commit to user 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Metakognitif
a. Deskripsi Metakognitif
Secara umum, metakognitif diartikan sebagai proses berpikir tentang bagaimana berpikir. Flavell
dalam
Cautinho 2008 mendeskripsikan metakognitif sebagai pengetahuan dan kognisi mengenai fenomena kognitif. Sementara Taylor
1999 mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan seseorang atas apa yang telah diketahuinya, disertai dengan pemahaman yang tepat atas tugas-tugas apa
yang harus dilakukan, ilmu dan keahlian apa yang dibutuhkan, serta kecakapan untuk melakukan interfensi atau mengaplikasikan solusinya pada situasi tertentu
secara efisien dan reliabel. Metakognisi juga berarti pengetahuan tentang kemampuan kognitif yang
dimiliki dan bagaimana kemampuan itu dapat diterapkan pada proses kognitif. Lebih jauh lagi, metakognisi sering dihubungkan dengan pribadi, tugas dan
strategi. Kemampuan metakognitif diyakini sebagai kemampuan kognitif tingkat tinggi yang diperlukan untuk manajemen pengetahuan. Pembelajaran metode baru
mengutamakan pentingnya belajar bagaimana belajar. Pebelajar dituntut untuk mengatur tujuan belajarnya sendiri dan menentukan strategi belajar yang sesuai
untuk mencapai tujuan tersebut. Tanggung jawab pebelajar juga mencakup monitor proses belajar dan mengubah strategi belajar bila diperlukan.
commit to user 7
Pemberdayaan pebelajar untuk bertanggung jawab pada pembelajaran mereka sendiri merupakan hal yang diutamakan pada model pembelajaran
learner- centered, self-directed learning
dan
adult learning
. Penentu kesuksesan pada model pembelajaran ini adalah membangun kemampuan dan keterampilan belajar
Amin dan Eng, 2003.
b. Dimensi Metakognitif
Pintrich 2002 menjabarkan metakognitif menjadi tiga dimensi, yaitu 1 pengetahuan strategis, 2 pengetahuan kognitif, dan 3 pemahaman terhadap diri
sendiri. Pengetahuan strategis merupakan pengetahuan tentang berbagai strategi dalam belajar, berpikir serta memecahkan masalah. Sedang pengetahuan kognitif
meliputi pengetahuan atas berbagai tugas sebagai pebelajar, disertai pemahaman bahwa setiap tugas membutuhkan strategi kognitif yang berbeda untuk dapat
diselesaikan. Pemahaman terhadap diri sendiri meliputi pemahaman atas kelebihan dan kelemahan diri. Kewaspadaan diri atas seberapa dalam pengetahuan
yang telah dimiliki dan bagian ilmu mana yang tidak dimengerti akan membantu seseorang menyusun langkah strategis untuk mengatasi kekurangan dan
mengoptimalkan kelebihannya. Sementara, Martinez 2006 mengkategorikan metakognitif menjadi tiga
kelompok utama, yaitu 1 metamemori dan metakomprehensi, 2 pemecahan masalah
problem solving
, dan 3 berpikir kritis
critical thinking
. Metamemori dan metakomprehensi berkaitan dengan pemahaman seseorang atas tingkat
pengetahuannya sendiri. Secara terpisah, metamemori adalah kesadaran dan pengetahuan pebelajar tentang sistem memorinya sendiri serta strategi untuk dapat
commit to user 8
menggunakan memori tersebut secara efektif. Sedang metakomprehensi adalah kemampuan pebelajar untuk memonitor tingkat pemahaman informasi, untuk
mengenali kegagalan pemahaman dan memperbaiki strategi ketika mengenali kegagalan Purdue University, 2005. Pemecahan masalah dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai pencarian jalan keluar ketika terjadi hal-hal yang tidak pasti atau saat terjadi masalah. Proses pemecahan masalah juga meliputi
penimbangan berbagai pilihan keputusan, eksplorasi sub-sub pilihan serta evaluasi hasil-hasil yang mungkin terjadi. Sedang berpikir kritis merupakan proses
mengkritisi ide atau gagasan yang sedang atau akan dicanangkan. Proses ini sangat sinergis dengan proses pemecahan masalah, dan bersifat saling
melengkapi. Metakognisi mencakup pengetahuan dan proses regulasi pengetahuan.
Pengetahuan metakognitif meliputi tiga jenis pengetahuan berikut: deklaratif, prosedural dan kondisional. Pengetahuan deklaratif merupakan informasi faktual
yang diketahui pebelajar, yang dapat dilaporkan, baik secara lisan maupun tertulis. Sebagai contoh, pengetahuan mengenai rumus perhitungan tertentu.
Pengetahuan prosedural berkaitan dengan bagaimana melakukan sesuatu, atau bagaimana melakukan sebuah tahapan proses. Misalnya mengetahui bagaimana
melakukan perhitungan dengan rumus yang telah diketahui sebelumnya. Sedang pengetahuan kondisional adalah pengetahuan atas kapan, bagaimana serta dalam
kondisi apa rumus perhitungan tersebut digunakan Peirce, 2003.
commit to user 9
Dirkes
dalam
Blakey dan Spence 1990 menyatakan bahwa strategi dasar dari kemampuan metakognitif adalah konektivitas antara pengetahuan yang baru
diterima dengan pengetahuan terdahulu yang telah dimiliki, pemilihan strategi berpikir, perencanaan-monitoring dan evaluasi proses berpikir. Peirce 2003
menambahkan bahwa kesadaran metakognitif pada proses belajar sama pentingnya dengan proses memonitor materi yang sedang dipelajari. Sehingga,
dimensi lain dari metakognitif adalah pengaturan pengetahuan metakognitif itu sendiri, yang meliputi penetapan tujuan
goal setting
, evaluasi diri
self assessing
dan pengaturan proses berpikir saat belajar. Sehingga, dapat dikatakan bahwa komponen penting dari metakognisi adalah penerapan strategi belajar
untuk mencapai tujuan prestasi tertentu, evaluasi mandiri atas efektivitas proses pencapaian tujuan, serta manajemen diri dalam belajar lebih lanjut sebagai respon
atas evaluasi mandiri yang telah dilakukan. Stenberg 1998 menambahkan bahwa metakognisi juga meliputi
perkembangan sikap dan rasa percaya pada diri seseorang yang akan membantu proses regulasi diri selama belajar. Dalam beberapa penelitian, metakognisi juga
menunjukkan peran penting dalam perkembangan psikologi sosial, terkait dengan proses pengambilan keputusan Koriat, 2007. Pebelajar dengan kemampuan
metakognitif juga mampu mempelajari serta meningkatkan efikasi diri dalam proses belajarnya McMurray dan Sanft, 2005.
commit to user 10
c. Peningkatan Kemampuan Metakognitif