Jenis Barang Dagangan Produk

menjalankan strategi pemasaran. Pengalaman sangat penting sekali dalam menjalankan suatu usaha, karena pengalaman dapat menuntun dan mengajarkan apa yang harus dikerjakan. Dengan demikian dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkannya.

II.3.2.4 Jenis Barang Dagangan Produk

Berbicara masalah barang dagangan pikiran orang akan tertuju pada suatu produk tertentu. Produk merupakan semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya Kotler dan Amstrong, 2003:337 Banyaknya jenis barang atau keragaman barang yang digelarkan oleh pedagang dapat menarik minat calon konsumen untuk membeli, mempergunakan atau mengkonsumsi, karena dihadapkan banyak pilihan. Lebih lanjut Kotler dalam Kasmir 2006:174 menyatakan pengertian produk dapat dijabarkan bahwa ”produk merupakan sesuatu, baik berupa barang maupun jasa, yang ditawarkan ke konsumen agar diperhatikan, dan dibeli oleh konsumen. Tujuan menawarkan produk ke pasar adalah untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen”. Sesuai dengan definisi di atas, produk dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Produk yang berupa benda fisik atau benda berwujud, seperti buku, kursi, rumah, mobil, dan lain-lain, 2. Produk yang tidak berwujud, biasanya disebut jasa. Jasa dapat disediakan dalam berbagai wahana, seperti pribadi, tempat, kegiatan, organisasi, dan ide-ide. Menurut Mc.Carty dalam Simamora 2001:139 ”produk Universitas Sumatera Utara merupakan suatu tawaran dari sebuah perusahaan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan”. Dalam produk itu sendiri terkandung pengertian yang mencakupi segi fisik dan hal-hal lain yang lebih ditentukan oleh konsumen seperti masalah jasa yang menyertainya, masalah psikologis seperti kepuasan pemakaian, simbol status, segi artistik dan lain sebagainya. Mursid, 2003:71. Kemudian Swastha dan Ibnu 1995:194 menyatakan bahwa ”produk adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya”. Dalam hal ini, konsumen membeli sekumpulan sifat fisik dan kimia tersebut merupakan produk tersendiri sebab setiap kombinasi akan memberikan kepuasan yang berbeda-beda. Kemudian menurut Stantion dalam Angipora 2002:152 mendefinisikan produk dalam dua pengertian dasar yaitu 1. pengertian sempit, produk adalah sekumpulan atribut fisik nyata tangible yang terkait dalam sebuah bentuk yang dapat diindentifikasikan, 2. Pengertian luas, produk adalah sekumpulan atribut yang nyata tangible dan tidak nyata intangible di dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestive pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Menurut Schroeder 1989:89 ”produk merupakan sebagai keluaran dari fungsi operasi baik barang maupun jasa”. Kemudian menurut Gitisudarmo 1999:68 Universitas Sumatera Utara “ Produk merupakan segala sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia atau organisasi”. Selanjut Longenecker,et.al 2001:353 ”Produk adalah seikat total kepuasan sebuah jasa, barang yang ditawarkan pada para konsumen dalam sebuah transaksi pertukaran”. Produk merupakan hasil keluaran dari produksi yang kemudian ditawarkan kepada konsumen sesuai dengan keinginannya melalui transaksi pertukaran dengan harapan dapat memuaskan kebutuhannya. Jenis barang dagangan dimaksudkan adalah banyaknya jenis barang yang tersedia untuk dijual, misalnya pedagang sayur mayur menyediakan jenis sayur seperti bayam, kangkung, kol dan sayuran lainnya, pedagang makanan menyediakan jenis makanan dan minuman berupa nasi, mie dan kue, jus, sirup serta makanan dan minuman lainnya. Begitu juga pedagang buah menyediakan jenis buah berupa apel, anggur, jeruk, salak dan buah lainnya. Dan juga pedagang pakaian menyediakan pakaian berupa baju, celana, sepatu, sandal, handuk dan pakaian lainnya. II.4 Teori Tentang Usaha Informal II.4.1 Pengertian Usaha Informal