1.5.3. Peningkatan Kualitas Pendidikan
1.5.3.1. Pengertian Kualitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia defenisi kualitas adalah kadar, mutu, tingkat
baik-buruknya sesuatu, derajat atau taraf kepandaiankecakapan, dsb. Menurut Sallis dalam Danim 2005, kualitas mutu dapat diartikan sebagai derajat kepuasan luar biasa yang
diterima oleh kustomer sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Ada banyak pendapat mengenai kriteria mutu pendidikan. Engkoswara dalam Danim 2005 melihat mutu
pendidikan itu dari tiga sisi, yaitu prestasi, suasana, dan ekonomi. Mutu pendidikan itu ternyata tidak semata-mata diukur dari mutu keluaran pendidikan secara utuh educational
outcomes akan tetapi dikaitkan dengan konteks dimana mutu itu ditempelkan dan berapa besar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu.
Mutu atau kualitas ialah derajat, ukuran baik-buruk dan tinggi rendahnya sesuatu. Mutu pendidikan menyangkut dapat tidaknya hasil pendidikan bisa dipakai sebagai
instrumen yang tepat guna untuk keperluan hidup. Mutu ini mengenai silabus, materi ilmu pengetahuan, tata nilai, hal-hal normatif dan estetis, unsur yang efektif dan ekonomis,
keterampilan sosial dan manajerial, keterampilan teknis, standarisasi atau pembakuan, tenaga guru dan pelatih dengan kualifikasi tinggi, dan lain-lain. Semua itu perlu dibakukan
untuk menjamin kualitas manusia hasil pendidikan, dan untuk menunjang harkat bangsa. Sebab segala sesuatu yang rendah mutunya akan mudah lapuk, dan tidak banyak gunanya
bagi manusia dan kehidupan. Sebaliknya sesuatu yang bermutu dalam pendidikan adalah awet, berguna, dan fungsional bagi manusia Kartono, 1997: 69
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.2. Pengertian Pendidikan Dua istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yang hampir sama bentuknya dan
sering digunakan dalam dunia pendidikan yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie berarti pendidikan, sedangkan paedagogiek artinya ilmu pendidikan. Dalam pengertian
yang sederhana dan umum, makna pendidikan yaitu sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan kata lain pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas
dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri nilai dan norma masyarakat yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya
Djumransjah, 2004:21. Dalam Dictionary of Education Sa’ud, 2005:6 Pendidikan merupakan; 1 Proses
dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, 2 Proses sosial dimana orang dihadadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah, sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan
sosial dan kemampuan individual yang optimum. Bertrand Russell menyatakan bahwa ciri pendidikan ada pada nilai-nilai kejujuran
dan keberanian. Seperti tertuang dalam pernyataannya: “Pendidikan dimaksudkan supaya manusia mencerminkan lingkungannya dengan tepat lewat pengetahuannya yang diperoleh
dengan kecerdasan supaya ia melibatkan diri secara emosional dengan cinta, keramahan, dan keadilan pada sesama. Akhirnya, supaya ia mengembangkan kehendak dan
Universitas Sumatera Utara
kemampuannya untuk proyek-proyek kemanusiaan dan tidak mengalami kendala chauvinisme sempit. Untuk itu menurut Russell, perlu diciptakan sisterm pendidikan yang
bebas dari represi. Hal senada diungkapkan Schumacher dalam bukunya, Small is Beautiful 1973, yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha penyebaran nilai-nilai kehidupan
sehingga pendidikan harus dapat memberikan kemampuan hidup dan menginterpretasikan dunia. Murtiningsih, 2006:1-2
Freire 1972 menyatakan bahwa pendidikan adalah arena pembebasan. Di dalam pendidikan itulah manusia dapat menemukan dirinya. Melalui pendidikan pula seseorang
mempunyai sikap kritis terhadap dunia dan kenyataan- kenyataan disekitarnya yang menindas, kemudian secara progresif mengubah dunia ini lewat tindakan dan aksi.
Pendidikan merupakan pembentukan manusia-manusia baru yang akan menciptakan dunia baru. Murtiningsih, 2006: 97-98. Freire merumuskan pendidikan sebagai suatu latihan
kebebasan, tindakan mengetahui, pendekatan kritis terhadap realitas, serta dorongan untuk merubahnya. Murtiningsih, 2006: 113.
Paulo Freire adalah seorang pemikir pendidikan yang berada pada jalur kritis- progresif. Metode pendidikan Freire berpola dialog. Freire sangat menekankan aktifitas dan
kreatifitas, yang mengharuskan partisipasi penuh dalam metode pendidikannya. Metode Freire adalah metode yang aktif, artinya mencakup refleksi dan aksi manusia terhadap
dunia. Pendidikan bukanlah wujud dari penindasan. Pendidikan selalu bertujuan membina kepribadian manusia. Diperlukan suatu lingkungan yang kondusif untuk mendukungnya.
Dimana pendidik dan anak didik secara bersama-sama mendunia. Artinya, bersama-sama menghadapi realitas sebagai persoalan yang harus dihadapi secara bersama dan tidak bisa
dilakukan secara terpisah. Disini hubungan yang dialogis sangat diperlukan sehingga baik
Universitas Sumatera Utara
pendidik maupun anak didik akan tumbuh harga diri, kepercayaan diri sendiri, rasa tanggungjawab dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung. Murtiningsih, 2006: 6
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”
Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan peningkatan kualitas pendidikan adalah kemampuan lembaga pendidikan yakni sekolah dalam pengelolaan
secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut
normastandar yang berlaku.
1.5.3.3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan. Menurut Dr. Redja Mudyahardjo 2004:62 dalam bukunya Filsafat Ilmu
Pendidikan mengatakan bahwa tujuan pendidikan dalam arti sempit yakni ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan
tertentu. Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat. Sedangkan dalam arti yang luas, tujuan pendidikan merupakan perpaduan
antara perkembangan pribadi secara optimal dan tujuan sosial dapat memainkan peranan sosial secara tepat. Tujuan pendidikan mencakup tujuan-tujuan setiap bentuk kegiatan
pendidikan bimbinganpengajaranlatihan dan satuan-satuan pendidikan sekolahluar sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 menyebutkan:
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, sehingga mendidik berarti memberikan, menanamkan, menumbuhkan nilai-nilai pada peserta didik. Pendidikan berfungsi
membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun
lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatih keterampilan. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan apa yang secara
potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Perbuatan mendidik diarahkan pada
pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik itu sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan, ataupun ketiga-
tiganya sekaligus. Proses pendidikan terarah pada penguasaan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif dan
menuju ke arah yang baik. Karena tujuannya yang positif maka proses pendidikannya juga harus positif, konstruktif dan normatif. Tujuan normatif tidak mungkin dapat dicapai
dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada guru sebagai pendidik
Universitas Sumatera Utara
dituntut untuk selalu berbuat, berperilaku dan berpenampilan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.Sukmadinata, 2005:3.
Menurut Djumransyah 2004:10, fungsi dari sebuah proses pendidikan ialah untuk meningkatkan perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan. Hasil dari proses
tersebut adalah kepribadian seseorang. Setiap perubahan-perubahan dalam tingkah laku merupakan perubahan dalam kepribadian. Agar pendidikan bermanfaat bagi kehidupan
maka harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: 1.
Berfungsi dalam realitas nyata di tengah masyarakatnya; misalnya masyarakat yang rural, urban, primitif, paska-tradisional, modern dan seterusnya, sehingga
dapat menggugah vitalitas hidup dan kemajuan masyarakatnya. 2.
Dapat ikut menjawab memecahkan masalah-masalah lokal, regional maupun nasional.
3. Merefleksikan tuntutan lingkungan ekonomi, sosial budaya dan politik di
dalam negara sehingga rasa patriotisme dan nasionalisme modern tidak menjadi fanatik, chauvinistis dan tidak sempit. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh dari proses pendidikan juga dapat digunakan untuk pembangunan.
Pendidikan disebut bermutu dari segi proses jika proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif, dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang
bermakna, ditunjang oleh sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yang wajar. Secara logis, proses yang berkualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas pula. Hasil
pendidikan disebut bermutu dari segi produk jika mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri berikut Soetopo, 2005: 93:
1. Pesera didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas
belajar sesuai dengan tujuan pendidikan, antara lain dengan nilai standar UN. 2.
Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, tidak hanya “mengetahui” tetapi “dapat melakukan sesuatu” yang fungsional dalam kehidupan.
3. Hasil pendidikan sesuai dan relevan dengan tuntutan lingkungan khususnya dunia
kerja.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.4. Faktor-Faktor Peningkatan Kualitas Pendidikan. Di sekolah, banyak faktor yang perlu dicermati agar kualitas pendidikan di sekolah
dapat ditingkatkan Soetopo, 2005: 94, antara lain: 1.
Kepemimpinan sekolah yang positif dan kuat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa faktor kepemimpinan yang diterapkan di sekolah sangat menentukan peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Apalagi di Indonesia yang banyak menganut ajaran Ki Hajar Dewantoro: “ing ngarso asung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani”. Kepemimpinan “directive” memberi pengarahan, “collaborative” penuh kerjasama, dan “non-directive” memberi kebebasan dari Sergiovani dapat
diterapkan disekolah. Ketepatan penerapan gaya dan orientasi kepemimpinan di sekolah sangat berpengaruh terhadap keefektifan sekolah. Pada gilirannya, hal ini
akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
2. Harapan yang tinggi: Tantangan bagi berfikir siswa. Mutu pendidikan dapat
diperoleh jika harapan yang diterapkan kepada peserta didik memberikan tantangan kepada mereka untuk berkompetisi mencapai tujuan pendidikan. Harapan yang
rendah hanya akan menurunkan prestasi belajar peserta didik. Harapan tinggi disini bukan berarti tujuan yang terlalu muluk yang sulit dicapai oleh siswa, tetapi harapan
tinggi untuk meraih prestasi bagi peserta didik.
3. Monitor terhadap kemajuan siswa. Aspek monitor menjadi penting karena
keberhasilan siswa di sekolah tak akan terekam dengan baik tanpa adanya aktivitas monitoring secara kontinu. Monitor bertahap dan pemberian balikan akan
meningkatkan kualitas pendidikan anak. Disinilah program perbaikan dan pengayaan bisa diterapkan.
4. Tanggung jawab siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan sekolah. Pendidikan
akan berkualitas jika menghasilkan lulusan yang bertanggungjawab, disiplin, kreatif, dan trampil. Aktivitas organisasi siswa di sekolah perlu digalakkan. Siswa
dilatih untuk bertanggungjawab atas tugasnya sebagai siswa, dan berani menanggung resiko atas perbuatannya.
5. Insentif dan hadiah. Penerapan pendidikan yang memberikan hadiah dan insentif
bagi keberhasilan pendidikan akan meningkatkan usaha belajar siswa. 6.
Keterlibatan orang tua dalam kehidupan sekolah. Faktor ini telah menjadi klasis sebagai realisasi tanggungjawab pendidikan. Namun faktor ini akan meningkatkan
mutu pendidikan jika dirancang secara terstruktur dan peran aktifnya tampak secara nyata. Hal ini menuntut kedewasaan kedua belah pihak sekolah di satu pihak dan
orang tua dan masyarakat di lain pihak.
7. Perencanaan dan pendekatan yang konsisten. Kualitas pendidikan akan
tertingkatkan jika semua aktivitas pendidikan direncanakan dengan baik dan menggunakan pendekatan yang tepat dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan. Perencanaan dan pendekatan dilakukan berdasarkan kajian heuristik terhadap situasi dan kondisi yang ada disekolah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia III di Ujung Pandang, telah dirumuskan beberapa upaya peningkatan mutu pendidikan, yang secara singkat disebutkan
sebagai berikut Soetopo, 2005 : 97: 1.
Pengembangan Tatanan Strategis Pendidikan Menjelang tahun 2020. a.
Peningkatan hubungan pendidikan dengan dunia kerja. b.
Pengembangan dan pemantapan isi pendidikan. c.
Pemantapan sistem tenaga kependidikan. d.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pendidikan dan upaya menggali sumber daya masyarakat.
e. Profesionalisasi dalam pengelolaan pendidikan.
f. Pembinaan pendidikan mulitkultural dan wawasan kebangsaan.
2. Pembinaan Manusia Indonesia yang Beriman dan Taqwa Kepada TYME dengan
Memperhatikan Budaya dan Lingkungan Bangsa yang Religius. a.
Pembinaan dan pemantapan kepribadian Indonesia sedini-dininya dan seoptimal-optimalnya.
b. Pembinaan manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, serta
pendidikan keluarga dan kehidupan keagamaan yang menunjang terciptanya manusia dan masyarakat bangsa yang sejahtera, modern dan berkepribadian
Indonesia.
3. Pengembangan Fungsi LPTK Menjelang tahun 2020.
a. Perluasan fungsi IKIP menjadi Universitas.
b. Pengembangan profesional tenaga kependidikan.
c. Pengembangan ketenagaan pada LPTK.
4. Implementasi Wajib Belajar Dikdas 9 Tahun dalam Upaya Pemerataan dan
Peningkatan Mutu Pendidikan. a.
Pimpinan Daerah provinsi, dan kodyakab. sebagai penanggungjawab Tim Koordinasi Wajar perlu mengambil inisiatif.
b. SekolahMadrasah swasta perlu mendapat bantuan.
c. Profesionalisasi manajemen pendidikan, kerjasama dengan LPTK
ditingkatkan. d.
Peningkatan mutu guru, proses belajar dan sumber pembelajaran. e.
Penggalangan potensi masyarakat dalam menyukseskan Wajar Dikdas 9 tahun.
5. Pemantapan Pengelolaan Pendidikan di Daerah Terpencil dan Desa Tertinggal.
a. Mengkaji model Wajar Dikdas 9 tahun untuk daerah terpencil dan desa
tertinggal. b.
Menghimpun dana dari masyarakat mampu. c.
Perlu SMP kecil di daerah terpencil. 6.
Teknologi Informasi dan Pembangunan Pendidikan. a.
Pengembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemahaman fungsi dan tata kerja internet dalam informasi global serta
pengembangannya dalam penyelenggaraan pendidikan. c.
Pemanfaatan teknologi dan pengembangan mutu media dalam proses pembelajaran.
d. Pengendalian dampak teknologi informasi terhadap pendidikan: perangkat
hukum, lembaga khusus, program terkoordinasi dari berbagai instansi dan lembaga sosial, peningkatan fungsi pembimbing di sekolah, pengawasan dan
kewaspadaan orang tua.
7. Penelitian dan Inovasi Pendidikan.
a. Pengembangan mutu penelitian.
b. Pengembangan penelitian disiplin ilmu.
c. Penyebarluasan hasil penelitian.
d. Pengembangan jaringan penelitian di bidang pendidikan.
e. Pengembangan kolaborasi penelitian antara LPTK dengan sekolah.
8. Efisiensi dan Efektivitas Manajemen Nasional Pendidikan Indonesia.
a. Profesionalisasi manajemen sistem pendidikan.
b. Pemanfaatan internet dan komputer untuk manajemen.
c. Perlu gerakan moral untuk menumbuhkan nurani para pemimpin dan
manajer pendidikan. d.
Pemantapan sistem pengadaan, pendayagunaan dan pembinaan tenaga kependidikan.
e. Pemantapan sistem evaluasi pendidikan.
1.5.3.5. Proses Belajar-Mengajar Sebagai Sistem. Proses belajar-mengajar sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri
atas Soetopo, 2005: 144:
1. Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar-mengajar PBM. Siswa yang semula dipandang sebagai objek
pendidikan bergeser sebagai subyek pendidikan. Sebagai subyek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan pendidikan. Tiada pendidikan tanpa anak didik.
Untuk itu, siswa harus dilayani dan dipahami sesuai dengan hak-hak dan tanggungjawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu yang unik. Mereka
Universitas Sumatera Utara
merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada
umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang
berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru di sekolah.
2. Guru
Komponen guru mempunyai peranan penting dan merupakan kunci pokok bagi keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu kemampuan profesional
guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan dengan berbagai upaya, antara lain melalui pendidikan, pelatihan, dan pembinaan teknis yang dilakukan secara
berkesinambungan di sekolah dan di wadah-wadah pembinaan profesional seperti Kelompok Kerja Guru KKG, Kelompok Kerja Kepala Sekolah KKKS, dan
Kelompok Kerja Penilik Sekolah KKPS. Peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional tersebut meliputi berbagai aspek, antara lain kemampuan
guru dalam menguasai kurikulum dan materi pengajaran, kemampuan dalam menggunakan metode dan sarana dalam proses belajar-mengajar, melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar, dan kemampuan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, disiplin dan komitmen guru terhadap tugas Danim, 2005:
90.
3. Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang, mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran, sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara
keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.
4. Materi
Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap
aktivitas belajar-mengajar pasti harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun raya menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang
praktikum di laboraturium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh
anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
5. Sarana atau Alat
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa
benda yang sesungguhnya, imitasi atau tiruannya, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat
elektronik, alat cetak dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, anak, materi, dan metode pembelajaran.
6. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun gradasi kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
7. Lingkungan
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan itu mencakup lingkungan fisik, lingkungan
sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waku PBM berlangsung.
8. Kurikulum
Dalam suatu lembaga pendidikan, kurikulum memegang peranan paling penting. Orang akan dengan cepat mengira-ngira kemampuan lulusan apabila diberi tahu
materi apa saja yang akan diberikan kepada siswa selama mengikuti pendidikan dilembaga tersebut. Di dalam kurikulum masih dipertimbangkan lagi: luasnya
materi, urutan penyajian, komponen pelengkap misalnya pedoman-pedoman, tambahan sumber buku Arikunto, 2005: 229.
9. Kegiatan Belajar Mengajar
Didalam kegiatan ini tampaknya guru merupakan faktor paling dominan yang menentukan kualitasnya. Bagaimana guru mampu memilih metode atau pendekatan
yang tepat, bagaimana guru mampu memilih dan menggunakan alat-alat pelajaran, bagaimana guru mampu memilih dan menggunakan alat evaluasi, mengelola kelas,
menguasai materi yang akan diajarkan, memahami siswa secara individual, semuanya itu harus dijadikan indikator bagi sasaran penilaian terhadap komponen
kegiatan belajar mengajar Arikunto, 2005: 230.
Universitas Sumatera Utara
SISTEMATIKA PENULISAN BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, informan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum mengenai lokasi objek penelitian, batas- batas wilayah, penduduk, dan sebagainya.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan kemudian mentabulasikannya.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan analisa data dari setiap data yang disajikan yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan data selama masa penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara