PENGUJIAN SIFAT MEKANIS .1 PENGUJIAN SIFAT TERMAL .1 KESIMPULAN

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Daya serap air No Komposisi Massa kering Mk,gr Massa jenuh Mj,gr Daya serap air 1 80 : 10 3,180 3,21 0,9 2 70 : 20 4,879 4,90 0,53 3 60 : 30 9,357 9,37 0,13 4 50 : 40 11,037 11,14 0,93 5 40 : 50 11,136 11,66 4,7 6 30 : 60 9,365 12,11 29,31 7 20 : 70 4,901 5,37 9,57 8 10 : 80 3,206 4,05 26,33 4.2 PENGUJIAN SIFAT MEKANIS 4.2.1 Pengujian Kekuatan Lentur Ultimate Flekture Strength UFS Pengujian Kekuatan Lentur UFS dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer terhadap pembebanan. Dalam metode ini metode yang digunakan adalah metode tiga titik lentur. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Pada permukaan bagian atas cupilkan yang dibebani akan terjadi kompresi, sedangkan pada permukaan bawah sampel akan terjadi tarikan. Pada pengujian ini terhadap sampel uji diberikan pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap sampel. Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu : Universitas Sumatera Utara UFS = 2 2 3 bd PL Dengan : P = Load beban, N L = Jarak span 10 cm = 0,01 m b = Lebar sampel mm d = Tebal sampel mm Sebagai contoh 80 : 10 dari penelitian yang dilakukan diperoleh : Panjang sampel = 150 mm Lebar sampel = 20 mm Tebal sampel = 0,28 mm Sehingga : 2bd 2 = 2 x 20 0,28 2 = 3,136 mm 3 = 3,136 x 10 -9 m 3 Load beban P = 0,27 kgf = 0,27 x 9,8 ms 2 = 2,646 N Jarak span L = 0,1 m, maka : 3PL = 3 x 2,646 N x 0,1 m = 0,7938 Nm Sehingga UFS = 2 2 3 bd PL Universitas Sumatera Utara = 3 9 - 10 x 3,136 7938 , m Nm = 253 MPa

4.3 Hasil pengujian kekuatan lentur

N o Komposisi Panjang pmm Lebar bmm Tebal dmm 2bd 2 x 10 -9 m 3 Beban P 3PL UFS MPa Kgf N Stroke 1 80 : 10 150 20 0,28 3,136 0,27 2,646 38,10 0,3798 253 2 70 : 20 150 20 0,36 5,184 0,41 4,018 31,87 1,2054 153 3 60 : 30 150 20 0,21 1, 764 0,06 0,588 14 0,1764 449,9 4 50 : 40 150 20 1,54 94,86 0,58 5,684 6,67 1,7052 8,37 5 40 : 50 150 20 1,52 92,4 0,77 7,546 6,06 2,268 8,59 6 30 : 60 150 20 1,56 97,34 0,12 1,96 6,96 0,588 8,15 7 20 : 70 150 20 0,46 8,46 0,29 2,842 11,56 0,8526 93,8 8 10 : 80 150 20 0,38 5,776 0,01 0,098 13,87 0,0294 137,4 Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat hubungan antara nilai kuat lentur dengan campuran serbuk ban bekas dan polipropilen bekas yang dinyatakan dalam bentuk grafik 4.3.

4.2.2 Uji impak Impact Strength Is

Uji impak ini bertujuan untuk menentukan ketangguhan sampel terhadap pembebanan dinamis. Metode impak ini disesuaikan dengan model Charpy, dimana sampel dalam bentuk tertidur dengan ukuran yang telah ditentukan, dengan kedua ujung sampel Universitas Sumatera Utara diletakkan pada penumpu lalu melepaskan beban dinamis dengan tiba – tiba menuju sampel. Kekuatan impak yang dihasilkan Is merupakan perbandingan antara energi serap Es dengan luas penampang A. Is = A E s Dengan : Is = Kekuatan impak kJm 2 Es = Energi serap J A = Luas penampang mm 2 Sebagai contoh 80 : 10 : Lebar sampel = 15 mm Tebal sampel = 2 mm Dengan : A = b x d = 15 mm x 0,28 mm = 4,2 mm 2 Sehingga diperoleh : Is = A E s Is = 6 3 10 2 , 4 10 18 ,   x x = 42,8 kJm 2 Universitas Sumatera Utara Untuk sampel berikutnya dilakukan dengan cara yang sama dengan tebal dengan lebar sampel yang berbeda – beda dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4 Hasil pengujian Impak No Komposisi Panjang p mm Lebar b mm Tebal d mm Luas A mm 2 Es J Is kJm 2 1 80 : 10 100 15 0,28 4,2 0,18 42,85 2 70 : 20 100 15 0,36 5,4 0,11 20,37 3 60 : 30 100 15 0,21 6,9 0,13 18,84 4 50 : 40 100 15 1,54 23,1 0,06 2,6 5 40 : 50 100 15 1,52 22,8 0,10 4,38 6 30 : 60 100 15 1,56 23,4 0,12 5,13 7 20 : 70 100 15 0,46 3,15 0,05 15,87 8 10 : 80 100 15 0,38 5,7 0,06 10,52 Berdasarkan tabel 4.4 tersebut diperoleh grafik 4.4 yang menunjukkan hubungan antara kuat Impak dengan campuran serbuk ban bekas dan polipropilena bekas. Universitas Sumatera Utara 4.3 PENGUJIAN SIFAT TERMAL 4.3.1 Uji titik leleh dan titik bakar Pengujian sifat termal yang meliputi uji titik leleh dan titik bakar ini bertujuan untuk mengetahui indikasi temperatur pemanasan maksimum dimana masih dalam batas – batas aman pengerjaan dan agar karakteristik material tidak berubah rusak akibat dipanaskan melebihi temperatur titik bakar. Dari pengujian tersebut diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil pengujian titik leleh dan titik bakar No Komposisi Titik nyala s Titik bakar s 1 80 : 10 27 45 2 70 : 20 31 55 3 60 : 30 39 67 4 50 : 40 34 39 5 40 : 50 23 29 6 30 : 60 19 59 7 20 : 70 5 23 8 10 : 80 3 11 Universitas Sumatera Utara 4.2 Pembahasan 4.2.1. Analisis Pengujian Porositas Berdasarkan ASTM C 373 – 88 hasil dari pengujian Porositas , diperoleh bahwa pada komposisi campuran polipropilen bekas dan serbuk ban bekas variasi 60 : 30 yaitu 0,94 dan Porositas maksimum pada campuran polipropilen dan serbuk ban bekas variasi 10 : 80 yaitu 76,45 . Ini menunjukkan bahwa penggunaan polipropilena bekas dalam jumlah yang banyak cukup baik karena dapat mengurangi porositas. Pada komposisi polipropilen bekas dan serbuk ban bekas 60 : 30 nilai porositasnya paling minimum diantara semua variasi dan ini menunjukkan bahwa pada komposisi tersebut adalah yang terbaik untuk di uji, dikarenakan polipropilen menyebar merata homogen di dalam campuran tersebut sehingga menghalangi sebagian air untuk masuk. Komposisi Polipropilen gram x 10 1 Grafik .4.1 Hubungan antara Porositas dan Polipropilena bekas.

4.2.2 Analisis pengujian daya serap air

Sampel yang telah ditetapkan untuk campuran serbuk ban bekas dan polipropilena bekas kemudian ditambahkan aspal,aspal ini berfungsi sebagai anti air waterproof yang dapat mencegah air merembes ataupun tembus melalui lapisan genteng. Universitas Sumatera Utara Banyaknya kandungan air dalam campuran aspal cenderung mengurangi daya tahan campuran aspal karena menyebabkan erosi. Sehingga dengan ditambahkannya bahan polipropilena, persentase daya serap air lebih kecil. Berdasarkan SNI 0096 : 2007, diketahui bahwa kandungan air dalam campuran aspal maksimum 10 . Adapun sampel yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI penyerapan air yaitu pada komposisi campuran variasi polipropilena bekas dan serbuk ban bekas yaitu 80 : 10 , 70 : 20 , 60 : 30 dan 50 : 40 dan 40 : 50 dengan komposisi campuran yang optimum yaitu pada variasi 60 : 30 . Komposisi campuran Polipropilena gram x 10 1 Grafik 4.2 Hubungan antara polipropilen dengan daya serap air.

4.2.3. Analisis pengujian kekuatan lentur

Sampel uji berbentuk persegi panjang dengan ukuran 100 mm disesuaikan dengan standart ASTM D – 790. Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan komposit terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Universitas Sumatera Utara Disamping itu pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu bahan. Komposisi campuran Polipropilena gram x 10 1 Grafik 4.3 Hubungan antara Polipropilena dengan kekuatan lentur Berdasarkan grafik 4.3 diatas dapat dilihat hubungan antara pengaruh penggunaan polipropilen terhadap kekuatan lentur sampel tersebut. Hasil dari pengujian tersebut ditampilkan secara digital ,dimana diperoleh beban maksimum load dalam satuan kgf dan regangan stroke dalam satuan mmmenit. Dari grafik 4.3 terlihat jelas bahwa nilai kuat lentur maksimum pada komposisi campuran variasi 60 : 30 sebesar 449,9 MPa. Sedangkan nilai kuat lentur minimum pada komposisi serbuk ban bekas dan polipropilen bekas 30 : 60 sebesar 8,15 MPa. Hal ini disebabkan karena sifat polipropilen yang lentur. Semakin berkurang jumlah polipropilen yang digunakan pada campuran maka semakin berkurang kelenturannya. Dengan kata lain pada komposisi variasi 30 : 60 sampel mempunyai sifat kaku atau rapuh.

4.2.4 Analisis pengujian kekuatan Impak

Pengujian kekuatan impak ini bertujuan untuk mengetahui ketangguhan sampel terhadap pembebanan dinamis. Pengujian yang biasa dilakukan untuk mengukur Universitas Sumatera Utara kekuatan impak dari bahan – bahan polimer yaitu dengan metode charpy. Dalam urutan untuk mengetahui sebuah perbedaan energi impak,pendulum dapat dibebaskan dari keadaan yang berbeda. Energi yang hilang oleh impaktor dikacaukan oleh kehilangan dalam mesin itu sendiri. Komposisi campuran Polipropilena gram x 10 1 Grafik 4.4 Hubungan antara Polipropilen dan kekuatan impak Berdasarkan grafik 4.4 diatas terlihat jelas bahwa nilai kuat impak maksimum pada komposisi polipropilen dan serbuk ban bekas 80 : 10 sebesar 42,85 kJm 2 . Sedangkan nilai kuat impak minimum pada komposisi Polipropilen dan serbuk ban bekas 50 : 40 sebesar 2,6 kJm 2 . Dari grafik 4.4 terlihat bahwa pemakaian polipropilen dan serbuk ban bekas dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan kekuatan impaknya. Ini terlihat pada komposisi campuran variasi 80 : 10 dan pada komposisi campuran variasi 70 : 20 dan 60 : 30.

4.2.5 Analisis pengujian uji titik leleh dan titik bakar

Pada pengujian titik nyala dan titik bakar peneliti meletakkan sampel diatas api kemudian dicatat waktu pertama kali terjadi percikan api sebagai titik nyala sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu dimana benda uji terbakar. Pengujian inti bertujuan untuk mengetahui temperatur pemanasan maksimum dimana masih Universitas Sumatera Utara dalam batas – batas aman pengerjaan dan agar karakteristik aspal tidak berubah rusak akibat dipanaskan melebihi temperatur titik bakar.Sony Sulaksono,2001 Komposisi campuran Polipropilena gram x 10 1 Grafik 4.5 Hubungan antara Polipropilen dan waktu titik nyala Komposisi campuran Polipropilena gram x 10 1 Grafik 4.6 Hubungan antara polipropilena dan Waktu titik bakar Berdasarkan grafik 4.5 diatas terlihat bahwa titik nyala maksimum terdapat pada komposisi campuran variasi polipropilen dan serbuk ban bekas 60 : 30 yaitu 39 Universitas Sumatera Utara detik dan titik nyala minimum terdapat pada komposisi campuran variasi polipropilen dan serbuk ban bekas 10 : 80 yaitu 3 detik. Sedangkan dari grafik 4.6 terlihat jelas bahwa titik bakar maksimum terdapat pada komposisi campuran variasi polipropilen dan serbuk ban bekas 60 : 30 yaitu 67 detik dan titik bakar minimum terdapat pada komposisi variasi 10 : 80 yaitu 11 detik . Untuk data hasil pengujian maksimum dari komposisi campuran variasi dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah. Tabel 4.6 Sifat Pengujian Komposisi Campuran Variasi 60:30 Komposisi Sifat Pengujian Nilai 60 : 30 Porositas 0,94 60 : 30 Daya Serap Air 0,13 60 : 30 Kekuatan Lentur 449,9 MPa 60 : 30 Kekuatan Impak 18,84 kJm 2 60 : 30 Waktu Titik Nyala 39 sekon Waktu Titik Bakar 67 sekon Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan campuran serbuk ban bekas dan polipropilen bekas dengan penambahan aspal 10 sebagai genteng polimer dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Material genteng polimer dibuat dari limbah ban bekas, polipropilena bekas, dan aspal, dimana ban bekas memberikan kelenturan sedangkan aspal bertindak sebagai anti air waterproof dan perekat, yang diatur konsentrasinya agar bisa mendapatkan sifat fisis yang baik. 2. Genteng polimer dapat dibuat dengan menggunakan polipropilena bekas dan campuran serbuk ban bekas dengan penambahan aspal 10 ,dikumil peroksida DCP 1 ,serta divinil benzene DVB 1 dengan menggunakan proses ekstruksi, dengan komposisi optimum yaitu pada perbandingan komposisi variasi campuran polipropilena bekas dan serbuk ban bekas 60 : 30. 3. Sifat mekanik campuran aspal, polipropilena bekas dan serbuk ban bekas, mempunyai kekuatan lentur maksimum sebesar 449,9 MPa dan kekuatan lentur minimum sebesar 8,15 MPa, kekuatan impak maksimum sebesar 18,84 kJ m 2 dan kekuatan impak minimum sebesar 2,6 kJm 2 , Sifat fisis campuran mempunyai nilai porositas maksimum sebesar 0,94 dan nilai porositas minimum sebesar 76,64, Dan nilai maksimum daya serap air 0,13 dan daya serap air minimum 29,31, Sifat termal campuran mempunyai nilai waktu titik nyala maksimum 39 detik dan waktu titik nyala minimum 3 detik, dan waktu titik bakar maksimum 67 detik dan waktu titik bakar minimum 11 detik. Universitas Sumatera Utara

5.2 SARAN