai tukar rupiah yang cernderung melemah. Dalam kondisi yang demikian alternatif yang paling tepat dilakukan adalah mencari pekerjaan di luar negeri. 3 Faktor lain mobilitas tenaga kerja ke luar negeri, dikemukakan oleh Iman Syahputra Tunggal, Amin Widjaja Tunggal : “Dengan semakin meluasnya pola perekonomian pasar dan pesatnya globalisasi perdagangan, keuangan, teknologi dan migrasi tenaga kerja antar negara maka dalam menganalisa konteks ekonomi perlu diletakkan pada konteks sistem sosial social system secara keseluruhan dari suatu negara, dan tentu saja dalam konteks global atau internasional. Lebih lanjut disebutkan bahwa sistem sosial disini adalah hubungan yang saling terkait antara apa yang disebut faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor non ekonomi. Termasuk dalam faktor non ekonomi adalah sikap masyarakat dan individu dalam memandang kehidupan norma budaya, kerja dan wewenang, struktur administrasi dan struktur birokrasi dalam sektor pemerintahpublik maupun swasta, pola-pola kekerabatan dan agama, tradisi budaya dan lain- lain. 4 Perlu disimak pula analisa sistem sosial di kaitkan dengan komitmen Indonesia dalam menjelaskan aspek tenaga kerja yang bekerja diluar negeri penempatannya jangan dipandang dari segi ekonomisnya saja yaitu sebagai penghasil devisa, melainkan sebagai upaya pemenuhan 3 Todaro, Michael P, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, 1998, hlm 90. 4 Iman Syahputra Tunggal, Amin Widjaja Tunggal, Peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan Baru di Indonesia, Penerbit Harvarindo, Jakarta, 1999, hlm 47. Universitas Sumatera Utara hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Sehingga dalam penyelenggaraan harus dikedepankan aspek perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk itu tenaga kerja Indonesia agar ditempatkan dalam kedudukannya sebagai manusia dengan segenap harkat dan martabatnya. Sebagaimana ditengarai oleh Aris Ananta bahwa kehadiran tenaga kerja dari Indonesia dibutuhkan oleh negara lain saat sekarang, cenderung menawarkan pekerjaan yang sering disebut dengan pekerjaan 3-D Dirty, Difficult, and Dangerous yang dikarenakan penduduk negara maju cenderung enggan atau jual mahal terhadap pekerjaan tersebut. Pada sisi lain dengan jumlah tenaga kerja yang berlebih Indonesia mempunyai kelebihan tenaga kerja yang murah. Pada saat ini adanya suatu kenyataan bahwa Indonesia mengalami kelebihan tenaga kerja tidak terampil, dengan upah penghasilan yang rendah. 5 Disamping itu, banyak negara yang lebih maju dari pada Indonesia telah mencapai tahap pengimpor tenaga kerja tidak terampil. Dari sisi ini, penawaran tenaga kerja tidak terampil dari Indonesia mendapatkan permintaan tenaga kerja tidak terampil dari negara yang lebih maju sehingga pasar tenaga kerja tidak terampil memang ada dan diduga memang amat besar. Dalam bahasa yang lebih teknis, dikatakan bahwa terdapat latent demand and supply untuk tenaga kerja tidak terampil dan murah dari Indonesia. 6 Pada konteks perpindahan tenaga kerja sampai pada negara lain ditinjau dengan subsistem ekonomi merupakan aktivitas adaptasi terhadap lingkungan fisik masyarakat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Satjipto Rahardjo bahwa Ekonomi bertugas mendayagunakan sumber-sumber daya untuk kelangsungan hidup masyarakat. Perbuatan ekonomi adalah perbuatan yang didasarkan pada asas-asas rasionalitas seseorang yang akan mengambil suatu keputusan yang rasional akan berhadapan dengan suatu lingkungan tertentu. Lingkungan itulah 5 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm 39. 6 Ibid Universitas Sumatera Utara yang menjadi penghambat untuk mengambil keputusan secara rasional tersebut. Pengambilan keputusan secara rasional tidak dapat sepenuhnya dilakukan secara bebas. 7 Salah satu hal yang menyulitkan dalam penyelesaian kasus ketenagakerjaan antara Tenaga kerja Indonesia dan majikan adalah pekerjaan pada sector informal, khususnya piñata laksana rumah tangga, tidak diatur dalam hukum perburuhanketenagakerjaan nasional di sebagian besar negara tujuan penempatan, karena sifatnya yang dipandang “informal”. Khususnya untuk Arab Saudi, konsep “pembantu rumah tangga sebagai bagian dari keluarga” membuat profesi piñata laksana rumah tangga tidak dapat digolongkan sebagai suatu pekerjaan professional yang diatur secara resmi dalam Dekrit kerajaaan Nomor M51, tahun 2005, bagian VI yang merupakan dasar hukum perburuhan Arab Saudi. Akibatnya, selain tidak adanya standarisasi perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia, sengketa antara tenaga kerja Indonesia dengan majikan pun menjadi sulit untuk dibawa ke ranah hukum ketenagakerjaan. Instrument hukum terkuat yang dapat dijadikan pegangan dalam penyelesaian kasus antara tenaga kerja Indonesia dan majikannya hanyalah perjanjian kerja antara keduanya, yang mana dalam praktek masih terdapat banyak tenaga kerja Indonesia yang tidak memahami isi perjanjian tersebut, termasuk hak-hak dan kewajibannya berdasarkan perjanjian karena rendahnya kualitas pelatihan dan pembekalan pada saat pra penempatan. 8 Untuk mengatasi masalah kekosongan hukum ini dan dalam rangka memenuhi mandate pasal 11 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 yang mensyaratkan penempatan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi oleh pemerintah hanya dapat dilakukan atas dasar perjanjian tertulis antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Negara pengguna tenaga kerja Indonesia atau 7 Manulang Sendjun H, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm 60. 8 Nasution, S dan Thomas, M, Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi dan Makalah, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, 2009, hlm 47. Universitas Sumatera Utara pengguna berbadan hukum di Negara tujuan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Luar Negeri RI terus mendorong terbentuknya perjanjian bilateral di bidang penempatan atau perlindungan tenaga kerja Indonesia dengan Negara tujuan. 9 Selain masalah-masalah ketenagakerjaan, tenaga kerja Indonesia juga rentan mengalami masalah keimigrasian pada masa penempatan. Sistem kafala yang diterapkan di Negara-negara Timur tengah menempatkan majikan sebagai sponsor yang bertanggungjawab atas biaya perekrutan, pemeriksaan kesehatan, dan kepemilikan iqaman tenaga kerja Indonesia. Tenaga kerja Indonesia akan membutuhkan persetujuan dari sponsornya untuk dapat pindah pekerjaan atau meninggalkan wilayah Negara penempatannya. Hal ini berpengaruh besar ketika tenaga kerja Indonesia lari dari rumah majikan karena bermasalah dan kemudian ditampung oleh perwakilan RI, mereka ridak dapat dengan mudah dan cepat direpatriasi ke tanah air, terkecuali pihak majikan lamanya bersedia untuk melepaskan tenaga kerja wanita Indonesia tersebut sehingga exit permit untuk kepulangan tenaga kerja wanita Indonesia ke tanah air dapat diurus. Ketika hal ini terjadi, maka masalah ketenagakerjaan bergeser menjadi masalah keimigrasian. Selain masalah sponsor, masalah keimigrasian juga timbul ketika tenaga kerja wanita Indonesia Hal ini merupakan salah satu bentuk dari diplomasi perlindungan tenaga kerja Indonesia yang terus diupayakan oleh pemerintah. Hingga saat ini, baru 9 Sembilan negara yang telah memiliki perjanjian bilateral dengan Indonesia yaitu : Malaysia, Korea selatan, Yordania, Kuwait, Taiwan, Persatuan Emirat Arab, Australia, Jepang dan Mesir. Namun publik perlu memahami bahwa perjanjian bilateral yang dibuat antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Negara tujuan serta merta mengesampingkan hukum dan ketentuan perburuhan nasional yang berlaku di Negara tujuan. 9 Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Universitas Sumatera Utara berangkat dengan paspor palsu atau paspor asli dengan identitas diri yang dipalsukan. Hal ini terungkap antara lain ketika ditemukannya sejumlah anak di bawah umur atau kurang dari 21 tahun yang ditempatkan ke Arab Saudi untuk bekerja pada pengguna perseorangan dan mengarah pada indikasi adanya upaya tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh oknum calo, sponsor yang mengirimkan mereka. Untuk tindak lanjut penanganan kasus-kasus tersebut secara hukum, perwakilan RI terkait beserta Kementerian Luar Negeri senantiasa berkoordinasi penuh dengan badan Reserse Kriminal Kepolisian RI dan Dinas Sosial di daerah asal tenaga kerja wanita Indonesia agar penanganan kasus dilakukan secara komprehensif hingga tahap reintegrasi dan rehabilitas sosial. 10 Pada umumnya, praktek perlindungan dan bantuan kekonsuleran dilakukan oleh seorang Konsul pada Perwakilan Konsuler. Namun, fungsi kekonsuleran juga dapat dilakukan oleh pejabat fungsi konsuler pada sebuah perwakilan diplomatik. Perlindungan dan bantuan kekonsuler ini akan sangat membantu tenaga kerja Indonesia dalam hal TKI mengalami masalah hukum, terlebih bila yang bersangkutan ditangkap, dipenjara atau ditahan oleh aparatur penegak hukum di Negara tujuan. Saat mengalami penangkapan, penahanan mengenai batasan-batasan perlindungan itu sendiri. Meskipun masih terdapat distorsi mengenai perbedaan perlindungan diplomatik dan perlindungan kekonsuleran di kalangan masyarakat hukum Internasional maupun kalangan ahli hukum telah menerima perlindungan diplomatik sebagai salah satu kebiasaan internasional. Perlindungan ini dapat berbentuk tuntutan hukum di pengadilanarbitrasi internasional, tekanan politik atau ekonomi, penyelesaian sengketa secara damai dan sebagainya. 11 10 Sendjun H Manulang, Op.Cit, hlm 5. 11 Ridwan Halim, Sri Subiandini Gultom, Sari Hukum Tenaga kerja buruh Aktual, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2001, hlm 84. Universitas Sumatera Utara Perlindungan diplomatik hanya dapat dilaksanakan bila dua hal telah terpenuhi, yaitu mekanisme nasional di Negara penerima telah ditempuh total dan perlindungan diberikan terkait dengan individu yang memiliki kewarganegaraan Negara pemberi perlindungan sejak tanggal terjadinya “injury” hingga tanggal “official presentation of the claim” oleh negara tersebut continous nationality. 12 1. Tipe Penelitian Selain kedua jenis perlindungan tersebut diatas, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004, fungsi perlindungan TKI oleh perwakilan RI juga dikembangkan dengan memberikan peran lebih pada perwakilan untuk melakukan penilaian terhadap mitra usahaagen asing dan pengguna TKI, pembinaan dan pengawasan terhadap perwakilan PPTKIS di luar negeri, memberikan bantuan hokum bagi TKI, pembelaan atas pemenuhan hak-hak TKI sesuai perjanjian kerjaperaturan ketenagakerjaan Negara tujuan dan melegasasi dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk penempatan TKI ke luar negeri.

F. Metode Penelitian