Syarat Mutu Genteng Menurut Standar Nasional Indonesia TEMPAT PENELITIAN DIAGRAM ALIR HASIL .1. PENGUJIAN SIFAT FISIS

polyester. Stiren dan divenil benzena bereaksi secara bersama-sama menghasilkan kopolimer stirena divenil benzena. Ahmad Hafizullah,2011.

2.8 Syarat Mutu Genteng Menurut Standar Nasional Indonesia

Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 0099 : 2007, Syarat mutu genteng meliputi : 1. Sifat Tampak Genteng harus memiliki permukaan atas yang mulus , tidak terdapat retak, atau cacat lain yang mempengaruhi sifat pemakaiannya. 2. Penyerapan Air Penyerapan air maksimal 10 3. Ketahanan terhadap Perembesan Air Impermeabilitas Tidak boleh ada tetesan air dari permukaan bawah genteng kurang dari 20 jam ± 5 menit. Anonim,2007 Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 3.2 Peralatan dan Bahan – Bahan 3.2.1. Peralatan 1. Beaker glass 500 mL Berfungsi sebagai wadah tempat mencampur bahan. Lampiran 1 2. Ayakan Berfungsi sebagai saringan atau ayakan untuk menyaring ban bekas.Lampiran 1 3. Spatula Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengaduk campuran bahan.Lampiran 1 4. Neraca Analitik Berfungsi sebagai alat untuk menimbang sampel atau bahan.Lampiran 1 5. Hot Plate Berfungsi sebagai pemanas.Lampiran 1 Universitas Sumatera Utara 6. Ekstruder MIFPOL BRS 896 Berfungsi sebagai alat untuk melelehkan polimer.Lampiran 1 7. Hot Compressor Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk bahan cetak yang berdasarkan pada pemanasan.Lampiran 1 8. Cetakan Berfungsi sebagai tempat mencetak sampel.Lampiran 1 10. Electronic System Universal Tensile Machine Type SC-2DE Berfungsi untuk pengujian sifat mekanis terutama kekuatan lentur lentur dengan kapasitas 100 kgf.Lampiran 1 11. Impaktor Wolpert Berfungsi untuk pengujian kekuatan impak komposit yang dilengkapi dengan skala. 12. Aluminium foil Berfungsi untuk melapisi cetakan.Lampiran 1 13. Plat tipis Berfungsi tempat meletakkan sampel.Lampiran 1

3.2.2. Bahan – Bahan

1. Polipropilena PP Bekas.Lampiran 2 2. Aspal Iran tipe penetrasi 6070.Lampiran 2 3. Serbuk Ban bekas.Lampiran 2 4. DCP Dikumil Peroksida dan DVB Divinil Benzena. Lampiran 2 Universitas Sumatera Utara

3.3 PROSEDUR PENELITIAN

3.3.1. Pencampuran Serbuk Ban bekas Dan PP bekas

1. PP bekas dipotong – potong kecil , dibuat ke dalam variasi 10 g, 20 g, 30 g, 40 g,50 g,60 g,70 g, dan 80 g. Lampiran 2 2. Serbuk ban bekas disaring dengan menggunakan ayakan ,dibuat ke dalam variasi 80 g, 70 g, 60 g,50 g, 40 g, 30 g, 20 g, dan 10 g. Lampiran 2

3.3.2. Proses pembuatan Aspal Polimer

1. Aspal dimasukkan ke dalam beaker glass dan dipanaskan dengan suhu 100 o C. 2. Ditambahkan polipropilena PP 80 g dan serbuk ban bekas 10g, lalu diaduk dengan menggunakan spatula selama 10 menit . 3. Ditambahkan DCP 1 , DVB 1 dan diaduk selama 30 menit. 4. Hasil pencampuran bahan tersebut diekstruksi dengan suhu 170 o C. 5. Hasil ekstruksi dikeringkan diudara terbuka.Lampiran 3 6. Perlakuan yang sama dilakukan untuk variasi pp bekas dan serbuk ban bekas dengan perbandingan masing – masing 80 : 10 , 70 : 20 , 60 : 30 , 50 : 40 , 40 :50 , 30 : 60 , 20 : 70 , 10 : 80. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1 Komposisi Bahan No Sampel Komposisi berat dari berat total 100 g Polipropilena PP Serbuk ban bekas Aspal Sampel I 80g 10g 10g Sampel II 70g 20g 10g Sampel III 60g 30g 10g Sampel IV 50g 40g 10g Sampel V 40g 50g 10g Sampel VI 30g 60g 10g Sampel VII 20g 70g 10g Sampel VIII 10g 80g 10g

3.3.3. Pencetakan

Hasil ekstruksi yang sudah dingin dicetak dengan Hot compressor . Cetakan genteng ini berbentuk persegi panjang.Tekanan yang diberikan pada cetakan adalah sebesar 38 atm dengan suhu 170 C.Lama penekanan untuk satu sampel pada saat dipanaskan adalah 30 menit dan 1,5 jam untuk mendinginkan sampel lampiran 3. Gambar 3.1 Ukuran sampel variasi 80 : 10 Lampiran 4 Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Prosedur pengujian 3.3.4.1 Uji Porositas

1. Ditimbang massa sampel sebagai massa kering. 2. Ditimbang massa jenuh sampel setelah direndam selama 24 jam. 3. Kemudian diuji porositas sampel dengan persamaan : 100 x x V M M P air k j    3.1 Dengan : P = Porositas, M j = Massa jenuh sampel, g M k = Massa kering sampel di udara, g V = Volume cm 3  = Massa jenis air grcm

3.3.4.2 Uji Daya Serap Air

Pengujian daya serap air Water absorbtion dilakukan pada masing – masing sampel pengeringan. Lama perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu kamar . Massa awal sebelum direndam diukur dan massa sesudah perendaman.Untuk mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Daya serap air Water absorbtion = 100 x M M M k k b  3.2 Dengan : M b = Massa basah ,g M k = Massa kering ,g Universitas Sumatera Utara

3.3.4.3 Uji Kekuatan Lentur

Gambar 3.2. Pengujian kekuatan lentur 1. Digunting sampel sesuai dengan ASTM D 638 2. Dihitung beban maksimum sampel. 3. Dihitung jarak penyangga dan lebar benda uji serta tebal benda uji. 4. Kemudian diuji nilai kuat lentur sampel dengan persamaan : UFS = 2 2 3 bd PL 3.3 Dengan : P = Load beban L = Jarak span 10 cm = 0,1 mm b = Lebar mm d = Tebal mm Universitas Sumatera Utara

3.3.4.4 Uji Impak

1. Digunting sampel sesuai dengan ASTM D 638 2. Sampel diletakkan pada alat penumpu dengan jarak span 80 mm. 3.Diatur godam pada posisi awal dengan sudut 160 o ,kemudian godam dilepaskan secara tiba – tiba sehingga menumbuk sampel. Pengujian kekuatan impak dapat dihitung dengan persamaan : Is = A Es 3.4 Dimana : Is = Kekuatan Impak kJm 2 Es = Energi serap J A = Luas penampang mm 2

3.3.4.4.1 Uji Titik Nyala dan Titik Bakar

Pada pengujian ini, Titik api kecil dilewatkan diatas permukaan benda uji yang dipanaskan. Titik nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana percikan api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu dimana benda uji terbakar. Titik nyala dan titik bakar material perlu diketahui sebagai indikasi temperatur pemanasan maksimum dimana masih dalam batas – batas aman pengerjaan dan agar karakteristik material tidak berubah rusak akibat dipanaskan melebihi temperatur titik bakar. Universitas Sumatera Utara

3.4 DIAGRAM ALIR

Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1. PENGUJIAN SIFAT FISIS

4.1.1.2. Pengujian Porositas

Porositas merupakan proporsi volume rongga kosong. Porositas juga berhubungan langsung dengan kerapatan. Porositas dinyatakan dalam yang menghubungkan antara volume benda keseluruhan. Berdasarkan ASTM C 373 – 88, porositas sampel dapat dihitung menggunakan persamaan berikut : Porositas = 100 x x V M M air K J   Dengan : P = Porositas, M j = Massa jenuh sampel, g M k = Massa kering sampel di udara, g V = volume benda uji mm 3 Contoh untuk sampel 80 : 10 : Panjang sampel p = 150 mm Lebar sampel b = 20 mm Tebal sampel d = 0,28 mm Massa kering = 3,180 gr Massa jenuh = 3,21 gr Sehingga : Universitas Sumatera Utara V = p x b x d = 150 mm x 20 mm x 0,28 mm = 840 mm 3 = 0,84 cm 3 Maka dapat dihitung porositasnya : Porositas = 100 x x V M M air K J   = 100 1 84 , 180 , 3 21 , 3 3 3 x cm gr x cm gr gr  = 3,57 Mengacu pada perhitungan tersebut maka diperoleh persentase porositas dari masing – masing sampel yang disajikan pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Hasil pengujian Porositas No Komposisi Massa kering Mk,gr Massa jenuh Mj,gr Volume cm 3 Porositas 1 80 : 10 3,180 3,21 0,84 3,57 2 70 : 20 4,879 4,90 1,08 1,94 3 60 : 30 9,357 9,37 1,38 0,94 4 50 : 40 11,037 11,14 4,56 2,26 5 40 : 50 11,136 11,66 4,62 11,34 6 30 : 60 9,365 12,11 4,68 58,65 7 20 : 70 4,901 5,37 0,63 74,4 8 10 : 80 3,206 4,05 1,14 76,45 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji Porositas diatas pada tabel 4.1 tersebut diperoleh grafik 4.1 yang menyajikan hubungan antara persentase campuran serbuk ban bekas dan polipropilen bekas.

4.1.1.2. Pengujian daya serap air

Pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 tentang prosedur pengujian , dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang terserap oleh sampel yang direndam dengan perendaman selama 24 jam. Pengujian daya serap air ini telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel yang ada, berikut data hasil penimbangan berat sampel kering dan berat sampel basah. Contoh variasi 80 : 10 : Massa kering Mk = 3,180gr Massa jenuh Mj= 3,21gr Maka persentase daya serap air yaitu : Water absorbtion = 100 x Mk Mk Mj  = 100 180 , 3 180 , 3 21 , 3 x  = 0,9 Dari perhitungan tersebut, maka diperoleh persentase penyerapan air Water absorbtion masing – masing sampel sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Pengujian Daya serap air No Komposisi Massa kering Mk,gr Massa jenuh Mj,gr Daya serap air 1 80 : 10 3,180 3,21 0,9 2 70 : 20 4,879 4,90 0,53 3 60 : 30 9,357 9,37 0,13 4 50 : 40 11,037 11,14 0,93 5 40 : 50 11,136 11,66 4,7 6 30 : 60 9,365 12,11 29,31 7 20 : 70 4,901 5,37 9,57 8 10 : 80 3,206 4,05 26,33 4.2 PENGUJIAN SIFAT MEKANIS 4.2.1