Pengaturan hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009

2.3 Pengaturan hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ini, diatur beberapa ketentuan, yang membahas tentang etimologi dan terminologi sekitar pengertian dan istilah-istilah yang diatur dalam undang-undang narkotika tersebut. Pengertian Narkotika menurut undang-undang ini diatur dalam Pasal 1 angka 1 59 1. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan, danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; , disebutkan bahwa: Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam Undang- Undang ini. Tujuan undang-undang narkotika disebutkan dalam Pasal 4, yaitu: 2. Mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika; 3. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, dan 4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika. 59 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam Pasal 1 angka 1 Universitas Sumatera Utara Ruang lingkup undang-undang narkotika mancakup pengaturan narkotika meliputi segala bentuk kegiatan danatau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan prekursor narkotika. 60 Hal yang baru diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 adalah pengaturan mengenai prekursor narkotika. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika. Tujuan pengaturan Prekursor narkotika ini adalah 61 1. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor narkotika; : 2. Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor narkotika; dan 3. Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor narkotika. Hal baru yang juga tidak diatur dalam undang-undang sebelumnya adalah mengenai lembaga BNN. Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, dengan Undang-Undang ini dibentuk Badan Narkotika Nasional, yang selanjutnya disingkat BNN. Kedudukan BNN merupakan lembaga pemerintah nonkementrian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pengangkatan dan pemberhentian Kepala BNN yang mana dalam ketentuan undang-undang ini Kepala BNN diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan tugas dan wewenang BNN adalah untuk melakukan penyelidikan dan 60 H. Siswanto S., opcit. Halaman 22 61 Ibid. Halaman 145 Universitas Sumatera Utara penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika yang dilaksanakan oleh penyidik BNN. 62 1. Penyidik dari Badan Narkotika Nasional yang diatur mulai Pasal 75 sampai dengan Pasal 81 undang-undang ini; Pengaturan Penyidik dalam undang-undang ini diatur sebagai berikut: 2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diatur mulai Pasal 82 sampai dengan Pasal 86 undang-undang ini; 3. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur mulai Pasal 87 sampai dengan Pasal 95 undang-undang ini . Di dalam undang-undang ini terdapat 4 empat kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh undang-undang dan dapat diancam dengan sanksi pidana, yakni 63 1. Kategori pertama, yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika dan prekursor narkotika; : 2. Kategori kedua, yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika dan prekursor narkotika; 3. Kategori ketiga, yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika; 4. Kategori keempat, yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa, mengirim, mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor narkotika. 62 Ibid. Halaman 23 63 Ibid. Halaman 256 Universitas Sumatera Utara Ketentuan Pidana dan Pemidanaan dalam undang-undang ini diatur mulai Pasal 111 sampai dengan Pasal 148, yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan tanpa hak dan melawan hukum, yakni 64 1. Tindak Pidana yang berkaitan dengan penggolongan narkotika, dan prekursor narkotika, meliputi : a. Menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman dan bukan tanaman, dan narkotika golongan II; b. Pengadaan dan peredaran narkotika Golongan I, II, dan III yang tidak menaati ketentuan perundang-undangan yang berlaku, seperti: 1 Memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan I, narkotika golongan II, atau narkotika golongan III; 2 Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika golongan I, narkotika golongan II, atau narkotika golongan III; 3 Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransit narkotika golongan I, narkotika golongan II, atau narkotika golongan III; 4 Menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain, atau memberikan narkotika untuk digunakan orang lain, narkotika golongan I, golongan II atau golongan III; 5 Setiap penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II atau golongan III bagi diri sendiri; 64 Ibid. Halaman 25 Universitas Sumatera Utara 2. Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur yang sengaja tidak melaporkan atau setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 129; 3. Dalam hal tindak pidana dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 126, dan Pasal 129 yang dilakukan oleh korporasi, atau dilakukan secara terorganisasi; 4. Membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 126 dan Pasal 129; 5. Pecandu narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja tidak melaporkan diri atau keluarga dari pecandu narkotika yang dengan sengaja tidak melaporkan pecandu narkotika tersebut; 6. Tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh para pejabat yang berkaitan dengan narkotika, meliputi: a. Pengurus industri farmasi yang tidak melaksanakan kewajiban dalam Pasal 45; b. Pimpinan rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasi milik pemerintah, dan apotek yang mengedarkan narkotika golongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan; c. Pimpinan lembaga ilmu pengetahuan yang menanam, membeli, menyimpan atau menguasai tanaman narkotika bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan; Universitas Sumatera Utara d. Pimpinan industri farmasi tertentu yang memproduksi narkotika golongan I bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan; e. Pimpinan pedagang besar farmasi yang mengedarkan narkotika golongan I bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan; f. Mengedarkan narkotika golongan II dan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau bukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan; g. Nakhoda atau kapten penerbang yang secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 28; h. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 88 dan Pasal 89; i. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik BNN yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 87, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91 ayat 2 dan ayata 3, dan Pasal 92 ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4; j. Kepala Kejaksaan Negeri yang secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 91 ayat 1; k. Petugas laboratorium yang memalsukan hasil pengujian atau secara melawan hukum tidak melaksanakan kewajiban melaporkan hasil pengujiannya kepada penyidik atau penuntut umum; 7. Ketentuan lain dalam rangka pemeriksaan terhadap tindak pidana Narkotika meliputi: Universitas Sumatera Utara a. Percobaan dan pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 126 dan Pasal 129; b. Pemberatan pidana tidak berlaku bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 20 tahun; c. Menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan serta penuntutan dan pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika danatau tindak pidana prekursor Narkotika di muka sidang pengadilan; d. Narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika danatau tindak pidana prekursor narkotika, baik berupa aset dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tida berwujud serta barang-barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan tindak pidana narkotika dan tindak pidana prekursor narkotika dirampas untuk negara; e. Saksi yang memberi keterangan tidak benar dalam pemeriksaan perkara tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika di muka pengadilan; f. Setiap orang yang dalam jangka waktu tiga tahun melakukan pengulangan tindak pidana narkotika dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah sepertiga. 8. Melakukan kejahatan Money Laundering, yang diduga ada kaitannya dengan tindak pidana narkotika, yang meliputi: Universitas Sumatera Utara a. Menempatkan, membayarkan atau membelanjakan, menitipkan, menukarkan, menyembunyikan, atau menyamarkan, menginvetasikan, menyimpan, menghibahkan, mewariskan, danatau mentransfer uang, harta dan benda, atau aset baik dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud, yang berasal dari tindak pidana narkotika danatau tindak pidana prekursor narkotika; b. Menerima penempatan, pembayaran, atau pembelanjaan, penitipan, penukaran, penyembunyian atau penyamaran investasi, simpanan atau transfer, hibah, waris, harta atau uang, benda atau aset, baik dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud, yang diketahuinya berasal dari tindak pidana narkotika danatau tindak pidana prekursor narkotika; 9. Terhadap Warga Negara Asing yang melakukan tindak pidana narkotika danatau tindak pidana prekursor narkotika dan telah menjalani pidananya, dilakukan pengusiran ke luar wilayah Negara Republik Indonesia, dan dilarang masuk kembali ke wilayah Negara Republik Indonesia Ketentuan mengenai sanksi dalam undang-undang ini yaitu menganut sanksi pidana dan sanksi tindakan maatregel, Sanksi pidana dalam undang- undang ini meliputi pidana pokok, yang berupa pidana mati, pidana penjara seumur hidup, pidana penjara dengan batasan waktu tertentu, pidana kurungan, pidana denda serta pidana tambahan yang berupa pencabutan hak tertentu terhadap korporasi berupa pencabutan izin usaha danatau pencabutan status badan hukum. Sedangkan sanksi tindakan dalam undang-undang ini berupa Universitas Sumatera Utara rehabilitasi medis dan sosial serta pengusiran dan pelarangan memasuki wilayah Indonesia bagi warga negara asing yang melakukan tindak pidana di Indonesia. Lamajumlah sanksi pidana dalam undang-undang ini: 1. Pidana penjara: berkisar dari 1 satu tahun sampai dengan 20 dua puluh tahun serta penjara seumur hidup. 2. Pidana denda: berkisar dari Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah sampai dengan Rp 20.000.000,00 dua puluh miliar rupiah. Kejahatan yang dilakukan oleh korporasi dapat dikenakan pemberatan 3 tiga kali lipat dari pidana denda yang diancamkan. 3. Pidana kurungan: berkisar dari 3 tiga bulan sampai dengan 1 satu tahun. Bentuk perumusan sanksi pidana dalam undang-undang ini dapat dikelompokkan sebagai berikut 65 1. Dalam bentuk tunggal penjara atau denda saja; : 2. Dalam bentuk alternatif pilihan antara penjara atau denda; 3. Dalam bentuk kumulatif penjara dan denda; 4. Dalam bentuk kombinascampuran penjara danatau denda. Pemberatan terhadap tindak pidana diberlakukan berdasarkan jumlah narkotika, akibat yang ditimbulkan, apabila dilakukan secara terorganisasi, dilakukan oleh korporasi, dilakukan dengan anak yang belum cukup umur, dan dalam hal pengulangan tindak pidana recidive dalam jangka waktu 3 tiga tahun. Pemberatan pidana ini tidak diberlakukan terhadap pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 20 dua puluh tahun. 65 A.R. Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Halaman 213 Universitas Sumatera Utara Ketentuan pidana dalam hal percobaan dan permufakatan jahat dipidana sama dengan sanksi pidana dalam tindak pidana aslinya. Dan apabila pidana denda tidak dapat dibayar oleh pelaku tindak pidana Narkotika dan tindak pidana Prekursor Narkotika, pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayar. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PUTUSAN BEBAS TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 15

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN BEBAS (Vrijspraak) TERHADAP TERDAKWA TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Putusan Mahkamah Agung No.1614K/PID.SUS/2012)

1 17 94

Analisis Yuridis Putusan Bebas (Vrijspraak) Dalam Tindak Pidana Narkotika (Putusan Nomor 279/PID.B/2011/PN.PLG)

1 10 9

ANALISIS PENJATUHAN PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK) TERHADAP TERDAKWA MARTHEN RENOUW DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG BIDANG KEHUTANAN OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI JAYAPURA

0 26 108

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK) DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Bebas (Vrijspraak) dalam Perkara Tindak Pidana Pembunuhan.

0 3 19

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 10

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 1

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 27

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 22

Analisis Penjatuhan Putusan Bebas (Vrijspraak) Terhadap Terdakwa Tindak Pidana Narkotika Dalam Kaitannya Dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu

0 0 5