BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Lambung dan Duodenum
2.1.1. Struktur Makroskopis Lambung
Lambung merupakan salah satu organ, yang bilamana terdapat berbagai kelainan dalam organ tesebut, maka dapat menimbulkan gejala dispepsia Friedman,
2012. Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang berbentuk rongga seperti kantung berbentuk huruf J yang terletak antara esofagus dan usus halus
Sherwood, 2012. Lambung juga merupakan suatu organ campuran antara eksokrin dan endokrin karena fungsinya yakni sebagai pencernaan makanan dan juga
penyekresi hormon Mescher, 2012. Posisi tepatnya terletak di bagian atas abdomen dan membentang dari bawah regio arcus costalis kiri menuju regio epigastrica dan
umbilicalis Snell, 2014. Struktur lambung dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu fundus yang
berbentuk kubah dan menonjol ke atas dan kiri dari ostium cardiacum, corpus yang memanjang dari setinggi ostium sampai dengan setinggi incisura angularis, antrum
pyloricum yang memanjang dari incisura angularis ke pylorus dan pylorus yang merupakan bagian lambung yang terhubung dengan duodenum Snell, 2014.
Terdapat pula pembagian lambung yang lain, yakni terbagi atas dua ostium, dua curvatura dan dua permukaan. Dua ostium tersebut adalah ostium cardiacum
yang berperan sebagai pintu keluar esofagus dalam memasuki lambung dan ostium pyloricus yang berperan sebagai pintu keluar lambung untuk memasuki duodenum.
Dua curvatura pada lambung terdiri dari curvatura minor yang membentuk batas kanan lambung dan memanjang dari ostium cardiacum ke pylorus dan curvatura
major yang bentuknya mirip dengan curvatura minor tetapi jauh lebih panjang dan memanjang pada sisi kiri ostium cardiacum, ke arah kubah fundus dan sepanjang
batas kiri lambung ke pylorus. Dua permukaan pada lambung sendiri terdiri atas
Universitas Sumatera Utara
facies anterior dan facies posterior Snell, 2014. Struktur dan bagian – bagian dari
lambung dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur dan Bagian – Bagian dari Lambung
Sumber : Anatomi Klinis Berdasarkan Regio, Snell, 2014 Sistem vaskularisasi pada lambung terdiri atas sistem arteri dan vena. Sistem
arteri pada lambung sebagian besar berasal dari percabangan truncus coeliacus. Sistem arteri tersebut terdiri atas arteri gastrica sinistra yang berasal dari truncus
coeliacus dan berjalan ke atas lalu ke kiri menuju esofagus dan turun ke sepanjang curvatura minor, arteri gastrica dextra yang berasal dari arteri hepatica di bagian atas
pylorus dan berjalan ke kiri di sepanjang curvatura minor, arteri gastrica brevis yang berasal dari arteri splenica pada hilum splenicum lalu berjalan ke depan guna
memperdarahi fundus, arteri gastroomentalis sinistra yang berasal dari arteri splenica pada hilum splenicum dan berjalan ke depan guna mendarahi lambung di sepanjang
atas curvatura major, arteri gastroomentalis dextra yang berasal dari arteri gastroduodenalis yang juga merupakan arteri hepatica lalu berjalan ke kiri guna
Universitas Sumatera Utara
mendarahi lambung di sepanjang bawah curvatura major Snell, 2014. Sistem arteri pada lambung dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Sistem Arteri Pada Lambung Sumber : Anatomi Klinis Berdasarkan Regio, Snell, 2014
Selain sistem arteri, vaskularisasi pada lambung juga memiliki sistem vena. Sistem vena pada lambung ini terdiri dari vena gastrica dextra dan vena gastrica
sinistra yang langsung bermuara ke dalam vena porta, vena gastrica brevis dan vena gastroepiploica sinistra yang bergabung dengan vena splenica, dan vena
gastroepiploica dextra yang bergabung dengan vena mesenterica superior Snell, 2014. Sistem vena pada lambung dapat dilihat pada gambar 2.3.
Sistem limfe pada lambung sendiri mengikuti penjalaran dan percabangan arteri menuju nodi gastrici dextri dan sinistri, nodi gastroepiploici dextri dan sinistri
serta nodi gastrici brevis, lalu keseluruhannya akan menuju nodi coeliaci yang terletak di pangkal truncus coeliacus Snell, 2014. Sistem limfe pada lambung dapat
dilihat pada gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Sistem persarafan pada lambung terdiri atas sistem simpatis yang berasal dari plexus coeliacus, dan sistem parasimpatis yang berasal dari nervus vagus. Sistem ini
terdiri atas truncus vagalis anterior yang berasal dari nervus vagus sinister dan mempersarafi permukaan anterior lambung, dan truncus vagalis posterior yang
berasal dari nervus vagus dexter dan mempersarafi permukaan posterior
Gambar 2.3. Sistem Vena Pada Lambung Sumber : Anatomi Klinis Berdasarkan Regio, Snell, 2014
Universitas Sumatera Utara
lambung Snell, 2014. Selain sistem saraf simpatis dan parasimpatis, terdapat pula sistem saraf otonom yang terdiri atas pleksus saraf mienterikus dalam lapisan
muskularis lambung dan pleksus saraf submukosa atau Meissner Mescher, 2012.
Gambar 2.4. Sistem Limfe Pada Lambung Sumber : Anatomi Klinis Berdasarkan Regio, Snell, 2014
2.1.2. Struktur Mikroskopis Lambung
Secara histologis, permukaan dalam atau mukosa lambung tersusun atas epitel permukaan yaitu simple columnar epithelium yang membentuk lekukan
– lekukan ke arah dalam yang disebut foveola gastrica dan berfungsi sebagai tempat dikeluarkan
dan dicurahkannya isi kelenjar pada lambung. Bagian – bagian dari kelenjar lambung
tersebut terdiri atas bagian isthmus yang terletak dekat muara dari foveola gastrica dan terdiri atas sel mukosa yang akan menggantikan sel mukosa pada permukaan
lambung, dan sel punca yang jumlahnya tidak dominan serta sel parietal atau oksintik, bagian leher yang terdiri atas sel punca dan sel mukosa leher serta sel
parietal dan bagian dasar yang tediri atas sel parietal dan sel zimogen atau chief cell Mescher, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Setiap kelenjar pada lambung tersebut terdiri atas bagian – bagian yang
memiliki karakteristik yang khas dan berbeda – beda. Perbedaan tersebut terletak
pada struktur sel – sel kelenjar lambung mana yang lebih dominan di masing –
masing bagiannya Mescher, 2012. Sel – sel kelenjar lambung tersebut terdiri atas
sel mukosa leher yang hanya dijumpai di bagian leher dari kelenjar lambung, sel parietal yang lebih banyak dijumpai pada bagian atas dari kelenjar lambung jika
dibandingkan dengan di bagian dasarnya, sel zimogen atau chief cell yang lebih banyak dijumpai di bagian dasar dari kelenjar lambung dan berfungsi dalam
menyekresikan pepsinogen, sel enteroendokrin yang berfungsi menghasilkan berbagai jenis hormon, dan sel punca yang banyak dijumpai di bagian leher kelenjar
lambung Mescher, 2012. Sel – sel ini akan bermuara ke suatu ruang bersama atau
gastric pit yang kemudian terbuka ke permukaan mukosa Ganong, 2008. Di bawah lapisan mukosa lambung terdapat lapisan submukosa yang terdiri
dari jaringan ikat padat. Terdapat pula lapisan otot yang tersusun atas tiga arah, yaitu lapisan luar yang longitudinal, lapisan tengah yang sirkular dan lapisan dalam yang
tersusun oblik. Terkhusus di bagian pylorus, di sini struktur lapisan ototnya lebih tebal, terutama di lapisan tengah, dibanding bagian dari lambung yang lain. Pada
lapisan terluar dari lambung terdapat lapisan serosa yang lebih tipis Mescher, 2012.
2.1.3. Struktur Makroskopis Duodenum
Selain lambung, duodenum juga merupakan salah satu organ, yang bilamana terdapat berbagai kelainan dalam organ tesebut, maka dapat menimbulkan gejala
dispepsia Friedman, 2012. Duodenum merupakan salah satu dari tiga bagian utama pada usus halus dan berbentuk seperti huruf C, yang menghubungkan lambung
dengan bagian lain dari usus halus. Secara anatomis, duodenum terletak pada regio epigastrica dan umbilicalis Snell, 2014.
Duodenum dibagi dalam empat bagian yang tersusun secara berurutan. Bagian pertama dari duodenum berasal dari pylorus lambung lalu berjalan ke atas dan
Universitas Sumatera Utara
belakang hingga setinggi vertebra lumbalis II, bagian kedua yang berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextrum di sisi kanan vertebra lumbalis II dan III,
bagian ketiga yang berjalan horizontal lalu melintas di depan columna vertebralis dan berjalan menyusuri sisi bawah caput pancreatis, dan bagian keempat yang berjalan ke
atas lalu ke kiri hingga mencapai flexura duodenojejunalis, yang tetap berada pada posisinya karena ditahan oleh ligamentum Treitz Snell, 2014. Keempat bagian dari
duodenum ini dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Bagian – Bagian dari Duodenum
Sumber : Anatomi Klinis Berdasarkan Regio, Snell, 2014 Struktur mukosa duodenum membentuk kerutan
– kerutan yang berbentuk sirkular, yang disebut plicae circulares. Struktur kerutan ini dijumpai di seluruh
bagian duodenum, kecuali di bagian pertama, yang struktur mukosanya cenderung halus. Pada plicae circulares di dinding pertengahan pada bagian kedua duodenum,
khususnya pada muara ductus choledochus dan ductus pancreaticus, terdapat suatu peninggian kecil yang berbentuk bulat dan disebut sebagai papilla duodeni major
Snell, 2014.
Universitas Sumatera Utara
Sistem vaskularisasi pada duodenum terdiri atas arteri dan vena, yang membagi duodenum menjadi bagian atas dan bagian bawah. Pada bagian atas
diperdarahai oleh arteri dan vena pancreaticoduodenalis superior, sedangkan pada bagian bawah diperdarahi oleh arteri dan vena pancreaticoduodenalis inferior Snell,
2014. 2.1.4.
Struktur Mikroskopis Duodenum Secara histologis, struktur duodenum dengan bagian usus halus yang
lain,yakni jejunum dan ileum memiliki karakteristik yang mirip. Struktur mukosa dan submukosanya membentuk kerutan
– kerutan yang disebut plicae circulares, dan pada mukosanya sendiri terdapat penonjolan
– penonjolan berbentuk seperti daun yang disebut vili. Vili
– vili ini tersusun atas sel absorptif atau enterosit, dan sel goblet, yang keseluruhannya tersusun secara kolumnar. Sel absorptif ini memiliki fungsi
menyerap molekul nutrisi yang berasal dari proses pencernaan, sedangkan sel goblet berfungsi untuk menghasilkan musin glikoprotein yang akan melumasi dan
melindungi lapisan usus. Sel goblet ini jarang dijumpai dalam duodenum dan lebih banyak dijumpai pada bagian usus halus lainnya Mescher, 2012.
Vili – vili pada usus halus ini, diantaranya terdapat suatu muara yang berasal
dari kelenjar tubular, yang disebut kriptus Lieberkuhn. Pada epitel dari kriptus ini, selain terdiri dari sel absorptif dan sel goblet, juga dijumpai sel Panneth yang
berperan dalam imunitas alami, sel enteroendokrin yang menghasilkan berbagai peptida yang memiliki berbagai fungsi, dan sel punca Mescher, 2012.
Di bawah lapisan epitel duodenum terdapat lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Lapisan muscularis mucosae berfungsi dalam menimbulkan
pergerakan – pergerakan pada vili maupun plicae circulares guna proses pencernaan.
Pada lapisan submukosa duodenum terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan produk basa yang dapat menetralkan kimus yang baru saja masuk dari dalam
lambung. Lapisan muskularis terdiri atas lapisan luar yang sirkular dan lapisan dalam
Universitas Sumatera Utara
yang longitudinal. Lapisan terluar dari duodenum adalah lapisan serosa tipis yang disertai dengan mesotel Mescher, 2012.
2.2. Fisiologi Lambung dan Duodenum