Keadaan dan Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi menurut Hukum Internasional

terhadap mata uang asing, akan meningkatkan upah yang akan mereka terima dalam bentuk rupiah. Hal ini dapat meningkatkan keinginan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di luar negeri.

D. Keadaan dan Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi menurut Hukum Internasional

Semua orang pasti sepakat, alasan utama kebanyakan TKI bekerja ke luar negeri adalah faktor ekonomi. Kebanyakan mereka adalah orang miskin. Jasa tenaga kerja mereka tidak dapat disalurkan di dalam negeri karena negara tidak menyediakan lapangan kerja yang cukup. Dengan bahasa lain, negara sebenarnya telah gagal merealisasikan kesejahteraan bagi warga negaranya. 43 Berdasarkan data resmi pemerintahan, pengangguran di Indonesia kini mencapai 8,59 juta orang atau 7,41 persen dari total angkatan kerja di nusantara sebanyak 116 juta orang. Bisa jadi jumlah pengangguran jauh lebih banyak dari itu. Bahkan setiap tahun ada 1,1 juta sarjana menganggur. 44 Anehnya, kebijakan pemerintah bukannya membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, akan tetapi mereka memikirkan bagaimana menjual mereka ke luar negeri sehingga negera bisa memperoleh devisa. Dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan SNPK, pengiriman TKI disebut sebagai upaya menekan angka pengangguran. 45 Setelah mereka di berangkatkan ke luar negeri, keadaan mereka disana tidak dilindungi sama sekali. Pengiriman TKI selama ini bukanlah urusan Negara, tapi PJTKI dengan pengguna 43 Sastrohadiwiryo, B. Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan Administratif Dan Operasional, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm 44. 44 http:majalah.tempointeraktif.com diakses tanggal 27 Juli 2011 45 Ibid Universitas Sumatera Utara jasa. Akibatnya, jika ada persoalan Negara selalu terlambat merespon permasalahan para pencari devisa tersebut. 46 Kapitalisme yang dianut Indonesia untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat telah gagal. Meskipun Indonesia kaya Sumber Daya Alam SDA, namun karena kebijakan privatisasi kapitalis, hasil SDA hanya banyak memberi keuntungan pada pihak swasta atau asing. Semestinya SDA milik rakyat ini dikelola oleh negara untuk memenuhi kebutuhan asasi semua rakyat, laki-laki maupun perempuan. Sementara itu, di negara tujuan, peraturan di sana tidak memberikan jaminan perlindungan hukum kepada para TKI. Hanya sedikit negara yang telah meratifikasi perlindungan terhadap para pekerja asing. Sebagian di beberapa Negara TKI dianggap sebagai budak yang dapat diperlakukan semaunya oleh para majikannya sendiri. Belum lagi, tidak dipungkiri, banyak majikan yang bertindak kejam, jauh dari sifat kemanusiaan. Mereka melakukan itu karena negaranya sendiri seolah memberi toleransi. Apabila tidak, tidak akan mungkin kasus TKW sampai mencapai angka puluhan ribu kasus. 47 Apabila negara dapat memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok dan asasi setiap rakyat, tidak ada perempuan yang rela meninggalkan keluarga dan menanggung risiko besar dengan menjadi TKI. Namun kemiskinan telah memaksa ribuan perempuan untuk bekerja di luar negeri meningglkan suami, anak dan keluarganya. 48 Permasalahan TKI itu memang rumit. Masalah itu bisa berasal dari TKI-nya karena tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja di negara tujuan. Bisa juga kesepakatan antara calon majikan dengan PJTKI tidak membahas mengenai jaminan keamanan, seperti 46 Ibid 47 Soepomo, Iman, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja Perlindungan Kerja, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1991, hlm 104. 48 Ibid Universitas Sumatera Utara hukum pancung yang menimpa kepada Ruyati sepertinya bukan hukum pancung yang terakhir kepada para tenaga kerja wanita TKW Indonesia yang bekerja di Arab Saudi. Tercatat masih ada sekira 23 TKI yang nasibnya dengan hukum pancung. Meski, misalnya, 23 TKI itu sudah dipancung satu per satu, itu tidak akan membuat pemerintah Indonesia menghentikan pengiriman TKI. 49 Kalau diselisik, kejadian yang menimpa Ruyati pada saat ini, pada tahun 2010 sudah pernah terjadi kasus serupa, di mana TKI asal Cianjur, Jawa Barat, bernama Kikim Komalasari ditemukan tewas di sebuah tong sampah Kota Abha, Arab Saudi. Kikim diduga dibunuh sang majikan setelah diperkosa. Kejadian yang demikian rupanya tidak dijadikan pelajaran oleh pemerintah, dan mungkin saja pemerintah menganggap itu sebagai hal yang biasa sehingga pemerintah tetap mengirimkan TKI ke Arab Saudi. 50 Pemerintah Indonesia meski ditekan dari banyak pihak untuk menghentikan pengiriman TKI ke Arab Saudi namun tetap tidak mendengar desakan itu bisa jadi pemerintah menganggap kejadian seperti Ruyati, Kikim Komalasari, dan kasus-kasus penyiksaan dan pembunuhan lainnya sebagai 1: 1.000. Artinya pembunuhan yang terjadi hanya terjadi pada satu TKI di antara 1.000 TKI lainnya. Jadi tidak semua TKI mengalami nasib seperi Ruyati atau Kikim Komalasari sehingga masalah TKI di luar negeri masih dianggap aman-aman saja. 51 Ketika kasus yang menimpa Kikim Komalasari terjadi, pemerintah Indonesia pernah mempertimbangkan untuk menghentikan pengiriman TKI ke Arab Saudi. Namun bila pemerintah menghentikan pengiriman TKI ke Arab Saudi, pemerintah berpikir hal yang demikian akan berimbas kepada masalah lapangan kerja di Indonesia. Pergi ke Arab Saudi 49 Toha, Halili, dan Hari Pramono, Hubungan Kerja Antara majikan Dan Buruh, Cetakan Pertama, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, 1997, hlm 110. 50 Ibid 51 Tim Kontan, Ada Apa Dengan Buruh, Majalah Kontan Vol. IIEDISI XXIII, 07-20 Mei 2006, Jakarta, 2006. Universitas Sumatera Utara merupakan sebuah kesempatan lapangan kerja yang sangat mudah dan cepat. Bila itu ditutup tentu akan terjadi penyempitan lapangan kerja. Pernah tercatat, jumlah tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi mencapai 1 juta, dan 750.000 adalah perempuan. Bayangkan bila sejuta lapangan kerja ditutup, tentu akan menyebabkan semakin banyaknya pengangguran dan berujung pada semakin beratnya beban negara. Selain itu bila dihentikannya pengiriman TKI maka devisa negara akan menurun. Pada tahun 2006 para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri selama setahun menyumbangkan devisa kepada negara sebesar Rp60 triliun. Dengan devisa itu mampu memberi makan kepada sekira 30 juta orang di Indonesia. Apa yang dihasilkan para tenaga kerja itu sebuah prestasi yang luar biasa sebab jumlahnya kedua terbesar setelah peringkat utama dari sektor minyak bumi dan gas migas. Masalah tenaga kerja keluar negeri memang sejak dahulu menjadi dilema bagi pemerintah. Di satu sisi pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan kerja di dalam negeri, di sisi lain para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri tidak mempunyai skill yang cukup. Skill dan pendidikan yang rendah itulah yang membuat para tenaga kerja tidak mampu membela diri. Apa yang terjadi pada Ruyati merupakan sebuah keprihatinan bagi kita semua, lebih- lebih hukum pancung yang menimpanya hanya berselang beberapa hari selepas Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono SBY menyampaikan pidato soal pentingnya perlindungan terhadap buruh migran di markas ILO, organisasi buruh internasional, Jenewa, Swiss. Pidato dengan tema Forging A New Global Employment Framework for Social Justice and Eguality dalam konferensi ILO itu dengan gagah SBY menyampaikan, buruh migran di Indonesia disebut sebagai pahlawan devisa dan sebagai pahlawan di rumah tangganya. Untuk itu Universitas Sumatera Utara SBY mengajak semua negara untuk memperhatikan dan memberikan pelindungan terhadap pelaku pekerja di sektor domistik atau rumah tangga. 52 Apa yang terjadi di ILO itu, pemerintah Arab Saudi bisa saja mereka mendengar dan menyimak, namun apa yang disuarakan dari ILO itu tidak membuat Arab Saudi serta merta melaksanakan aturan-aturan itu. Mengapa demikian? Bisa jadi aturan-aturan yang datang dari Barat oleh Arab Saudi dianggap sebagai aturan orang kafir atau thogut sehingga sampai kapanpun Arab Saudi tidak mau meratifikasinya. Misalnya saja Arab Saudi tidak mau meratifikasi Konvensi PBB tahun 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya. 53 Kalaupun Arab Saudi menyatakan adanya aturan hukum internasional yang mengacu pada HAM, itu hanya lips service semata. Ketika pada Oktober 2010, Ketua MA Kerajaan Arab Saudi Saleh Bin Abdullah Bin Humeid berkunjung ke pimpinan MPR, ia mengatakan bahwa Arab Saudi sudah mempunyai organisasi HAM Hak Asasi Manusia yang melindungi seluruh tenaga kerja. Saleh Bin Abdullah Bin Humeid membuka pengadilan untuk menangani masalah tenaga kerja. Bila adalah masalah pada tenaga kerja, pemerintah Arab Saudi sudah membentuk lembaga tempat tenaga kerja mengadukan dan melaporkan, misalnya bila menghadapi masalah gaji atau pun kasus penyiksaan. 54 Namun apa yang dikatakan itu terbalik dengan realitas yang ada. Dengan adanya kasus Ruyati menunjukan bahwa Arab Saudi dalam melindungi para tenaga kerja hanya sebatas konsep dan lips service semata. Akibat dari tidak bersedianya Arab Saudi mengikuti hukum dan aturan 52 http:nasional.inilah.com, diakseskan tanggal 27 Juli 2011 53 Eggy Sudjana, Nasib dan Perjuangan Buruh di Indonesia, Renaissan, Jakarta, 2005, hlm 37 54 Ibid Universitas Sumatera Utara internasional tersebut maka Indonesia yang warganya tertimpa masalah di negeri itu mengalami kesulitan ketika mencoba menggunakan kekuatan hukum internasional. 55 Bila Arab Saudi tidak sudi menggunakan hukum internasional dalam masalah tenaga kerja maka kita pun juga bisa mensiasati menggunakan hukum Islam. Misalnya dengan kapasitasnya sebagai ulama besar, Presiden Gus Dur menelepon Raja Arab Saudi ketika ada kasus TKI yang terancam hukuman mati. Berkat sosok Gus Dur sebagai ulama maka hukuman bagi Siti Zaenab, akhirnya dibatalkan. Contoh lainnya adalah, meski Arab Saudi sudah jelas menggunakan nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam dalam masalah hukum, namun itu perlu kita jelaskan lagi pentingnya kesejahteraan dan perlindungan kepada para tenaga kerja sesuai dengan tuntunan Nabi, yakni sebuah hadits yang mengatakan, Bayarlah upah buruh sebelum kering keringatnya. Tidak hanya itu, kita paparkan kembali bahwa dalam syirah nabawiyyah banyak pengalaman Nabi yang membebaskan budak. Membebaskan budak ini dalam konteks sekarang adalah memberi perlindungan, pengayoman, kesejahteraan, cuti di hari libur, dan dianggap sebagai saudara sendiri kepada tenaga kerja. 56 Pengamat hukum internasional Hikmahanto Juwana mendesak pemerintah agar bersikap tegas terhadap Pemerintah Arab Saudi terkait eksekusi mati tenaga kerja Indonesia TKI Indonesia, Ruyati binti Satubi. Menurut dia, jika pemerintah memiliki komitmen tinggi terhadap perlindungan para tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi, tidak bisa sekadar memanggil Duta Besar Arab Saudi. Ketegasan pemerintah dapat diwujudkan dengan melakukan penghentian pengiriman TKI ke Arab Saudi. Dan pemerintah juga dapat melakukan tindakan diplomatik untuk memperlihatkan ketidaksenangan Indonesia atas perlakuan warganya. Tindakan diplomatik tersebut, dapat berupa pemanggilan pulang Dubes Indonesia di Arab Saudi atau 55 Ibid 56 http:news.okezone.com, diakseskan tanggal 27 Juli 2011 Universitas Sumatera Utara memperkecil dan mengurangi jumlah personel di perwakilan Indonesia di Arab Saudi, meski tidak harus memutuskan hubungan diplomatik. Hal itu dilakukan selain untuk memperlihatkan ketidaksenangan masyarakat Indonesia atas tidak diberi tahunya waktu eksekusi Ruyati, tetapi juga untuk mendapatkan alasan atas tidak diberi tahunya mengenai eksekusi tersebut. 57 Dalam rangka perlindungan TKI ke depan nanti, pemerintah diharapkan tidak cukup dengan melakukan pendampingan bantuan hukum ketika TKI sedang dirudung masalah hukum. Pemerintah harus melakukan apa yang dilakukan Pemerintah Australia yang melakukan berbagai daya upaya dalam melindungi warganya. Misalnya, pelaku penyelundupan narkoba yang dikenal sebagai Bali, yang saat ini terbebas dari jeratan hukuman mati karena upaya Pemerintah Australia melakukan lobi dan upaya hukum di Indonesia. Dan di samping itu, tujuannya adalah Arab Saudi pada masa mendatang tidak melakukan tindakan yang sama, imbuhnya. Ruyati binti Satubi, dihukum mati setelah mengakui telah membunuh wanita asal Arab Saudi bernama Khairiya binti Hamid Mijlid pada 2010 lalu. Hukuman mati Ruyati membuat pihak Kementerian Luar Negeri kaget. Pasalnya, menurut keterangan Juru Bicara Kemenlu, Michael Tene, informasi mengenai eksekusi hukuman tersebut sebelumnya tidak diberitahukan kepada KBRI di Arab Saudi. Tanpa mengabaikan sistem hukum yang berlaku di Arab Saudi, Pemerintah Indonesia Ketegasan perlu dilakukan agar Pemerintah Arab Saudi lebih sensitif terhadap nasib para TKI di negeri tersebut yang kerap menderita perlakuan kasar dan kekerasan. Ini semua berujung pada para TKI melakukan tindakan yang dituduhkan pada Ruyati, yaitu pembunuhan atas majikan. Apalagi bila otoritas Arab Saudi tidak serius dalam melakukan proses hukum, bahkan cenderung melindungi warganya yang melakukan kekejaman terhadap para TKI. 57 Ibid Universitas Sumatera Utara mengecam bahwa pelaksanaan hukuman mati terhadap Ruyati tidak diinformasikan kepada KBRI kita di Riyadh sebelumnya. 58 Kelebihan-kelebihan tenaga kerja yang kabur ialah 1 Sudah memahami bahasa Arab, 2 Sudah berpengalaman, 3 Tidak menanggung biaya Iqamah, 4 Kontrak kerjanya fleksibel, bisa 2-3 bulan, bahkan harian. Selain itu, para TKI ini bisa menabung untuk masa depan anak Para TKI selama berada di penampungan itu, mereka bisa bekerja freelance. Yang perlu dicermati di sini, Saudi telah menetapkan peraturan ketat terhadap para calon juragan yang ingin mengambil tenaga kerja Indonesia. Setiap warga Arab Saudi yang ingin seorang pembantu asal Indonesia harus bertanggung jawab. Seperti; biaya mendatangkan TKI, membelikan Iqomah KTP selama dua tahun dengan biaya yang cukup mahal. Pendeknya, warga Arab Saudi tidak mudah mendatangkan TKI, karena aturan-aturan sangat rumit dan biayanya juga cukup tinggi. Dan, tidak semua warga Arab Saudi itu kaya. Tetapi, hampir semua warga Arab Saudi itu bergaya hidup kaya. Hampir setiap keluarga di Arab Saudi wajib memiliki tenaga kerja wanita dan sopir pribadi untuk mengantar sekolah anak-anaknya setiap pagi. Untuk mengirit biaya, maka mereka tinggal datang ke penampungan para TKI, untuk memperoleh tenaga kerja Indonesia. Jika di bandingkan dengan mendatangkan TKI dari Indonesia, biaya cukup tinggi. Lebih baik memililih TKI yang kaburan lari dari majikan. Perbandinganya, jika TKI kaburan lari dari majikan itu hanya membayar 800 -1000 SR, tanpa harus membelikan iqomah, serta biaya-biaya lainnya. Sementara, para TKI yang didatangkan dari Indonesia PTJKI dengan bayaran 600 SR, tetapi biaya lainnya cukup tinggi. Sedangkan, tanggung jawabnya cukup cukup tinggi juga. Lebih baik, orang Arab memilih tenaga kerja Indonesia yang Kaburan lari dari majikan saja. 58 http:nasional.kompas.com, diakseskan tanggal 27 Juli 2011 Universitas Sumatera Utara serta keluarganya di Indonesia. Kadang, mereka ketemu jodoh ketika sedang dalam penampungan. Di sisi lainnya, para TKI itu harus membayar uang sewa tempat kepada pemilik juragan rumah kontrakan tersebut. 59 Oleh karena itu, pemerintah harus tegas. Khususnya menteri Tenaga Kerja harus menindak tegas terhadap PJTKI yang nakal-nakal itu, serta menelusuri penampungan- penampungan kaburan lari dari majikan tersebut, agar tidak terjadi lagi persoalan-pesoalan Jumlah tenaga kerja asing di Arab Saudi cukup signifikan. Sebagian dari mereka yang illegal, ketika ingin pulang mengalami kesulitan masalah dokumen dan identitas diri. Agar tidak berbelit-belit, mereka menangkapkan diri agar dideportasi. Setiap tahun banyak tenaga kerja dari Mesir, India, Pakistan, Bangladesh, menelantarkan diri agar supaya dipulangkan tanpa mengeluarkan biaya. Pemerintah Arab Saudi juga sudah membuat anggaran khusus untuk memulangkan para tenaga kerja itu dengan cara berjama’ah setiap tahun. Perlu digarisbawahi juga, ternyata uang hasil kerja mereka selama di Saudi dikirimkan terlebih dahulu ke negaranya masing-masing. Jadi, mereka tidak mengeluarkan biaya sepeser pun. Setahun kemudian, mereka datang lagi dengan modus yang sama. Para TKI yang kaburan lari dari majikan itu tidak memiliki ijin tinggal. Ketika mereka ingin pulang, tidak ada cara lain kecuali dengan cara menangkapkan diri. Jumlah ini semakin tahun semakin banyak. Hingga menumpuk di bawah jembatan Jeddah. Sebagian dari mereka memang ada yang dizholimi oleh warga Saudi. Dan, tidak sedikit dari mereka memang sengaja kabur, agar dipulangkan tanpa harus mengeluarkan biaya. Sebab, biaya pulang cukup besar, tiket pesawat saja mencapai 3000 SR 6 juta. 59 . Kartasapoerta Rience G. Widyaningsih. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan. Cet. I; Bandung : Armico, 1992, hlm 70. Universitas Sumatera Utara tenaga kerja Indonesia. Jadi, sebenarnya, yang nakal itu bukan hanya warga Arab Saudi, tapi warga Indonesia yang bekerja disana juga nakal-nakal. Karena banyaknya yang nakal, sampai-sampai ada istilah mengelitik dengan sebutan “imigrasi bayangan”. Artinya, orang-orang tertentu bisa membuat paspor Indonesia yang persis dengan aslinya. Persoalan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi tidak sederhana. Mulai dari PJTKI, SDM, Ekonomi, bahasa, serta kultur dan budaya Indonesia juga menjadi persoalan. Siapapun yang menjadi presiden, pasti mumet pusing tujuh keliling melihat kondisi TKI di Arab Saudi. Bukan saja membela pemerintah, tetapi realitas dilapangan memang demikian. 60 Pemerintah Indonesia akan memperbaiki kontrak kerja tenaga kerja Indonesia yang dikirim ke Arab Saudi untuk mencegah penyiksaan seperti yang dialami Sumiati dan Kikim. “Pemerintahan RI akan perbaiki kontrak kerja, jadi nanti akan dimasukkan hal-hal seperti peta rumah majikan, jumlah pengguna, besar penghasilan keluarga, akses komunikasi dan libur minimal seminggu sekali,” ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Menakertrans, seusai rapat koordinasi antarinstansi di kantor Kemenakertrans, Senin. Menakertrans menjelaskan, pembaruan kontrak kerja itu juga akan termasuk kondisi rumah majikan yang harus representatif untuk menampung penata laksana rumah tangga mereka atau TKI, memiliki asuransi kesehatan dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Pemerintah melakukan pengkajian ulang terhadap penempatan TKI di Arab Saudi terkait banyaknya kasus kekerasan yang dialami TKI di negara itu. Menakertrans lakukan pengetatan pengiriman dan pengkajian pola rekrutmen sehingga kami bisa memberikan penilaian rasional dan objektif yang juga tidak merugikan saudara-saudara kita 60 http:sosbud.kompasiana.com , diakseskan tanggal 27 Juli 2011 Universitas Sumatera Utara yang berhasil. Penghentian sementara pengiriman TKI atau moratorium, kata Menakertrans baru, akan ditempuh sebagai jalan terakhir. 61 Penandatanganan nota kesepahaman MoU dengan Arab Saudi juga dinilai bukan merupakan satu-satunya hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi kerja bagi TKI di negara tersebut. MoU bukan satu-satunya indikator. Hongkong dan Taiwan sukses tanpa MoU sedangkan Malaysia sudah MoU tapi masih ada masalah juga. Meskipun demikian, menurut Muhaimin, penandatangan MoU merupakan salah satu pintu masuk bagi peningkatan kondisi kerja TKI di suatu negara sehingga pemerintah tetap melakukan pendekatan untuk penyusunan MoU dengan Arab Saudi meskipun negara itu tidak memiliki MoU ketenagakerjaan dengan negara manapun. Jadi kalau kita berhasil membuat MoU dengan Arab Saudi maka kita yang merintis. 62 61 Yatim, H. Kelana, Kisah Sukses TKI di Arab Saudi, penyunting penerbit Yayasan Pena Bangsa, 1993. hlm 29. 62 http:hileud.com, diakseskan tanggal 27 Juli 2011. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERANAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENANGANI

MASALAH HUKUM YANG MENIMPA TENAGA KERJA INDONESIA DI ARAB SAUDI

A. Proses Migrasi Tenaga Kerja di Luar Negeri

Secara umum migrasi tenaga kerja ke luar negeri atau migrasi internasional ini berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan transisi demografi pada suatu Negara. Pada saat perekonomian Negara masih tergolong terbelakang dan pertumbuhan penduduk masih tergolong tinggi, kelebihan tenaga kerja umumnya tidak dapat diserap oleh kegiatan ekonomi di dalam negeri. Oleh karena itu, pengiriman tenaga kerja keluar negeri menjadi salah satu alternative pemecahan masalah ketenagakerjaan disamping faktor pemasukan devisa Negara dari kegiatan pengiriman tersebut. 63 Secara historis, migrasi sebagian penduduk Indonesia dari satu wilayah ke wilayah lain atau ke negara lain tidak dapat dilepaskan dari kebijakan kolonialisme Belanda terutama seiring dengan meluasnya kapitalisme perkebunan. Mulai pertengahan abad 19 sampai awal abad 20, terjadi pengiriman tenaga kerja asal Jawa ke koloni Belanda di Suriname dan Kaledonia, selain wilayah – wilayah perkebunan di luar Jawa terutama Sumatera. Demikian juga pada masa penjajahan Jepang. 64 Setelah kemerdekaan, pola migrasi tenaga kerja Indonesia tentu saja mengalami perubahan, meskipun ciri eksploitatifnya tetap bertahan atau bahkan dilanggengkan. Kebijakan migrasi Indonesia pertama termaktub dalam Repelita 1956 – 1960 ketika pemindahan penduduk 63 Asikin, Zainal, Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Pengertian, Sifat dan Hakekat Hukum Ketenagakerjaan, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 1993. hlm 61 64 Ibid Universitas Sumatera Utara