Teori Tentang Usaha Informal .1 Pengertian Usaha Informal

“ Produk merupakan segala sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia atau organisasi”. Selanjut Longenecker,et.al 2001:353 ”Produk adalah seikat total kepuasan sebuah jasa, barang yang ditawarkan pada para konsumen dalam sebuah transaksi pertukaran”. Produk merupakan hasil keluaran dari produksi yang kemudian ditawarkan kepada konsumen sesuai dengan keinginannya melalui transaksi pertukaran dengan harapan dapat memuaskan kebutuhannya. Jenis barang dagangan dimaksudkan adalah banyaknya jenis barang yang tersedia untuk dijual, misalnya pedagang sayur mayur menyediakan jenis sayur seperti bayam, kangkung, kol dan sayuran lainnya, pedagang makanan menyediakan jenis makanan dan minuman berupa nasi, mie dan kue, jus, sirup serta makanan dan minuman lainnya. Begitu juga pedagang buah menyediakan jenis buah berupa apel, anggur, jeruk, salak dan buah lainnya. Dan juga pedagang pakaian menyediakan pakaian berupa baju, celana, sepatu, sandal, handuk dan pakaian lainnya. II.4 Teori Tentang Usaha Informal II.4.1 Pengertian Usaha Informal Kegiatan perekonomian yang diusahakan oleh masyarakat pada prinsipnya terdiri dari sektor formal dan sektor informal. Sektor formal merupakan kegiatan usaha yang bentuknya terorganisasi, cara kerjanya teratur dan pembiayaan secara resmi, menggunakan buruh dengan upah dan sebagainya Sedangkan sektor informal bentuknya tidak terorganisasi kebanyakan usaha sendiri, cara kerja tidak teratur, Universitas Sumatera Utara biaya sendiri atau sumber tidak resmi, dikerjakan oleh anggota keluarga Jayadinata, 1999. Konsep sektor informal sudah diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Hart dalam penelitiannya di Ghana. Selanjutnya konsep tersebut diterapkan dalam sebuah laporan oleh suatu tim International Labour Organization ILO dalam usaha mencari pemecahan masalah tenaga kerja di Kenya. Sebagai tindak lanjut gagasan tersebut, maka muncullah berbagai studi empiris mengenai sektor informal di berbagai negara di dunia ketiga untuk menerapkan konsep tersebut secara operasional Hart dalam Pasaribu, 1991. Selanjutnya banyak peneliti yang meneliti diseputar sektor informal, seperti Arnold 1998 meneliti tentang sektor informal hawkers dan vendors di Afrika Selatan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa sektor informal dalam hal ini pedagang kaki lima dan pedagang keliling selalu berdagang di pinggir jalan dan juga di stasiun kereta api. Yang berdagang di pinggir jalan kebanyakan didapatkan kaum wanita yang menjual buah-buahan dan sayur-sayuran, tingkat penghasilan yang diterima paling sedikit per bulan sebesar R300. Sementara yang berdagang di stasiun kereta api kebanyakan kaum pria, mereka menjual pakaian dan sepatu. Cutsinger 2000 juga meneliti tentang sektor informal street vendors di Barbados India Barat. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa di tahun 1991 terjadinya krisis ekonomi yang melanda Barbados India Selatan banyak karyawan kehilangan pekerjaan, dan pada saat itu tingkat pengangguran mencapai 18. Dalam Universitas Sumatera Utara mempertahankan kelangsungan hidupnya sebagian dari mereka bekerja pada sektor informal. International Labour Organization ILO dalam Mathur 1993 mendefinisikan ”sektor informal adalah sektor-sektor yang mudah dimasuki oleh pengusaha pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri, dimiliki oleh keluarga berskala kecil, menggunakan teknologi padat karya dan teknologi yang dibutuhkan di luar bangku sekolah, tidak diatur oleh pemerintah, dan bergerak dalam pasar penuh persaingan”. Menurut Anoraga dan Djoko 2002:225 ”Usaha kecil Informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisonal adalah usaha yang menggunakan alat transportasi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya”. Menurut Astomoen 2005:337 ”Usaha Informal adalah usaha yang berjalan tetapi tidak berbentuk badan hukum usaha. Status usaha ini biasanya terdapat pada pengusaha pemula, usaha kecil dan menengah, warung-warung, pedagang kaki lima, toko-toko kecil, dan lain-lain”. Kemudian menurut Seturrahman 1995 :14 “Sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil”. Universitas Sumatera Utara Definisi secara umum dari sektor informal adalah bagian dari sistem ekonomi kota dan desa yang belum mendapatkan bantuan ekonomi dari pemerintah atau yang belum mampu menggunakan bantuan yang telah disediakan atau sudah menerima bantuan tetapi belum sanggup berdikari Hidayat, 1983. Dari definisi tersebut dapat dibedakan antara sektor informal yang berada di pedesaan yang seringkali disebut sektor informal tradisional yang bergerak di bidang pertanian, dengan sektor informal yang berada di daerah perkotaan yang sebagian besar bergerak dalam kegiatan pedagang kaki lima. Usaha informal mampu berusaha secara mandiri tanpa harus mengantungkan hidupnya pada usaha orang lain mandiri dan juga mampu menolong diri sendiri self help dan anggota keluarganya. Ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi pekerja di sektor informal. Anne 2003:8 menyatakan bahwa ”sektor informal dipandang sebagai usaha tradisional yang mandiri dimana ketergantungannya kepada faktor-faktor luar sangat kecil dan lebih cenderung memanfaatkan tenaga kerja dikalangan keluarga terdekat”. Sementara Bremen 1996 :138 menyatakan perbedaan kegiatan ekonomi antara sektor informal dan formal dengan kriteria sebagai berikut: 1. Sektor formal yaitu digunakan dalam pengertian pekerjaan tetap, harian, yang digaji untuk pekerjaan yang permanen, seperti pekerjaan dalam perusahaan, kantor pemerintah yang meliputi : a. Sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan dan terorganisir, b. Pekerjaan terdaftar secara resmi dalam statistik ekonomi, d. Syarat-syarat pekerjaan dilindungi oleh hukum, sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak memenuhi Universitas Sumatera Utara kriteria ini dimasukkan dalam sektor informal. 2. Sektor Informal merupakan suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali disebut dalam istilah umum sebagai usaha sendiri, karena merupakan jenis kesempatan kerja yang terorganisir, sulit dicacah sehingga sering dilupakan dalam sensus-sensus resmi sehingga akhirnya merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang atau sulit dijangkau oleh aturan-aturan hukum. Munculnya usaha informal akibat dari sempitnya lapangan kerja yang disediakan oleh perusahaan dan pemerintah, hal ini disebabkan tidak sebanding lapangan kerja yang tersedia dengan pertumbuhan penduduk . Disamping itu juga terbentur dengan persyaratan yang ditentukan oleh penampung tenaga kerja karena tidak terpenuhi kualifikasi tertentu, seperti minimnya tingkat pendidikan, keahlian dan kemampuan yang dipersyaratkan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Utara yang meliputi 27 kecamatan. Pemilihan lokasi penelitian ini pada pusat kota kecamatan yang tersebar di seluruh wilayah Aceh Utara, dan waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Februari 2010. III.2 Metode Penelitian III.2.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey melalui kuisioner yang diberikan kepada responden yang terpilih sebagai sampel pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara. Survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan- keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah Nazir, 2005. III.2.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriftif kuantitatif karena adanya hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan alat uji statistik. Kuncoro 2003 “Penelitian deskriftif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status akhir dari subjek penelitian”. Universitas Sumatera Utara