Pengaturan hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1997

Disamping itu, bagi barangsiapa dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di depan pengadilan perkara tindak pidana yang menyangkut narkotika, dipidana dengan pidana penjara. Demikian pula dalam Pasal 46 bahwa setiap saksi yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan tidak benar kepada penyidik, dalam tindak pidana yang menyangkut narkotika dipidana dengan pidana penjara. Ketentuan pidana dalam undang-undang ini mengatur ketentuan bahwa semua perbuatan yang diancam dengan pidana tersebut digolongkan ke dalam kejahatan dan pelanggaran 52 Undang-undang ini juga mengatur tentang tindak pidana korporasi yang diatur dalam Pasal 49 yakni jika suatu tindak pidana mengenai narkotika dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, suatu perseroan, suatu periksaan orang yang lainnya atau suatu yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman pidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan. . 53

2.2 Pengaturan hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1997

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 menggantikan Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika ini diatur beberapa ketentuan, tentang 4. hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang yang bukan anak sendiri; 5. hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan atas anak sendiri; 6. hak menjalankan mata pencarian tertentu. 52 H. Siswanto S., opcit, Halaman 12 53 Ibid. Universitas Sumatera Utara etimologi dan terminologi sekitar pengertian dan istilah-istilah yang diatur dalam undang-undang narkotika tersebut, serta ruang lingkup dan tujuan pengaturan narkotika dalam undang-undang 54 1. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan; . Pengertian narkotika dalam Undang-Undang ini berbeda dari undang- undang sebelumnya, yaitu “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang- undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan”. Sedangkan tujuan pengaturan Narkotika untuk: 2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan 3. Memberantas peredaran gelap narkotika Dalam Undang-undang ini, narkotika digolongkan sebagai berikut: 55 1. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. 2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi danatau 54 Ibid. 13 55 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2003, Halaman 167 Universitas Sumatera Utara untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan 3. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Kebijakan kriminal tentang ketentuan Pidana yang mengatur mengenai perbuatan-perbuatan tanpa hak dan melawan hukum dalam undang-undang ini, yakni 56 1. Melakukan perbuatan menyediakan narkotika yang melawan hukum, meliputi kegiatan: : a. Menanam, memelihara, mempunyai dalam persediaan, memiliki, menyimpan, atau menguasai narkotika golongan I dalam bentuk tanaman atau narkotika golongan I bukan tanaman, narkotika Golongan II, dan narkotika Golongan III; Pasal 78 dan Pasal 79 b. Memproduksi, mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit, atau menyediakan narkotika Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Pasal 80 c. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Pasal 81 d. Mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual 56 H. Siswanto S., Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2012, Halaman 17 Universitas Sumatera Utara beli, alat menukar narkotika Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Pasal 82 e. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika diancam dengan pidana yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal-pasal tersebut. Pasal 83 2. Menggunakan narkotika terhadap orang lain, atau memberikan narkotika Golongan I, Golongan II dan Golongan III untuk digunakan orang lain atau untuk diri sendiri; Pasal 84 dan Pasal 85 3. Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur yang sengaja tidak melapor dan juga pecandu narkotika yang telah cukup umur dan keluarga pecandu narkotika yang dengan sengaja tidak melaporkan; Pasal 86 dan Pasal 88 4. Melakukan tindak pidana narkotika dengan melibatkan anak yang belum cukup umur, dengan cara memaksa, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk. Pasal 87 5. Pabrik obat yang tidak melaksanakan kewajiban untuk pelaporan. Pasal 89 Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di depan pengadilan, maka narkotika yang diperoleh dari tindak pidana narkotika serta barang-barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan tindak pidana narkotika dirampas untuk negara. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 90. Dalam undang-undang ini diatur juga mengenai pidana tambahan, yaitu dalam Pasal 91. Dalam hal ini, Hakim dalam pemeriksaan perkara dapat memberikan pidana tambahan berupa pencabutan hak sesuai dengan peraturan Universitas Sumatera Utara perundang-undangan yang berlaku bagi penjatuhan pidana terhadap segala tindak pidana narkotika dalam undang-undang ini kecuali yang dijatuhi pidana kurungan atau pidana denda tidak lebih dari Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah. Ketentuan mengenai orang atau saksi yang menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan perkara tindak pidana narkotika di muka sidang peradilan serta saksi yang memberikan keterangan tidak benar dalam pemeriksaan perkara tindak pidana narkotika dalam undang-undang ini sama dengan undang-undang sebelumnya yaitu dipidana dengan pidana penjara. Tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh pejabat yang tidak melaksanakan ketentuan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang meliputi: 1. Nakhoda atau kapten penerbang yang tanpa hak dan melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 24 atau Pasal 25; 2. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan Pasal 69 dan Pasal 71, dan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan Pasal 69 dan Pasal 71; 3. Pimpinan rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasi milik pemerintah, apotek dan dokter yang mengedarkan narkotika golongan II dan golongan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan; Universitas Sumatera Utara 4. Pimpinan lembaga ilmu pengetahuan yang menanam, membeli, menyimpan, atau menguasai tanaman narkotika bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan; Selain itu terdapat juga ketentuan yang menyangkut pengulangan perbuatan atau residivis, tindakan terhadap Warga Negara Asing yang melakukan atau sesudah melakukan tindak pidana narkotika diatur sebagai berikut: 1. Dalam jangka waktu 5 lima tahun melakukan pengulangan tindak pidana narkotika maka pidananya dapat ditambah dengan sepertiga dari pidana pokok, kecuali yang dipidana dengan pidana mati, seumur hidup atau pidana penjara 20 dua puluh tahun; 2. Bagi Warga Negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar wilayah Negara Republik Indonesia, diberlakukan ketentuan undang-undang ini; 3. Bagi Warga Negara Asing yang melakukan tindak pidana narkotika dan telah menjalani pidananya, dilakukan pengusiran ke luar wilayah Negara Republik Indonesia, dan dilarang masuk kembali ke wilayah Negara Republik Indonesia, dan Warga Negara Asing yang pernah melakukan tindak pidana narkotika di luar negeri, dilarang memasuki eilayh Negara Republik Indonesia. Tindak Pidana Narkotika yang dilakukan oleh pimpinan pabrik obat pimpinan pedagang besar farmasi tertentu, yakni: 1. Memproduksi narkotika golongan I yang bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan; atau Universitas Sumatera Utara 2. Mengedarkan narkotika golongan I yang bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan atau mengedarkan narkotika golongan II dan golongan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Kekhususan dalam undang-undang ini dalam hukum materiilnya antara lain adalah sebagai berikut 57 1. Ada ancaman pidana penjara minimum dan pidana denda minimum dalam beberapa pasalnya; : 2. Putusan pidana denda apabila tidak dapat dibayar oleh pelaku tindak pidana narkotika, dijatuhkan pidana kurungan pengganti denda; 3. Pidana pokok yaitu pidana penjara dan pidana denda bisa dijatuhkan bersama-sama kumulatif dalam beberapa pasal; 4. Pelaku percobaan dan pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika tertentu, diancam dengan pidana yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal-pasal tersebut Pasal 83; 5. Ancaman pidana terhadap tindak pidana yang dilakukan dengan terorganisasi atau yang dilakukan oleh korporasi, lebih berat; 6. Ada pemberatan pidana bagi pelaku yang melakukan perbuatan tertentu dan membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana narkotika tertentu Pasal 87; 7. Bagi pecandu narkotika yang telah cukup umur dan dengan sengaja tidak melaporkan diri diancam pidana, demikian juga terhadap keluarga pecandu 57 Hari Sasangka, opcit. Halaman 169 Universitas Sumatera Utara narkotika yang dengan sengaja tidak melaporkan pecandu juga diancam pidana Pasal 88; 8. Bagi orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur yang sengaja tidak melaporkan diri diancam pidana sedangkan pecandu narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya tidak dituntut pidana Pasal 86; 9. Ada ketentuan khusus yang mengatur tentang Residive Pasal 96. Kekhususan dalam undang-undang ini terhadap hukum formalnya antara lain 58 1. Perkara tindak pidana narkotika termasuk perkara yang didahulukan penyelesaiannya; : 2. Penyidik mempunyai wewenang tambahan dan prosedur yang menyimpang dari KUHAP; 3. Pemerintah wajib memberikan jaminan dan keamanan perlindungan kepada pelapor Pasal 57 ayat 3; 4. Di dalam persidangan pengadilan, saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara tindak pidana narkotika, dilarang menyebut nama dan alamat pelapor Pasal 76 ayat 1; 5. Ada prosedur khusus pemusnahan barang bukti narkotika Pasal 60, 61 dan 62 58 Ibid. Halaman 170 Universitas Sumatera Utara

2.3 Pengaturan hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PUTUSAN BEBAS TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 15

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN BEBAS (Vrijspraak) TERHADAP TERDAKWA TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Putusan Mahkamah Agung No.1614K/PID.SUS/2012)

1 17 94

Analisis Yuridis Putusan Bebas (Vrijspraak) Dalam Tindak Pidana Narkotika (Putusan Nomor 279/PID.B/2011/PN.PLG)

1 10 9

ANALISIS PENJATUHAN PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK) TERHADAP TERDAKWA MARTHEN RENOUW DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG BIDANG KEHUTANAN OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI JAYAPURA

0 26 108

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK) DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Bebas (Vrijspraak) dalam Perkara Tindak Pidana Pembunuhan.

0 3 19

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 10

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 1

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 27

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 22

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 5