ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL DALAM MENENTUKAN TINGKAT RESIKO NON PERFORMING FINANCING BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA (External and Internal Analyses in Determining Non Performing Financing Risk of Sharia Rural Bank in Indonesia)
ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL DALAM MENENTUKAN TINGKAT RESIKO NON PERFORMING FINANCING BANK
PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA
(External and Internal Analyses in Determining Non Performing Financing Risk of Sharia Rural Bank in Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Oleh
Erica Fricillia Romadhoni 20130430074
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(2)
(3)
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR SINGKATAN ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TIJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah ... 11
2. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah ... 13
3. Risiko Perbankan ... 14
4. Pembiayaan ... 17
5. Prinsip analisa pembiayaan ... 20
6. Non Performing Finance ... 22
7. Faktor yang mempengaruhi resiko NPF ... 23
a. Gross Domestic Product ... 24
b. Inflasi ... 25
c. Kurs ... 26
d. Resiko pembiayaanmurabahah ... 28
e. Profit Loss Sharing ... 29
(4)
ii
C. Kerangka Pemikir ... 32
D. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis dan sumber data ... 36
B. Metode Pengumpulan data ... 37
C. Metode Analisis ... 39
1. Analisis Linear Berganda ... 39
2. Analisis Uji Asumsi Klasik ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 48
B. Hasil dan Pembahasan ... 48
1. Uji Asumsi Klasik ... 56
2. Uji Statistik ... 61
BAB V PENUTUP ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA
(5)
iii
DAFTAR TABEL
1.1 Komposisi Pembiayaan yang diberikan BPRS ... 5
1.2 Pembiayaan BPRS berdasarkan Kualiatas Pembiayaan ... 7
2.1 Kreteria kesehatan Non Performing Finance ... 22
4.1 Non Performing Finance 2011-2015 ... 46
4.2 Gross Domestic Product 2011-2015 ... 48
4.3 Perkembangan Inflasi 2011-2015 ... 50
4.4 Perkembangan Kurs mata uang asing 2011-2015 ... 52
4.5 Perkembangan Alokasi Pembiayaan Murabahah ... 53
4.6 Profit Loss Sharing 2011-2015 ... 56
4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 60
(6)
iv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Grafik Kerangka Pemikiran ... 35
4.1 Uji Normalitas ... 57
4.2 Uji Serial Regresi ... 58
(7)
PERNYATAAN Dengan ini saya,
Nama : Erica Fricillia Romadhoni Nomor Mahsiswa : 20130430074
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL DALAM MENENTUKAN TINGKAT RESIKO NON PERFORMING FINANCING BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftra Pustaka. Apabila ternyta skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut di batalkan.
Yogyakarta,28 Desember 2016 Erica Fricillia Romadhoni
(8)
Motto
“Dream in life, do not live in a dream” - andera hirata-“Ajaibnyawaktu, masalalu yang
menyakitkanlambatlaunbolehberubahmenjelmamenjadi nostalgia romantik yang tidakingindilupakan.”-anderea hirata, sang pemimpi “
“ Doa itu melunakkan yang keras, menentramkan yang bersedih, mendekatkan yang jauh, menguatkan yang lemah, menyatukan yang terpisah dan menjadikan tiada menjadi ada “ - arnova reswari, 16 01
15-Persembahan Skripsi ini ku persembahkan untuk
(9)
Untuk mama dan ayah ku tercinta (Ayah Rustam Edward & mama Riza Yuliana) Untuk ibu dan bapak angkat ku terkasih (Bapak Ades dan ibu Laila )
Untuk Kakak ku tersayang (Efriza Amillia) Untuk Almamaterku tercinta
Untukbeloved life partner(Fajar David Budiarga)
Untuk anak Kost Putri Mranggen tercinta ( mbak Juli, mbak Mia, Nanda, Dinda, Arum, Pak Umar, Mba Eka, Duwi, Buge, Resti,Mbak Imas)
Untuk sahabat sahabat terbaikku kakak kakak tercantik (Kak Aisyah dan Kak Mika) Untuk Keluarga KKN 142 yang selalu mendukung dan memberi pelajaran termanis pasca KKN bulan agustus (Bayu, Falih, Rifai, Bang Sihab, Mbak Neti, Mbak Sasi, Mama Endah, Om Oky, Bembi Fajar, Alfiddah, Mba Tata, Kak Mika, Kak Nurma) Untuk sepupu sepupu ku tercinta yang tak berhenti mendukung (Iqbal, Kak Tya, Dita, Ayu, Puput, Intan, Zidan, Kak Septi, Kak Arti, Bang Apdi, Kak Bella, Kak Novan, Ifah, Firda.
Untuk ponakan ku tercinta (Putri Alani Syakhila dan Anindiya Faiza Amalia)
Untuk teman teman seperjuangan Ilmu Ekonomi 2013 yang the best (Zozo, Helda, Clara, Laily, Donna, Eni, Ririn, Mayang, Hevi, Meri, Firda, Eni, Lailik )
Untuk temen temen satu bimbingan bersama bunda Dyah Titis Kusuma Wardani (Eko, Afrizal, Lailia, Heni, Ismi)
INTISARI
Non Performing Financing (NPF) adalahpembiayaan yang bermasalah di BPRS yang erat kaitannya dengan kinerja BPRS. Oleh karenanya diperlukan analisis faktor-faktor baik
(10)
eksternal maupun internal yang mempengaruhi tingkat resiko NPF di BPRS selain daripada resiko NPF jugaakan dipengaruhi oleh persyaratan kriteria bagi pihak-pihak yang akan mengajukan pembiayaan kepada BPRS yaitu 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy dan Collateral serta 1S (Syariah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar faktor-faktor baik eksternal dan internal berpengaruh dalam menentukan tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pembiayaan di BPRS yang telah dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Statistik Perbankan Syariah secara Triwulan, tahun 2011-2015. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu pertumbuhan GDP Riil dan Rasio Return PembiayaanProfit loss sharingdibanding Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap NPF, inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap NPF. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Temuan yang terakhir adalah bahwa Rasio Pembiayaan Murabahah dibanding PLS (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadapNon Performing FinancingBPRS di Indonesia.
Kata kunci : NPF, GDP, Inflasi, Kurs, PembiayaanMurabahah,Profit Loss Sharing,RF dan RR.
Abstract
Non Performing Financing (NPF) is a financing problem in BPRS that is closely related to the performance of BPRS. Therefore, it is needed to analyse both external and internal factors which affect the rate of NPF risk in BPRS. Moreover, NPF risk is also influenced by the criteria of Shariah Bank’s borrowers that is 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy and Collateral and 1S (Shari’ah). This study aims to analyse on how strong the factors both external and internal influence in determining NPF risk of BPRS in Indonesia. The data is used in this study is financing data in BPRS around Indonesia that have been published by Financial Services Authority (OJK) and Shariah Banking Statistics quarterly year, from 2011-2015. Method of data analysis is used in this research is Ordinary Least Square (OLS). The results show that, GDP and Return Ratio of Profit Loss Sharing (RR) have positive but insignificant effects on NPF risk, inflation has negative impact but insignificant on NPF risk. In addition, Exchange Ratehas positive and significant on NPF. Finally, the ratio of Murabahah Financing Allocation (RF) has negative and significant effect on NPF risk of BPRS in Indonesia.
Keywords: NPF, GDP, Inflation, Exchange rate, Murabahah, Profit Loss Sharing, RF and RR.
(11)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Ekternal dan Internal dalam Menentukkan Non Performing Finance Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Indonesia”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian seterusnya.
Penyelesian skrpsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukunga dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telamemberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.
2. Ibu Dyah Titis Kusuma Wardani,SE.,MIDEc yang dengan kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.
(12)
3. Ayah dan Mama serta kakaku yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian kepada penulis hingga bisa menyelesaikan studi ini
4. Teman hidup tebaik yang selalu membantu dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan studi
5. Sahabat sahabat terbaik yang tak pantang memberikan dorongan kepada penulis untuk memudahkan proses penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta,28 Desember 2016
(13)
DAFTAR SINGKATAN
( LIST OF ABREVIATION)
NPF : Non Performing Finance, yaitu pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang terjadi pada Bank Syariah BPRS : Bank Perkreditan Rakyat Syariah
UUS : Unit Usaha Syariah BUS : Bank Umum Syariah PLS : Profit Loss Sharing GDP : Gross domestic Product
(14)
ROA : Retrun on assets, yaitu rasiop laba sebelum pajak (disetahunkan) terhadap total ast rata-rata
ROE : Retrun on equity, yaitu rasio laba setelah pajak (disetahunkan) terhadap total modal rata-rata
FDR : Financing to deposit ratio, yaitu rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga
NPL : Non Performing loud, yaitu Kredit macet yang terjadi di bank Konvensional
(15)
PERNYATAAN Dengan ini saya,
Nama : Erica Fricillia Romadhoni Nomor Mahsiswa : 20130430074
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS EKSTERNAL DAN INTERNAL DALAM MENENTUKAN TINGKAT RESIKO NON PERFORMING FINANCING BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftra Pustaka. Apabila ternyta skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut di batalkan.
Yogyakarta,28 Desember 2016 Erica Fricillia Romadhoni
(16)
Motto
“Dream in life, do not live in a dream” - andera hirata-“Ajaibnyawaktu, masalalu yang
menyakitkanlambatlaunbolehberubahmenjelmamenjadi nostalgia romantik yang tidakingindilupakan.”-anderea hirata, sang pemimpi “
“ Doa itu melunakkan yang keras, menentramkan yang bersedih, mendekatkan yang jauh, menguatkan yang lemah, menyatukan yang terpisah dan menjadikan tiada menjadi ada “ - arnova reswari, 16 01
15-Persembahan Skripsi ini ku persembahkan untuk
(17)
Untuk mama dan ayah ku tercinta (Ayah Rustam Edward & mama Riza Yuliana) Untuk ibu dan bapak angkat ku terkasih (Bapak Ades dan ibu Laila )
Untuk Kakak ku tersayang (Efriza Amillia) Untuk Almamaterku tercinta
Untukbeloved life partner(Fajar David Budiarga)
Untuk anak Kost Putri Mranggen tercinta ( mbak Juli, mbak Mia, Nanda, Dinda, Arum, Pak Umar, Mba Eka, Duwi, Buge, Resti,Mbak Imas)
Untuk sahabat sahabat terbaikku kakak kakak tercantik (Kak Aisyah dan Kak Mika) Untuk Keluarga KKN 142 yang selalu mendukung dan memberi pelajaran termanis pasca KKN bulan agustus (Bayu, Falih, Rifai, Bang Sihab, Mbak Neti, Mbak Sasi, Mama Endah, Om Oky, Bembi Fajar, Alfiddah, Mba Tata, Kak Mika, Kak Nurma) Untuk sepupu sepupu ku tercinta yang tak berhenti mendukung (Iqbal, Kak Tya, Dita, Ayu, Puput, Intan, Zidan, Kak Septi, Kak Arti, Bang Apdi, Kak Bella, Kak Novan, Ifah, Firda.
Untuk ponakan ku tercinta (Putri Alani Syakhila dan Anindiya Faiza Amalia)
Untuk teman teman seperjuangan Ilmu Ekonomi 2013 yang the best (Zozo, Helda, Clara, Laily, Donna, Eni, Ririn, Mayang, Hevi, Meri, Firda, Eni, Lailik )
Untuk temen temen satu bimbingan bersama bunda Dyah Titis Kusuma Wardani (Eko, Afrizal, Lailia, Heni, Ismi)
INTISARI
Non Performing Financing (NPF) adalahpembiayaan yang bermasalah di BPRS yang erat kaitannya dengan kinerja BPRS. Oleh karenanya diperlukan analisis faktor-faktor baik
(18)
eksternal maupun internal yang mempengaruhi tingkat resiko NPF di BPRS selain daripada resiko NPF jugaakan dipengaruhi oleh persyaratan kriteria bagi pihak-pihak yang akan mengajukan pembiayaan kepada BPRS yaitu 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy dan Collateral serta 1S (Syariah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar faktor-faktor baik eksternal dan internal berpengaruh dalam menentukan tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pembiayaan di BPRS yang telah dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Statistik Perbankan Syariah secara Triwulan, tahun 2011-2015. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu pertumbuhan GDP Riil dan Rasio Return PembiayaanProfit loss sharingdibanding Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap NPF, inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap NPF. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Temuan yang terakhir adalah bahwa Rasio Pembiayaan Murabahah dibanding PLS (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadapNon Performing FinancingBPRS di Indonesia.
Kata kunci : NPF, GDP, Inflasi, Kurs, PembiayaanMurabahah,Profit Loss Sharing,RF dan RR.
Abstract
Non Performing Financing (NPF) is a financing problem in BPRS that is closely related to the performance of BPRS. Therefore, it is needed to analyse both external and internal factors which affect the rate of NPF risk in BPRS. Moreover, NPF risk is also influenced by the criteria of Shariah Bank’s borrowers that is 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy and Collateral and 1S (Shari’ah). This study aims to analyse on how strong the factors both external and internal influence in determining NPF risk of BPRS in Indonesia. The data is used in this study is financing data in BPRS around Indonesia that have been published by Financial Services Authority (OJK) and Shariah Banking Statistics quarterly year, from 2011-2015. Method of data analysis is used in this research is Ordinary Least Square (OLS). The results show that, GDP and Return Ratio of Profit Loss Sharing (RR) have positive but insignificant effects on NPF risk, inflation has negative impact but insignificant on NPF risk. In addition, Exchange Ratehas positive and significant on NPF. Finally, the ratio of Murabahah Financing Allocation (RF) has negative and significant effect on NPF risk of BPRS in Indonesia.
Keywords: NPF, GDP, Inflation, Exchange rate, Murabahah, Profit Loss Sharing, RF and RR.
(19)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Ekternal dan Internal dalam Menentukkan Non Performing Finance Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Indonesia”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian seterusnya.
Penyelesian skrpsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukunga dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telamemberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.
2. Ibu Dyah Titis Kusuma Wardani,SE.,MIDEc yang dengan kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.
(20)
3. Ayah dan Mama serta kakaku yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian kepada penulis hingga bisa menyelesaikan studi ini
4. Teman hidup tebaik yang selalu membantu dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan studi
5. Sahabat sahabat terbaik yang tak pantang memberikan dorongan kepada penulis untuk memudahkan proses penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta,28 Desember 2016
(21)
DAFTAR SINGKATAN
( LIST OF ABREVIATION)
NPF : Non Performing Finance, yaitu pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang terjadi pada Bank Syariah BPRS : Bank Perkreditan Rakyat Syariah
UUS : Unit Usaha Syariah BUS : Bank Umum Syariah PLS : Profit Loss Sharing GDP : Gross domestic Product
(22)
ROA : Retrun on assets, yaitu rasiop laba sebelum pajak (disetahunkan) terhadap total ast rata-rata
ROE : Retrun on equity, yaitu rasio laba setelah pajak (disetahunkan) terhadap total modal rata-rata
FDR : Financing to deposit ratio, yaitu rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga
NPL : Non Performing loud, yaitu Kredit macet yang terjadi di bank Konvensional
(23)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Melalui pinjaman, perbankan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat untuk kelancaran usahanya. Kegiatan perbankan lainnya yaitu penyimpanan dana. Dalam kegiatan ini, pihak perbankan berusaha menawarkan keamanan danaterbaik kepada nasabah dengan jasa yang diperoleh .
UU No. 10 Tahun 1998 tentang bank, bahwa “Bank adalah lembaga penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat”Sedangkan regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008. “Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan pinsip syariah. Berdasarkan dengan jenisnya bank syariah terdiri dari atas: Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)”(Andi, 2009).
Bank syariah juga sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat dengan berbagai bentuk pembiayaan.
(24)
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan dari satu pihak kepada pihak lain untuk medukung investasi yang telah direncanakan (Mohammad, 2005). Pada mulanya pembentukan syariah banyak diragukan, karena beberapa alasan: Pertama, banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan syariah yang bebas bunga (interest-free base) adalah sesuatu yang tidak lazim. Tidak adanya sistem bunga atau riba dalam bank syariah dikarenakan, menurut keyakinan Muslim, bahwasannya riba diharamkan menurut prinsip syariah. Kedua, adanya pertanyaan tentang bagaimana bank membiayai akanoperasinya (Ensiklopedia Islam, 2014), jika bank beroperasi tanpa adanya unsur bunga yang merupakan unsur pendapatan ketika bank meminjamkan modal (pincipal) kepada nasabah atau nasabah menitipkan dananya kepada bank untuk dikelola atau diinvestasikan kembali. Akan tetapi di lain pihak sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya bank syariah, sebab Bank Syariah merupakan salah satu alternatif pengembangan ekonomi Islam.
Pembiayaan menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, adalah “Penyediaan uang atau tagihan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak tersebut yang mewajibkan pihak dibiayai untuk mengembalikan sejumlah uang dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil“(Kasmir, 2004). Perkembangan pembiayaan terutama di Indonesia menyebar luas. Pembiayaan terbesar terdapat di provinsi DKI Jakarta sebesar 40,98 persen,yakni sebesar Rp77,1 Triliun dari total pembiayaan. Untuk pulau Jawa, sebaran pembiayaan tersebar merata, yakni berkisar antara Rp 5 hingga 10 Triliun, kecuali di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pulau Sumatra, sebagian besar penyebarannya berkisar dari 1 sampai 5 Triliun, kecuali
(25)
Bangka-Belitung, Bengkulu, dan Sumatra Utara. PulauKalimantan memiliki sebaran pembiayaan yakni sebesar Rp1 sampai 5 Triliun, kecuali di provinsi Kalimantan Tengah (Rp645 Miliar). Di pulau Sulawesi, sebaran pembiayaanterbesar di miliki oleh Sulawesi Selatan (Rp4,9 Triliun), sementara daerah lainnya bervariasi (antara Rp500 Miliarhingga 1 Triliun) dan kurang dari Rp 5 Miliar. Dalam pemberianpembiayaan atau penyaluran kredit, terdapat masalah pengembalian danadisebut Non Performing Loan (NFL) yang artinya pembiayaan bermasalah (kredit macet). Sedang pada bank syariah disebut sebagai Non Performing Financing (NPF). Pembiayaan bermasalah merupakan suatu resiko dalam melakukan pembiayaan. Dijelaskan bahwa pembiayaan bermasalah terjadi akibat counterparty dalam memenuhi kewajiban. Disatu sisi, resiko tersebut timbul dari berbagai aktifitas fungsional bank, seperti penyaluran dana, investasi dan kegiatan jasa perdagangan yang tercatat dalam buku bank.
Dilain sisi, terjadi karena kinerja debitur yang buruk, ketidakmampuan debitur dalam memenuhi dana yang telah dibiayai oleh bank. Dalam hal ini, perhatian bank bukan hanya kondisi keuangannya dan nilai jaminan kredit tetapi termasuk juga karakter debitur yang melakukan pembiayaan. Berkaitan dengan hal itu, dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah dengan memperhatikan prinsip utama yang berkaitan kondisi secara keseluruhan calon debitur. Di dunia perbankan syariah terdapat kaidah 5 C + 1 S, yaitu 5C dan 1S yaitu Character, Capital, Capacity, Condition of Economy dan Collateral (5C)danSyariah(1S).Dengan diberlakukannya kaidah tersebut, terdapat upaya dari bank untuk bisa mengenal dan mengetahui secara
(26)
pasti sifat nasabah yang berkeinginan mengajukan pembiayaan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir resiko pembiayaan bermasalah atau kredit macet yang terjadi. Disamping itu, perbankan bisa mengetahui apa penyebab pembiayaan bermasalah terjadi dan mampu menangani pembiayaan bermasalah tersebut.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) mempunyai peran penting bagi masyarakat luas terutama dalam pengembangan UKM atau UMKM di Indonesia. Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008, BPRS memiliki fungsi yang sama dengan Bank Umum lainnya, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kekurangan dana dengan pihak yang mempunyai dana berlebih. Namun yang menjadi perbedaannya terdapat pada kegiatan lalu lintas pembayaran. Dalam kurun waktu beberapa tahun lalu, rata-rata pertumbuhan BPRS sekitar 31, 27% selamalima tahun terakhir. Berdasarkan data statistik perbankansyariah, hingga Desember 2014, total aset BPRS telah mencapai Rp 6, 5 Triliun.
Disamping itu, secara kelembagaan jumlah BPRS pun meningkat sampai bulan Desember 2014. BPRS telah memiliki 163 bank dan439 kantor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kinerja BPRS mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Berdasarkan laporan laba rugi gabungan BPRS menyatakan bahwa, total pendapatan BPRS pada tahun 2012 tercatat Rp 593.366 Miliar, dan di tahun 2013 total pendapatan BPRS meningkat menjadi sebesar Rp
(27)
753.272 Miliar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan BPRS mengalami peningkatan yakni sebesar Rp 159.906 Miliar atau 26, 95%.
Sama halnya dengan Bank Umum, BPRS juga mempunyai fungsi dalam menghimpun dana masyarakat. Perbedaannya, dalam menghimpun dana, BPRS menggunakan kontrak khusus yang dalam syariah disebut wadiah. Selain produk wadiah juga tabungan dan deposito berjangka.
Dalam penyaluran dana perbankan syariah menawarkan produk pembiayaan-pembiayaan, dengan menggunakan beberapa akad seperti: akad bagi hasil atau profit-loss sharing (equity-based financing) yaitu mudharabah dan musyarakah, akad jual beli yang berupa piutang (debt-based financing) yakni murabahah, istishna, salamdanqardh(pinjam-meminjam). Juga akad sewa menyewa (ijarah). Sehingga, secara singkat bisa dikatakan bahwa setengah dari total pembiayaan menggunakan akad jual beli yang berupa piutang, serta jenis pembiayaan murabahah cukup banyak di BPRS. Skema tersebut banyak diterapkan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya.
Untuk mengetahui secara jelas fakta tentang pembiayaan yang dominan disalurkan oleh BPRS, berikut ini disajikan tabel terkait komposisi pembiayaan yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan. Data yang diambil dalam kurun waktu lima tahun dari 2011 sampai dengan tahun 2015.
(28)
Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan BPRS (Juta Rupiah)
Akad 2011 2012 2013 2014
(Desember)
2015 (April ) Mudarabah 75.807 99.361 106.851 122.467 133.805 Musyarakah 246.796 321.131 426.528 567.658 582.366
Salam 20 197 26 16 16
Istishna 23.673 20.751 17.614 12.881 12.059
Ijarah 13.815 13.522 8.318 5.179 6.614
Qardh 72.095 81.666 93.325 97.709 108.523 Multijasa 89.230 162.245 234.469 233.456 270.571 Murabahah 2.154.494 2.854.646 3.546.361 3.965.543 4.212.147 Total
Pembiayaan 2.675.930 3.533.520 4.433.492 5.004.909 5.326.101
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2011-2015
Dilihat dari tabel diatas, bahwa sebagian besar pembiayaan yang sering disalurkan adalah melaluiakadmurabahah, yaitu tiga perempat lebih dari total seluruh pembiayaan. Jika dilihat dari total pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS, pertumbuhan pembiayaan mengalami perubahan selama tiga tahun dalam lima tahun periode. Pertumbuhan terbesar terjadi pada April tahun 2015 yaitu sebanyak 5.326.101 juta transaksi dan terkecil pada tahun 2010 sejumlah 2.060.437 juta
(29)
transaksi. Menurut Rahmawati (2007) yang selaras dengan Sula (2010), bahwa salah satu produk yang terjadi “primadona” yang digunakan untuk transaksi perbankan syariah adalahmurabahah.
Bank dalam penyaluran pembiayaan terdapat dua model yang digunakan yaitu pembiayaan prinsip jual beli dan pembiayaan prinsip bagi hasil. Pendapatan bank yang sangat di tentukan oleh besarnya keuntungan yang diterima dari pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Besarnya keuntungan yang diterima oleh prinsip jual beli berasal dari mark upyang ditentukan menurut kesepakatan antara bank dan nasabah. Lain halnya, pendapatan dari prinsip bagi hasil yang ditentukan berdasarkan kesepakatan banyaknya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. Model bagi hasil tersebut banyak mengandung resiko. Dengan demikian, sektor bank harus aktif berusaha mengantisipasi terjadi kemungkinan kerugian terhadap nasabah sejak awal (Muhammad,2008)
Profil resiko pembiayaan BPRS dapat dilihat dari rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) dan pembentukan cadangan (cash provision). Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi BPRS, karena itu mempengaruhi permodalan BPRS tersebut karena dengan NPF yang tinggi akan membuat BPRS mempunyai kewajiban untuk memenuhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi maka mungkin saja modal BPRS tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP, karena itulah BPRS
(30)
menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang rendah akan meningkatkan nilai profitabilitas BPRS tersebut.
Ratio NPF di lihat dari kualitas pembiayaan, yaitu besar kredit yang berada dalam kondisikurang lancar,diragukandanmacetdan di bandingkan dengan total jumlah kredit yang di berikan. Besar persentase NPF yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, untuk Bank BPRS maupun konvesional batas NPF sebesar 7% untuk bank umum syariah sedang untuk bank kovensional sebesar 5%. Apabila melebihi batas NPF yang telah ditentukan, maka akan berpengaruh terhadap penilaian tingkat kesehatan bank. Disamping itu, ketika resiko pembiayaan meningkat maka margin atau bunga (bank konvensional) akan meningkat pula. Sementara sistem perbankan syariah tidak mengenal instrumen bunga, tetapi pembagian keuntungan dan kerugian (profit-loss sharing). Sehingga keuntungan bank syariah tidak ditentukan pada tingkat bunga yang telah ditetapkan dimuka.
Besaran Rasio NPF dalam lima tahun belakangan ini selalu berada di batas ketentuan. Dibawah ini disajikan tabel terkait pembiayaan BPRS berdasarkan kualitas pembiayaan.
Tabel 1.2 Pembiayaan BPRS Berdasarkan Kualitas Pembiayaan
(Juta Rupiah)
Kolektivitas
(31)
Lancar 2.512.328 3.334.885 4.145.119 4.610.238 4.829.382 Non Lancar 163.602 218.635 288.373 394.671 496.720 Kurang lancar 49.319 72.806 90.581 136.251 174.121
Diragukan 44.663 51.649 65.847 81.069 108.815
Macet 69.620 94.180 131.945 177.351 213.784
Total
Pembiayaan 2.675.930 3.533.520 4.433.492 5.004.909 5.326.101 PersentaseNP
F 6,11 % 6.15 % 6,50 % 7,89 % 9,33 %
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK),2011-2015
Menurut Laporan Statistika Perekonomian Bank Indonesia khusus untuk BPRS bahwa untuk persentase kolektifitas pembiayaan untuk 5 tahun terakhir ini, tercatat secara persentase, NPF terbesar pada April 2015 sebesar 9, 33%, dengan kategori pembiayaan macet sebesar Rp 213.784 juta. Demikian hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang menentukan. Berdasarkan tingkat fluktuasi NPF yang cukup tinggi,oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mentidaklanjuti hal tersebut, dengan judul “Analisis Eksternal dan Internal dalam menentukan Tingkat Resiko Non Performing FinancingBPRS di Indonesia “.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan itu, maka pertanyaan penelitian ini adalah,
1. Apakah variabel GDP, Inflasi, Kurs, Rasio Alokasi Pembiayaan Murabahah terhadap Alokasi Pembiayaan PLS (RF) dan Rasio Return PLS terhadap
(32)
Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh secara parsial dalam menentukan tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia?
2. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia.?
3. Jenis pembiayaan apa yang cenderung mengalami pembiayaan bermasalah sehingga berdampak pada kinerja BPRS di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk,
1. Mengidentifikasi apakah variabel GDP, Inflasi, Kurs, Rasio Alokasi Pembiayaan Murabahah terhadap Alokasi Pembiayaan PLS (RF) dan Rasio Return PLS terhadap Return Total Pembiayaan (RR) berpengaruh secara parsial dalam menentukan tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat resiko NPF BPRS di Indonesia.
3. Mengidentifikasi jenis pembiayaan yang cenderung mengalami pembiayaan bermasalah sehingga berdampak pada kinerja BPRS.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis
(33)
Merupakan suatu pembelajaran baru yang didapat yaitu usaha dalam menganalisa suatu laporang keuangan dan diharapkan penulisa bisa mengaplikasikan teori yang didapat selama perkuliahan guna untuk memecahkan masalah
2. Bagi Lembaga Keuangan
Menambah informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi lembaga keuangan dan berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dan data yang di dapat untuk membentuk inovasi baru di bidang keuangan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada 3 jenis pembiayaan dalam BPRS yaitu jenis pembiayaan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah. Mengingat jumlah dan rasio jenis pembiayaan tersebut cukup besar terhadap total pembiayaan di BPRS sehingga dampaknya akan menjadi signifikan mempengaruhi NPF. Sehingga penelitian ini juga mengelompokkan 3 jenis pembiayaan tersebut menjadi 2 kelompok pembiayaan; yang pertama jenis pembiayaan berdasarkan akad piutang jual beli (debt-based financing) yaitu Murabahah; yang kedua adalah jenis pembiayaan bedasarkan modal dengan akad bagi hasil (equity-based financing ) yaitu Mudharabah dan Musyarakah.
(34)
(35)
BAB2
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1.Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian“bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Siamat, 2005). Berdasarkan definisi tersebut, terlihat bahwa aktivitas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang menjadi sumber dana bank, kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit, yang sebaiknya tidak hanya didorong oleh motif memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi bank tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Susilo, dkk (2000) menuliskan bahwa secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagaifinancial intermediary. Secara spesifik fungsi bank dapat dirinci sebagai berikut:
a. Agent of Trust yaitu Kegiatan perbankan didasarkan pada trust atau kepercayaan, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat
(36)
akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan, begitu pula bank akan menyalurkan dananya kepada masyarakat apabila ada unsur kepercayaan.
b.Agent of Developmentsektor moneter dan sektor riil mempunyai interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila tidak didukung oleh sektor moneter. Sehingga kegiatan bank dalam menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat kegiatan tersebut berkaitan dengan penggunaan uang. Dan kelancaran kegiatan tersebut mendorong adanya pembangunan perekonomian dalam masyarakat. c.Agent of Serviceselain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat, dimana jasa tersebut erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, seperti jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, dan jasa penyelesaian tagihan. Jenis Bank berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas:
A. Bank Umum
B. Bank Perkreditan Rakyat
Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan serta kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianutdual banking
(37)
system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah (bank syariah). Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah (bank pembiayaan rakyat syariah).
Menurut (Pasal 1 ayat 3) Undang-undang (UU) Perbankan No.7 Tahun 1992, “Bank Perkereditan Syari’ah adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan bentuk lainnya ,dalam bentuk tersebut adanya menyalurkan dana sebagai usaha BPR“. Sedangkan menurut (Pasal 1 Ayat 4) No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.” Dengan demikian, Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional, yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah 2. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Tujuan didirikannya BPR Syariah adalah:
· 1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
· 2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.
(38)
· 3. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
3. Resiko Perbankan
Dalam sektor perbankan, terdapat resiko yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat penting untuk di kelola. Resiko tersebut akan menjadi pertimbangan bank pada setiap jenis pembiayaan dalam memilih jenis akad yang dipakai serta penerapan manjemen resiko bank yang memicu shareholder value, yaitu memberikan gambaran kepada pengelola bank tentang potensi kerugian di masa depan serta meningkatkan daya saing bank.
Menurut peraturan Bank Indonesia PBI No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya No. 11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen resiko pada bank umum, terdapat 8 resiko yang harus dikelola oleh bank, yaitu :
a) Resiko Kredit
Resiko kredit adalah resiko yang terjadi kerika debitur tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada bank. Potensi resiko ini dapat terjadi pada aktivitas operasional bank seperti perkreditan, aktivasi treasuri dan investasi, dll
b) Resiko Pasar
Resiko pasar adalah resiko yang terjadi akibat perubahan kondisi pasar terkait posisi neraca, rekening adminidtratif, temasuk transaksi derivative.
(39)
c) Resiko likuiditas
Resiko likuiditas adalah resiko yang terjadi karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas atau dari aset likuid berkualiatas tinggi yang dapat diagunkan. Resiko likuiditas terbagi atas resiko likuiditas pasar dan likuiditas pendanaan.
d) Resiko Operasional
Resiko operasional adalah resiko yang terjadi akibat tidak berjalannya proses internal secara optimal. Contohnya adalah kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau kejadian eksternal yang dapat mempengaruhi operasiaonal bank.
e) Resiko Hukum
Resiko hukum adalah risko yang timbul akibat tuntunan hukum dan kelemahan aspek yuridis.
f) Resiko Reputasi
Resiko reputasi adalah resiko yang terjadi akibat menurunnya kepercayaan
stakeholderyang bersumber dari presepsi negatif terhadap bank. g) Resiko Strategis
Resiko strategis adalah resiko yang terjadi akibat ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan.
(40)
h) Resiko Kepatuhan
Resiko kepatuhan adalah resiko yang terjadi akibat bank tidak mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyebab pokok terjadinya resiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya lembaga keuangan dalam memberikan pinjaman atau melakukan investasi, sehingga penilaian pembiayaan kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko usaha yang di biayainya (Arifin, 2006). Pembiayaan merupakan tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW dengan menggunakan akad atau perjanjian. Kegiatan tersebut meliputi penerimaan titipan harta, memberikan pinjaman dana untuk keperluan usaha dan melakukan jasa pengiriman uang.
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan dana atau pendanaan, yaitu:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentukmudharabahdanmusyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentukijarah.
c. Transaksi jual beli dalam berupa piutang, yaitu murabahah, salam, serta
istishna’.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam piutangqardh.
(41)
Penyaluran dana prinsip jual beli atau pembiayaan murabahah adalah pembiayaan terbesar pada bank syariah khususnya BPR Syariah yang menjadi sumber utama dalam kontribusi memperoleh pendapatan pada BPRS khususnya terhadap profitabilitas BPRS. Menurut Rahmawati (2007), praktek perbankan syariah saat ini masih sangat di dominasi oleh produk murabahah. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu, pada umumnya bank syariah banyak yang menerapkan
murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, yaitu lebih dari tujuh puluh lima persen (75%) dari total kekayaan mereka. Sejak awal tahun 1984, di Pakistan pembiayaan jenis murabahah mencapai sekitar 87% dari total pembiayaan dalam investasi deposito profit loss sharing. Resiko Pembiayaan atau kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan atau faktor eksternal diluar kendali debitur (Hanafo dan Halim, 2009). Jadi resiko pembiayaan murabahah adalah resiko pinjaman
murabahah yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan maupun faktor eksternal di luar kenali debitur. Resiko pembiayaan bentukmurabahah
ini akan dirumuskan oleh Non Performing Financing murabahah yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengolah kredit bermasalah tersebut. Dengan demikian, pembiayaan bermasalah adalah kredit dengan kualitas:kurang lancar,diragukandanmacetyang hitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca per posisi tidak di setahunan.
(42)
4. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain guna menyetujui investasi yang telah di lukakan oleh kedua belah pihak. Dalam perbankan syariah terdapat beberapa produk pembiayaan, berikut ini merupakan pembiayaan produk-produk BPR Syariah:
1. PembiayaanMudharabah
Pembiayaanmudharabah, yaitu model pembiayaan bagi hasil yang apabila bank sebagai pemilik modal yang disebut dengan shahibul maal yang menyediakan modal 100 persen kepada pengusaha sebagai pengelolah (mudharib). Kerugian yang nantinya akan terjadi karena proses usaha yang dilakukan bukan karena kecerobohan pengelolah modal, maka yang akan bertanggung jawab atas kerugian tersebut oleh pemilik modal. Sedangkan kerugian yang terjadi karena kecerobohan pengelolah usaha, maka yang akan bertanggung jawab pleh pengelolah usaha tersebut. Karena peelaku pemilik modal hanya menyediakan dan menyiapkan modal usaha dan tidak bisa mencampuri kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengelolah usaha. (Rivai, Arifin, 2010)
2. PembiayaanMusyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah model pembiayaan bagi hasil yang melibatkan bank sebagai pemilik dana ikut serta dalam kegiatan usaha dan ikut membiayaai
(43)
investasi kegiatan usaha pihak lainnya. Kesepakatan yang telah disepakati antara pengusaha dan bank, yaitu dengan menggabungkan modal usaha mereka dan mengelolah usaha tersebut bersama-sama dengan membuat perjanjian kerugian dan keuntungan yang akan di tanggung oleh kedua belah pihak akan di sesuaikan ketika kepakatan awal berlangsung.
3. PembiayaanMurabahah
Murabahah merupakan kesepakatan yang dilakukan antara bank dan nasabah, Bank sebagai penyedia modal untuk membiayayai bahan baku dan modal kerja yang dibutuhkan nasabah, nasabah akan mengembalikan sebesar harga jual yang telah disepakati oleh bank dan nasabah yang disebut margin. Harga jual yang telah dicantumkan dalam akad jual beli tidak bisa dirubah selama akad masih berlaku. Transaksi diserahkan setelah akad, sedangkan pembayaran pembalian dana bank dapat dilalukan dengan bentuk angsuran atau pelunasan.
Murabahahdalam istilah fiqih yaitu akad jual beli atas suatu barang dengan bank selaku penyedia barang dan nasabah sebagai pihak pemesan untuk membeli barang, akan tetapi dalam transaksi tersebut, barang yang akan di perjualbelikan termasuk harga dan keuntungan yang di dapatkan harus memiliki kejelasan (Almushlih, 2001)
4. As-Salam
Secara terminologi ilmu fiqih, as-salam, yaitu deskripsi transaksi barang yang memiliki hak kepemilikan tertentu dengan transaksi pembayaran yang dilakukan
(44)
ketika akad berlangsung akan tetapi penyerahan barang tertunda, misalnya pembelian barang padaonline shop.
Berkaitan dengan barang yang akan diserahkan secara tertunda, ada juga persyaratan sebagai berikut:
a. Perlunya barang tersebut diketahui ukuran dan jumlahnya, terdekteksi dengan jelas dan akurat melalui berbagai media ukur yang dikenal seperti takaran, timbangan atau kalkulator, apabila bisa dihitung. Jika jumlah atau ukurannya tidak diketahui kejelasanya maka perjanjian tersebut dibatalkan.
b. Perlunya waktu penyerahan barang sudah jelas ditentukan, untuk mencegah terjadinya perselisihan.
c. Pelunya tidak diberlakukan riba.
5. Istishna’
Pembiayaan istishna’ adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli, bank akan membelikan barang yang dibutuhakan oleh nasabah dengan syarat dan kriteria yang telah di tentukan oleh nasabah, namun harga jual harus di tetapkan oleh kedua belak pihak yaitu antara bank dan nasabah pada jangka waktu tertentu serta diiringi dengan pengembalian dan bank yang disesuaikan dengan kemampuan nasabah dalam melakukan pengembalian.
(45)
6. Ijarah
Pembiayaan ijarah merupakan peralihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang telah jatuh tempo, dikarenakan nasabah tidak bisa melakukan pengembalian tagihan dari pihak ketiga. Pembiayaan tersebut menggubakan prinsip pengambil alihan hutang, bank akan menerima ujroh/fee dari nasabah dengan berdasarkan pembayaran yang disepakati kedua belah pihak.
Menurut fiqih, ijarah adalah hak penggunaan barang dan jasa dengan membayar imbalan ketika akad pemindahan hak guna barang atau jasa dilakukan pada waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Pada dasarnya, bank tidak memiliki barang, namun menyewa dari pihak lain menyewakannya barang tersebut kepada nasabah dengan nilai sewa yang lebih tinggi.
b. Fungsi Pembiayaan
Berdasarkan dengan tujuan pembiayaan, menurut Sinungan (1983) pembiayaan secara umum untuk:
1. Meningkatkan utilitas dari modal uang. 2. Meningkatkan utilitas suatu barang.
3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang . 4. Menimbulkan semangat berusaha masyrakat.
(46)
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. 7. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
5. Prinsip-prinsip Analisa Pembiayaan
Menurut Kasmir (2008), prinsip-prinsip penilaian kredit secra umum dilakukan dengan analisa 6C dan 7P yang terdiri dari sebagai berikut :
a). Prinsip 6C
1. Character yaitu kemauan dan kemampuan nasabah untuk membayar. Sumber analisis: daftar riwayat hidup calon debitur.
2. Capacity yaitu kemampuan calon debitur untuk menghasilkan atau mengelola keuangan untuk memenuhi kewajibannya. Sumber analisis: laporan keuangan yang sudah berjalan, rencana keuangan.
3. Capital yaitu tujuannya guna untuk mengetahui struktur modal calon debitur. Berapa yang berasal dari perusahan sendiri dan dari pihak lain. Sumber analisis: perhitunganworking capital, modal tertanam,debt to equity ratio.
4. Collateral yaitu barang yang diserahkan oleh debitur sebagai jaminan atas pembiayaan. Syarat jaminannya dapat diidentifikasi, dapat ditentukan nilainya, marketable, tidak mudah berubah bentuk.
(47)
5. Condition of economic, yaitu situasi dan kondisi pollitik, sosial, ekonomi, budaya yang terlibat dan mempengaruhi perkembangan perekonomian yang mungkin akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha calon debitur, Contohnya kebijakan moneter, kebijakan pemerintah dan perpajakan.
b). Prinsip 7P
1. People, yaitu penilaian kinerja terhadap calon debitur dan juga mitra usaha.
2. Purpose, yaitu penilaian atas maksud dan tujuan permohonan pembiayaan oleh calon debitur.
3. Party, yaitu mengklasifikasi debitur berdasarkan model, kebutuhan, skala usaha dan legalitas.
4. Payment, yaitu penilaian terhadap sumber sumber pengembalian pembiayaan agar penyelesaian pembiayaan sesuai dengan kesepakatan dan dapat dilaksanakan tanpa hambatan.
5. Prospect, yaitu untuk menilai harapan ke depan terutama terhadap objek pembiayaan yang dibiayai
6. Profitability, yaitu pembiayaan yang dibiayai oleh bank akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik bank adn nasabah.
7. Protection, yaitu perlindungan terhadap objek pembiayaan yang dibiaya, banka harus menguasai agama, baik yang berupa fixed assets maupun non fixed assets.
(48)
6. Non Performimg Finance (NPF)
Non Performing Financing bank syariah adalah total pembiayaan tidak lancar/macet berdasarkan kaualitas aktiva produktif yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Pokoknya prinsip yang disarkan yaitu ketepatan waktu nasabah dalam melakukan pengembalian dana pokok pinjaman maupun bunga. Mekanisme pengolahan kredit yang stabil bisa menekan NPF semakin kecil.
Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank, tingginya NPF akan mempengaruhi permodalan bank tersebut.Besarnya rasio NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia untuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah maksimal 7%, apabila melebihi angka tersebut akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank. NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Formulasi tingkat pembiayaan bermasalah yang tercermin dalam rasio NPF sebagai berikut :
Rasio NPF: Pembiayaan Kolektabilitas ( KL,L,M) X 100 Total Pembiayaan
Formula diatas digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang terjadi pada bank syariah. Semakin rendah rasio maka menunjukkan bahwa kualitas pembiayan syariah semakin baik, dan sebaliknya. Dengan itu, nilai rasio
(49)
tersebut kemudian dibandingkan denga kriteria kesehatan NPF bank syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti tabel berikut.
Tabel 2.1 Kriteria kesehatanNon Performing Financing
Nilai NPF Predikat
NPF < 2% Sehat
2% ≤ NPF < 5% Sehat
5% ≤ NPF < 8 % Cukup Sehat 8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat
NPF ≥ 12% Tidak Sehat
Sumber : SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Resiko NPF BPRS
Resiko yang terjadi terhadap bank akan mengakibatkan kerugian, karena itu harus dihindari dan bila terlanjur terjadi maka wajib untuk di tangani. Resiko jenis pembiayaan akan dipertimbangkan oleh bank syariah dalam memilih jenis akad yang akanpergunakan. Salah satunya yaitu, Murabahah merupakan pembiayaan dengan resiko paling kecil dari sisi resiko kredit, resiko mark up, resiko likuiditas, maupun resiko operasional. Lain halnya, pembiayaan mudharabah yang memiliki resiko paling tinggi darimurabahahakan tetapi lebih rendah darimusyarakah.
Resiko pembiayaan tertinggi adalah profit loss sharing (mudharabah dan
(50)
tertentu dan tidak memberikan hak penuh kepada mudharib untuk menjalankan usahanya, serta tanpa campur tangan shahibul maal dan kerugiaan di tanggung oleh shahibul maal. Dengan itu, akad pembiayaan ini sangat kritis dan rentan terhadap resiko. Pembiayaan murabahah memiliki resiko terkecil dikarenakan memiliki tingkat pengembalian (return)yang pasti. Maka kedua pihak (antara debitur dan bank) harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran serta akad jual beli tersebut tidak bisa berubah selama akad tersebut berlaku dan masih berlangsung.
a. Gross Domestic Product (GDP)
Gross domestic product gunanya untuk mengukur semua barang dan jasa yang diperoleh dalam perekonomian negara dalam periode waktu tertentu. Hubungan GDP dengan pembiayaan bermasalah adalah apabila terjadi penurunan penjualan serta pendapatan perusahaan dalam pengembalian pinjaman akan mengakibatkan bertambahnya outsanding kredit dalam kategori non lancar (Rahmawulan, 2008). Dengan demikian, saat GDP meningkat maka NPF menurun, karena saat ekonomi makro meningkat kemampuan nasabah untuk memenuhi capability to pay back
meningkat maka NPF menurun secara bersamaan.
Total nilai uang pada setiap barang dan jasa dalam perekonomian negara merupakan salah satu kategori pertumbuhan ekonomi pada periode tertentu. Berdasarkan Sukirno (Soebagia, 2005) dalam junal ekonomi bisnis oleh Mutmainah (2012), bahwa pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan GDP riil, untuk mengetahui hal tersebut makan dibandingkan anata GDP riil pada tahun tertentu dengan GDP riil
(51)
pada tahun sebelumnya. Menurut hal tersebut, pertumbuhan ekonomi artinya perkembangan produksi barang dan jasa secara fisik yang berlaku di suatu negara. Oleh karena itu, dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang stabil dan meningkat akan mengurangi tingkat NPF.
b.Inflasi
Definisi inflasi merupakan kenaikan tingkat harga umum yang terjadi secara terus-menerus yang menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat serta diiringi dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang negara.
Umumnya inflasi di artikan dengan naiknya harga barang dan jasa secara keseluruhan dalam jangka waktu dan tempat tertentu akibatnya jumlah permintaan uang yang lebih meningkat dibandingkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Pengaruhnya perubahan inflasi terhadap NPF adalah inflasi yang tinggi mengakibatkan turunnya pendapat riil masyarakat sehingga turunnya standar hidup masyarakat. Sebelum terjadi inflasi debitur masih lancar dalam melakukan pembayaran, akan tetapi setelah inflasi terjadi, harga barang dan jasa mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dengan pendapatan debitur yang tidak mengalami kenaiakan, maka kemampuan debitur tersebut dalam membayar angsuran menjadi melemah dan menurun sebab sebagian besar atau bahkan seluruh penghasilannya sudah di gunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena harga yang mengalami kenaikan.
(52)
Menurut Putong, (Soebagio, 2005) bahwa Inflasi umumnya memberikan akibat yang bisa merugikan perekonomian. Karena itu, menurut beliau sebab dari kerisauan masyarakat dalam menghadapi harga naik secara terus-menerus dan perekonomian tidak berjalan stabil, pada satu sisi ada masyarakat berlebihan untuk memborong barang, sementara masyarakat yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang. Akibat dari kerisauan itu pula, masyarakat cendrung mengambil tabungan untuk membeli dan menumpuk barang sehingga banyaknya bank yang mengalami
rush, sehinggabank kekurangan dana dan berakibat bank ditutup (bangkrut) maka turunya dana investasi. Singkatnya,bahwa semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya NPF.
Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing ini, karena inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan berakibat buruk terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, yaitu Pertama, inflasi yang tinggi akan berakibta pada pendapatan riil masyarakat turun sehingga mengiringi taraf hidup masyarakat juga turun. Kedua, Inflasi yang tidak stabil akan menimbulkan ketidakpastian para ekonomi dalam pengambilan keputusan. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan inflasi di negara tetangga membuat tingkat suku bunga riil menjadi tingkat kompetitif yang bisa menekan nilai tukar rupiah. Oleh sebab itu, meningkatnya inflasi menyebabkan kemampuan nasabah dalam membayar tagihan kredit yang akan di tanggung oleh Basri (Wikutama, 2010).
(53)
Kurs adalah harga dalam negeri dari mata uang luar negeri (Hendry, 2011). Nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang Indonesia yang menggambarkan kestabilan ekonomi di negara Indonesia. Menguatnya nilai tukar rupiah Indonesia, maka semakin kuat rupiah semakin stabilnya pula perekonomian negara. Nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan postif terhadap pelaku ekspor dan impor disuatu negara. Dalam artinya bahwa penurunan nilai tukar (mata uang domestik nilainya turun terhadap mata uang asing), hal tersebut akan menguntungkan para eksportir, sebab eksportir akan mendapatkan keuntungan lebih tinggi dari selisih turunnya kurs mata uang domestik terhadap kurs mata uang asing.
Perubahan kurs mata uang pula berpengaruh terhadap kelancaran usaha nasabah. Jika nilai rupiah jatuh dibandingkan dengan valuta asing apabila jika usaha tersebut dijlaksanakan menggunakan bahan impor, maka akan memukul usaha nasabah sert bisa meningkatkan rasio pembiayaan bermasalah. Penurunan rupiah terhadap valuta asing mengakibatkan pinjaman mata uang asing meningkat. Peningkatan jumlah kewajiban tergantung pada kemampuan membayar kewajiban yag telah disepakati kepada bank,bahkan banyak kasus yang disebabkan ketidakmampuan membayar dapat meningkatkan besaran NPF. (Wikutama, 2010)
Lembaga keuangaan bank dihadapkan pada resiko turunnya kualiatas kredit valuta asing apabila rupiah tiba-tiba anjlok dikarenakan dana global yang tidak stabil (Troy, 2009). Pinjaman dari kredit masalah berdominasi pada dollar AS yang akan melonjak selain utang valas yang membengkak maka negara asing akan mengambil
(54)
dana mereka di pasar keuangan dalam negeri. Apabila bank menerbitkan surat utang dollar AS dan menyalurkan kredit dalam mata uang rupiah, maka utang yang diperoleh akan sangat besar. Wikutama (2010) menyebutkan bahwa perbankan akan menghadapi masalah besar karena depresiasi rupiah akan membuat portofolio aset perbankan dalam bentuk kredit semakin memburuk. Tugas Bank Indonesia adalah mengupayakan menahan laju perlemahan rupiah dengan menaikkan suku bunga yang berpotensi meningkatkan NPF.
d. Rasio Pembiayaan Murabahah terhadap Alokasi Pembiayaan Profit Loss Sharing
Dana yang dimpun dari masyarakat biasanya bisa berbentuk giro, tabungan dan deposito dalam prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah. Penyaluaran dan yang dilakukan pleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran, yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap (Karim, 2008). Penilaian kelayakan pembiayaan pada bank syariah, selain didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan dapat diterima (acceptable) dari segi syariah (Muhammad, 2008).
Dari beberapa pola penyaluran pembiayaan yang ada pada bank syariah, terdapat dua pola utama yang dijalankan bank dalam penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan prinsip bagi hasil. Penghasilan bank sangat di tentukan oleh berapa banyak keuntungan yang di terima dari
(55)
pembiayaan yang disalukan kepada nasabah. Keuntungan yang di dapat dari prinsip jual beli berasal dari mark up yang ditentukan brtdasarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. Bentuk pembiayan prinsip bagi hasil ini ,banyak mengandung resiko, oleh sebab itu, pihak bank harus aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian nasabah sejak awal (Muhammad, 2008).
Rasio berikut menjelaskan besarnya alokasi murabahah dibandingkan alokasi pembiayaanprofit loss sharing(RF). Perhitungan variabel adalah sebagai berikut, :
RF = Alokasi PembiayaanMurabahah
Alokasi PembiayaanProfit Loss Sharing
Rahmawati (2007) mengatakan bahwa,praktek perbankan syariah saat ini sangat di dominasi oleh pembiayaan murabahah. Hal tersebut dapat di buktikan melalui beberapa hasil penelitian, bahwa bank syariah pada umumnya sering menerapkan
murabahah sebagai metode pembiayaan, yakni kurang lebih 75% dari total kekayaan nasabah. Bermula dari awal 1984, di pakistam pembiayaan jenis murabahah
mencapai sekitar 87% dari total pembiayaan dalam investasi deposito Profit Loss Sharing.
Menurut data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan murabahah memegang peran terpenting yang makan memberikan keuntungan terbesar dalam penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank. Akad
(56)
murabahah sendiri lebih cendrung pada pembiayaan yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mefokuskan pada seberapa besar pengaruh pembiayaan murabahah (yang menjadi sumber utama pendapatan bank) terhadap NPF.
Siamat dalam rahman Rochamanika (2012), menyatakan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan atau faktor eksternal diluar kendali peminjam atau nasabah. Semakin tinggi kredit bermasalah yang dimiliki oleh sebuah bank, maka semakin rendah produktivitas aktiva bank yang bersangkutan, walaupun sebuah bank memiliki modal besar, jika kualitas aktiva produktifnya sangat buruk, maka kondisi modalnya dapat menjadi buruk. Oleh sebab itu, akan menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius terkait cadangan, penilaian aset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya (Hendro dan Rahardjo, 2013). Besarnya kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank daalm pengelolahan dana yang disalurkan, jika pembiayaan bermasalah membesar, maka akan menurunkan besaran pendapatan suatu bank.
e. Rasio Return Profit Lost Sharing dibandingkan Return Total Pembiayaan Pembiayaan profit lost sharing (PLS) terdiri dari pembiayaan mudharabah dan
musyarakah, PLS ini telah memiliki resiko yang tinggi, hal tersebut disebabkan dalam kontrak berisi tentang keuntungan yang di peroleh oleh shahibul maal (bank) relatif tidak pasti bahkan bank siap menanggung kerugiannya. Nasution dan Wiliasih (2007)
(57)
mengembangkan bahwa variabel rasio retrun profit loss sharing (PLS) dibanding
returntotal pembiayaan. Profit loss sharingmenurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Di dalam istilah lain profit loss sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan.
Formulasi perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan oleh pembiayaan profit loss sharing dengan retrun total pembiayaan. Perhitungan variabel RR adalah sebagai berikut :
RR = Return Profit Loss sharing (mudahrabah + Musyarakah) Return Total Pembiayaan
Model Pembiayaan PLS kurang diminati oleh bank syariah karena model pembiayaan berbasis PLS relatif beresiko tinggi dengan retrun yang didapatkan bisa positif atau negatif tergantung pada hasil akhir bisnis yang dibiayai (Khan dan Chapra, dalam Ihsan 2011). Hal tersebut kemungkinan terjadi pengikisan nilai pokok dari
(58)
bank konvensional, hal ini tidak boleh terjadi karena semua jenis simpanan (giro, tabungan serta deposito) harus memiliki jaminan tertentu. Akibatnya adanya pengikisan dana deposan,hingga akhirnya bank syariah mulai ragu untuk meningkatkan model pembiayaan dalam tahap mula operasioanal.
B. Penelitian Terdahulu
1. Yuliani (2007) meneliti tentang hubungan efisiensi operasional dengan kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go public di Bursa Efek Jakarta. Variabel penelitian yang digunakan yaitu ROA, MSDN, CAR, BOPO, LDR. Sedangkan model analisis yang digunakan yaitu regresi time-series cross-section. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara bersama-sama atau simultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA) sedangkan berdasarkan hasil uji parsial bahwa variabel BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
2. Nusantara (2009) meneliti tentang analisis pengaruh NPL, CAR, LDR,dan BOPO terhadap profitabilitas bank. Variabel yang digunakan adalah NPL, CAR, LDR, BOPO, NIM, dan ROA. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data NPL, CAR, LDR, dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA bank go publik Sedangkan pada bank
(59)
3. Dewi (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah ROA, CAR, FDR, NPF dan ROE. Metode penelitian yang digunakan adalah pengujian asumsi klasik, analisis regresi linear berganda dan uji hipotesis. Hasil dari penelitianCapital Adequacy Ratio
(CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia,Non Performing Financing(NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di 38 Indonesia, Rasio Efisiensi Operasional (REO) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia.
4. Akhtar (2011) meneliti tentang factors influencing the profitability of Islamic Banks of Pakistan. Variabel yang digunakan adalah ROA, ROE,Bank’s Size, Gearing Ratio, Asset Management, NPLs ratio, CAR, dan Operating Efficiency. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa CAR mempunyai hubungan positif dan secara statistik signifikan pada tingkat signifikansi 5%, sedangkan asset management secara statistik berpengaruh signifikan positif apada model 1 dan tidak signifikan positif pada model 2. Ukuran bank dilaporkan mempunyai hubungan tidak signifikan negatif. Sedangkan rasio NPLs mempunyai hubungan negatif terhadap ROA dan ROE.
2.1 Tabel Peneilitian terdahulu
No Peneliti Variabel
(60)
1. Yuliani (2007)
‘Hubungan efisiensi operasional dengan kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go publik di Bursa Efek Jakarta’
ROA, MSDN, CAR, BOPO, LDR
Variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara bersama sama/simultas mampu
memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA).
Sedangkan berdasarkan hasil uji parsial bahwa variabel BOPO dan
CAR berpengaruh signifikan.
2. Nusantara (2009)
“Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR dan BOPO terhadap profitabilitas bank’.
NPL, CAR, LDR
dan BOPO NPL, CAR, LDR, dan BOPO secaraparsial signifikan terhadap ROA bankgo public. Sedangkan pada banknon go public, hanya yang berpengaruh signifikan
3. Dewi (2010)
“Faktor-faktor yang
mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia.”
ROA, CAR, FDR, NPF dan ROE
CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
Syariah di Indonesia, sedangkan NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah Indonesia, ROE berpengaruh signifikan negatif terhadap pada Bank Syariah di Indonesia 4, Akhtar (2011)
“factors influencing the profitability of Islamic Banks of Pakistan.” ROA, ROE, Bank’s Size, Gearing Ratio, Asset Management, NPLs ratio, CAR, dan Operating
CAR mempunyai hubugan postif dan secara statistik signifikan terhadap tingkat signifikan
asset managemen secara statistik berpengaruh signifikan
model 1 dan tidak signifikan pada model 2.Ukuran bank
(61)
Efficiency. Dilaporkan mempunyai hubungan Signnifikan negatif . Sedangkan rasio NPLs memiliki hubungan negatif terhadap ROA dan ROE
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran merupakan ringkasan serangkaian penjelasan yang tertuang dalam kajian pustaka berikut, atau deskripsi tentang teori kinerja yang dipakai guna untuk memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang di tetapkan (Rodoni, 2010).
Berikut penjelasan penjelasan kerngka pemikiran penelitian yang akan dilakukan :
Peranan lembaga keuangan sangatlah penting bagi pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan yang berkaitan dengan lembaga keuangan perbankan mestinya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi baik ekonomi mikro maupun makro. Salah satu lembaga keuangan perbankan yang mempunyai keterdekatan khusus terhadap masyarakat adalah Bank Perkreditan Rakyat Syariah merupakan lembaga kuangan yang mudah dicapai oleh masyarakat karena BPRS mempunyai fungsi menghimpun serta mmenyalurkan dana sama halnya denga bank umum syariah, hanya yang membedakannya BPRS memiliki kecendrungan untuk memberikan kredit ataupembiayaan dengan beberapa jenisnya.
(62)
Adanya pemberiaan kredit akan mengakibatkan timbulnya masalah terhadap kredit tersebut. Kredit bermasalah atau pembiayaan bermasalaah pada BPRS disebut Non Performing FinancingDengan adanya berapa faktor ekternal dan internal yang dapat menentukan terjadinya NPF maka penulis menganalisis beberapa variabel antara lain:
Gross Domestic Product, Inflasi, Kurs, Rasio alokasi murabahah terhadap rasio alokasi Profit Loss Sharing dan Rasioreturn Profit Loss Sharing dibandingkan return total pembiayaan di BPRS seluruh Indonesia.
Pembiayaan yang diberikan Bank Pembiayaan Rakyat tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 tumbuh dengan signifikan di setiap tahun kedepannya. Hal tersebut dapat menghidupkan dan meningkatakan perekonomian sektor riil di Indonesia.
Grafik 2.1 Kerangka Pemikiran
Inflasi
Gross Domestic Product (GDP)
(63)
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan hasil sementara atas kebenaran yang dibuktikan harus bersifat logis, jelas dan dapat diuji. Hipotesa yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat resiko Non Performing Financing.
2. Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat resikoNon Performing Financing.
3. Perubahan nilai tukar atau kurs berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat resikoNon Performing Financing.
Non Performing Financing(NPF)
RasioProfit Loss Sharing
Rasio Pembiayaan Murabahah
(64)
4. Rasio alokasi pembiayaan murabahah terhadap alokasi pembiayaan profit loss sharing (RF) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat resiko Non Performing Financing.
5. Rasio return profit loss sharing terhadap return total pembiayaan (RR) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat resikoNon Performing Financing.
(65)
BABIII
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menerangkan bahwa untuk variabel dependen yaitu Non Performing Financing Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Indonesia sedangkan untuk variabel independennya difokuskan kepada Gross Domestic Product dan kurs sebagai faktor eksternal serta rasio alokasi pembiayaan murabahah dan rasio return profit loss sharing sebagai faktor internal dalam menentukan tingkat resiko Non Performing Financing BPRS di Indonesia. Jenis penelitian ini dilakukan penelitian penjelasan yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis dan penjelasan lebih difokuskan pada sifat analisisnya. Penelitian ini akan diuji bagaimanakah pengaruh antara Gross Domestic Product, inflasi, kurs, rasio return profit loss sharing dan alokasi pembiayaan murabahah terhadap Non Performing FinancingBPRS di Indonesia.
Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh BPRS yang ada di Indonesia dari Januari 2011 hingga Desember 2015 terdapat 90 Kantor Pusat Operasional BPRS di Indonesia. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti dimana syarat yang dibuat
(66)
sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel. Kriteria bank perkreditan rakyat syariah yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah mempublikasikan laporan keuangan kuartalan selama periode yang diamati peneliti yaitu tahun 2011 sampai tahun 2015 menggunakan data perbulan atau tri wulan.
2. Bank perkreditan Rakyat Syariah memiliki kelengkapan data untuk setiap variabel yang akan di teliti.
B. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan hal yang penting dilakukan dalam penyusunan proposal ini karena penulis membutuhkan data yang lengkap dan akurat untuk melengkapi proposal ini dan yangtelah disahkan oleh pihak yang berkewajiban. Data yang diperlukan dalam proposal adalah sebagai berikut:
1. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa satuan yang dhitung secara matematis antara lain NPF, GDP, Inflasi, kurs, rasio pembiayaan murabahah dan rasio return profit loss sharing. Data tersebut didapat dari statistika Otoritas Jasa Keuangan dan Statistik Perbankan Syariah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang sudah siap jadi, telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain.
2. Metode studi pustaka, yaitu dengan cara melaksanakan studi pustaka,eksplorasi serta mengulas jurnal-jurnal terdahulu dan sumber sumber terkait dengan penelitian.
(67)
C. Metode Penelitian
Untuk menguji kekuatan hubungan masing-masing variabel independen yang ada yaitu Rasio NPF, GDP, Inflasi, Kurs, Rasio Alokasi Pembiayaan Murabahah dibanding PLS (RF) danRasio ReturnPLS dibanding Return Total Pembiayaan (RR) terhadap variabel dependen, maka digunakan analisis linear berganda dengan model dasar sebagai berikut (Gujarati, 2005):
Y = α + β1 GDP + β2 INF + β3 KURS + β4 RF +β5 RR + e Keterangan :
Variabel dependen:
NPF : Non Performing Financing Variabel independen:
GDP : Pertumbuhan GDP riil INF : Inflasi
KURS : Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
RF : Rasio Alokasi PembiayaanMurabahahterhadapProfit Loss Sharing RR : Rasio ReturnProfit Loss Sharingterhadap Return Total Pembiayaan a : Konstanta
(68)
e : Standar Eror
D. Metode Analisis
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode: 1. Analisis Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah salah satu syarat statistik yang digunakan untuk melengkapi analisis regresi linear berganda berbasis Ordinary Least Square (OLS). Bentuk regresi asumsi klasik (OLS) akan mengaitkan pada beberapa serangkaian asumsi. Adapun tiga macam asumsi regresi klasik (Mandala, 1992), yaitu:
1. Non Autokorelasi, yaitu tidak adanya hubungan antara kesahalahan yang di dapat dalam kurun waktu tertentu.
2. Homoskedastisitas, yaitu situasi errors pada persamaan regresi yang di hasilkan dengan memiliki varians yang konstan.
3. Non-Multikolinearitas, yaitu tidak adanya hubungan antara variabel pendukung pada persamaan regresi.
Uji asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Adapun uji uji tersebut akan diperinci dibwabah ini:
(69)
a. Uji Multikolinearitas
Dari beberapa serangkaian yang telah dijelaskan diatas, dinyatakan bahwa salah satu asumsi regresi linear klasik adalah tidak adanya multikolinearitas sempurna (no perfect multicolinierity) artinya tidak adanya hubungan linear antara variabel penjelas dalam persamaan regresi tersebut. Oleh sebab itu, sulitnya untuk menemukan pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan (Mandala, 1992). Maka dengan adanya masalah multikolinearitas tersebut dikemukan 3 hal yang sangat penting dibahas (Sumodiningrat,1994) :
1. Dasarnya multikolinearitas adalah fenomena sampel asumsinya adalah bahwa keseluruhan variabel bebas yang termasuk dalam model akan berpengaruh secara individual terhadap variabel tak bebas Y,akan tetapi hal tersebut akan terjadi pada sampel tertentu
2. Multikolinearitas merupakan derajat ataudegreeyang artinya masalah tentang ada atau tidaknya korelasi antara variabel variabel bebas yang digunakan.
3. Masalah multikolinearitas berkaitan dengan hubungan linear antara variabel bebas, atinya terjadi hubungan eksas linear antara varibel bebas yang diduga kan terjadi ketika R2 tinggi, nilai t semua varibel penjelas tidak signifikan dan nilai F tinggi.
(70)
Dampaknya konsekuensi multikolinearitas adalah invalidnya signifikan variabel besaran koefisien variabel dan konstanta. Terjadi multikolinearitas diduga ketika estimasi mendapatkan nilai R kuadrat yang tinggi atau lebih dari 0,8 nilai F tinggi, dan nilai t statistika variabel tidak signifikan.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan varians yang tidak konstan. Konsekuansi dari heteroskedastisitas yaitu uji signifikan menjadi invalid, cara yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah uji Glesjer, yaitu cara untuk meregres nilai absolut residual dari estimasi model terhadap variabel tertentu. Sedangkan homoskedastisitas terjadi ketika distribusi probabilitas tetap sama dengan varians setiap residual yang sama untuk nilai variabel penjelas.
3. Uji Normalitas
Normalitas digunakan untuk medetekjsi nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Bentuk regresi yang baik adalah dengan memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.Sehingga, uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel, melainkan adanya nilai residualnya.
Berikut ini dirincikan apakah residual berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB) yang terdapat dalam tabel, yaitu:
(71)
b. Jika probabilitas JB < 0,05, maka residual tidak berdistribusi normal. c. Uji Autokorelasi
Berikut akan dikemukan serangkaian penjelasan yang mengakibatkan munculnya autokorelasi sebagai berikut:
a. Adanya kelembaman,artinya keadaan dimana data penelitian antara periode sebelumnya dan periode sekarang saling terkait dan ketergantungan.
b. Kasus variabel yang tidak dimasukkan, karena variabel tersebut variabel dengan unsur pengganggu yang merefleksikan pola yang sistematis maka terjadilah autokorelasi.
c. Adanya fenomena sarang laba-laba, artinya tidak adanya lagi pengacakan atau random pada data yang disajikan, maka pola tersebut berbentuk seperti laba-laba.
Ringkasnya, autokorelasi adalah hubungan antar residual pada suatu penelitian dengan penelitian lainnya. Dampaknya autokorelasi adalah variabel dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, maka nilai R2dan F statistik yang dihasilkan lebih besar. Untuk itu, cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan membandingkan nilai Durbin Waston.
d. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada penelitian, karena biasanya
(72)
model ini dibentuk berdasarkan pengkajian teori yang mentyatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak maka uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan sesuai teori atau tidak dengan mengaitkan hasil penelitian yang sebelumnya telah diteliti. Cara mendeteksi uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel tak bebas dengan variabel bebas. Model regresi yang terdiri dari lebih satu variabel disebut regresi linear berganda (Wing Wahyu Winarno, 2011). Teknik estimasi variabel tak bebas yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Square (OLS). OLS memiliki beberapa sifat statistik yang menjadi satu metode yang terakurat. (Gujarati, 1995). Adapun uji hipotesis yang dilakukan dalam regresi linear berganda sebagai berikut :
a. Uji T Koefisien Regresi Parsial
Perbedaan uji regresi berganda dengan lebih dari satu variabel independen dengan regresi sederhana dengan hanya satu variabel independen yang terletak pada besarnya derajat degree of freedom (df) dimana regresi sederhana dfnya sebesar n-2
(73)
swedangkan regresi berganda tergantung dari jumlah variabel independen yang ditambah konstanta.
Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial pada regresi berganda sama dengan prosedur uji koefisien sederhana. Langkah uji t sebagai berikut :
Uji hipotesis positif satu sisi H0: β1≤ 0
Ha: β1> 0
Uji Hipotesis negatif satu sisi H0: β1≥ 0
Ha: β1≤ 0 Atau Uji dua sisi
H0: β1= 0 Ha: β1≠ 0
Setelah dilakukannya perbandingan nilai t hitung untuk masing-masing estimator dengan t kritisnya, maka keputusan menolak atau menerima Hosebagai berikut : a. Jika nilai t hitung > nilai t kritis maka Hoditolak atau menerima Ha
(74)
b. Uji F
Uji F menunjukkan adanya penolakan hipotesis yang menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel independen mempengaruhi variabel dependent,namun hal ini bukan berarti secara individual variabel independent mempengaruhi variabel dependent melalu uji t. Keadaan ini terjadi karena kemungkinan adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen. Kondisi tersebut mengakibatkan standart ror sangat tinggi dan rendahnya nilai t hitung meskipun modelnya secara umum mampu nenjelaskan data dengan baik.
Untuk menguji apakah koefisisen regresi secara bersama dan menyeluruh berpengaruh terhadap variabel dependen, prosedur uji F dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif Hasebagai berikut : H0: β1= β2= .... = βk= 0
Ha: β1≠ β2≠ .... = βk= 0
b. Keputusan menolak atau menerima Hosebagi berikut :
Jika F hitung > F kritis, maka menolak Ho dan sebaliknya jika F hitung < F kritis maka menerima Ho
(75)
(1)
2014 Mudharabah Musyakarah Total Pembiayaan RR PLS Murabahah RF GDP Inflasi Kurs NPF jan 100689 394772 4422674 100689,0893 495461 3569175 7,203745603 234232,6 1,07 9,323415 7.70 feb 105018 412607 4538689 105018,0909 517625 3650853 7,053084762 235375,6 0,26 9,274187 7.71 maret 109039 431663 4635162 109039,0931 540702 3718012 6,876268259 236924,8 0,08 9,252153 7.74 aprl 111776 469876 4726792 111776,0994 581652 3769009 6,479835022 239232,3 -0,02 9,272091 8.00 mei 111637 494356 4788995 111637,1032 605993 3810577 6,288153494 241330,2 0,16 9,285561 8.23 juni 117505 505405 4845333 117505,1043 622910 3857695 6,193021464 243570,5 0,43 9,294995 8.18 jul 120765 516556 4850077 120765,1065 637321 3865210 6,064777404 247739,9 0,93 9,275951 8.62 Agus 120617 531182 4845573 120617,1096 651799 3854672 5,913896769 248924,9 0,47 9,293773 8.83 sep 123717 556451 4198284 123717,1325 680168 3899660 5,733377636 248912,2 0,27 9,336974 8.68 okti 123691 562979 4947756 123691,1138 686670 3918522 5,706557735 175355,5 0,47 9,330848 8.94 nov 124847 567939 4980312 124847,114 692786 3940199 5,687469146 227207,3 1,5 9,357765 8.81 des 122467 567658 5004909 122467,1134 690125 3965543 5,746122804 332121,3 2,46 9,406322 7.89
(2)
L
ampiran 5
2015 Mudharabah Musyarakah total Pembiayaan RR PLS Murabahah RF GDP Inflasi Kurs NPF jan 118415 537147 5004436 118415,1073 655562 3990394 6,086981857 627061,3 -0,24 9,423361 8.97 feb 118353 551971 5093212 118353,1084 670324 4054034 6,047872372 735376,6 -0,36 9,434074 9.11 maret 123975 572606 5216058 123975,1098 696581 4132430 5,932447196 794031,2 0,17 9,446864 9.38 april 133805 582366 5326101 133805,1093 716171 4212147 5,881482216 737090,4 0,36 9,437158 9.33 mei 143760 603277 5435635 143760,111 747037 4281505 5,731315852 745874,4 0,50 9,457981 9.38 jun 158936 613206 5561698 158936,1103 772142 4367727 5,656636992 754448,5 0,54 9,468944 9.25 jul 161846 618794 5553840 161846,1114 780640 4355748 5,579714081 768341,3 0,93 9,489272 9.80 agus 173162 633793 5614726 173162,1129 806955 4379306 5,426951937 772349,5 0,39 9,534258 9.74 sep 168007 647545 5655380 168007,1145 815552 4403582 5,399511006 772001,7 -0,05 9,542718 9.86 okt 166578 657544 5683299 166578,1157 824122 4417108 5,359774402 767297,7 -0,08 9,654278 10.01 nov 172820 677303 5741115 172820,118 850123 4443955 5,227425914 758237,6 0,21 9,653271 9.69
(3)
Dependent Variable: NPF Method: Least Squares
Date: 10/28/16 Time: 19:02 Sample: 2011M01 2015M12 Included observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.039841 6.622307 -0.610035 0.5444 GDP 8.27E-07 4.95E-07 1.670208 0.1007 INFLASI -0.133024 0.097774 -1.360516 0.1793 KURS 1.583185 0.780979 2.027180 0.0476 RF -0.608273 0.135694 -4.482693 0.0000 RR 8.01E-06 6.55E-06 1.222199 0.2269 R-squared 0.845244 Mean dependent var 7.712000 Adjusted R-squared 0.830915 S.D. dependent var 1.082234 S.E. of regression 0.445014 Akaike info criterion 1.313218 Sum squared resid 10.69403 Schwarz criterion 1.522653 Log likelihood -33.39655 Hannan-Quinn criter. 1.395140 F-statistic 58.98729 Durbin-Watson stat 1.153382 Prob(F-statistic) 0.000000
(4)
L
ampiran 7
Uji
normalitas
0 2 4 6 8 10 12
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5
Series: Residuals
Sample 2011M01 2015M12 Observations 60
Mean -6.83e-15 Median 0.047922 Maximum 0.644407 Minimum -1.722487 Std. Dev. 0.425740 Skewness -1.485845 Kurtosis 6.608381 Jarque-Bera 54.62839 Probability 0.000000
(5)
F-statistic 4.126084 Prob. F(2,52) 0.0217 Obs*R-squared 8.217631 Prob. Chi-Square(2) 0.0164
Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares
Date: 10/28/16 Time: 19:05 Sample: 2011M01 2015M12 Included observations: 60
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.450221 6.346805 -0.386056 0.7010 GDP 2.61E-07 4.79E-07 0.545303 0.5879 INFLASI 0.022004 0.093104 0.236335 0.8141 KURS 0.207686 0.743823 0.279214 0.7812 RF 0.127029 0.139650 0.909626 0.3672 RR -3.51E-06 6.35E-06 -0.552523 0.5830 RESID(-1) 0.438132 0.166783 2.626963 0.0113 RESID(-2) 0.127220 0.176973 0.718865 0.4754 R-squared 0.136961 Mean dependent var -6.83E-15
(6)
Adjusted R-squared 0.020782 S.D. dependent var 0.425740 S.E. of regression 0.421293 Akaike info criterion 1.232590 Sum squared resid 9.229373 Schwarz criterion 1.511836 Log likelihood -28.97771 Hannan-Quinn criter. 1.341819 F-statistic 1.178881 Durbin-Watson stat 1.810892 Prob(F-statistic) 0.331011