Asas ganti rugi dan rehabilitasi telah diletakkan pada Pasal 9 UU No. 48 tahun 2009 yang berbunyi sebagai berikut
114
1 Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa
alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak
menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi. :
2 Pejabat yang dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3 Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti kerugian,
rehabilitasi, dan pembebanan ganti kerugian diatur dalam undang- undang.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, Lembaran Negara Tahun 1981 No. 76 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP menetapkan adanya ganti kerugian
dan rehabilitasi. Selanjutnya dalam Penjelasan Umum Poin 3 huruf d Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana “KUHAP”
menyatakan
115
4.2.1 Ganti Kerugian
: “Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib
diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena
kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.”
Pada Bab I tentang Ketentuan Umum: Pasal 1 angka ke-22, memberikan pembatasan definisi tentang Ganti Kerugian, sebagai berikut:
114
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 9
115
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP Penjelasan Umum Poin 3 huruf d
Universitas Sumatera Utara
“Ganti kerugian adalah hak seorang mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang, karena ditangkap,
ditahan, dituntut dan diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang- undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.” Dari ketentuan umum tersebut dapat disimpulkan bahwa hak penuntutan
ganti kerugian dapat dijalankan pada: a.
Tingkat penyidikan; b.
Tingkat penuntutan, dan c.
Tingkat peradilan Tuntutan permintaan ganti kerugian yang dilakukan tersangka atau
terdakwa atau ahli waris merupakan perwujudan perlindungan hak asasi dan harkat martabat. Apabila tersangka atau terdakwa mendapat perlakuan yang tidak
sah atau tindakan tanpa alasan berdasar undang-undang, memberi hak kepadanya menuntut ganti kerugian.
116
Di atas telah disebutkan pengertian ganti kerugian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 22 KUHAP. Untuk tidak membingungkan dan guna melengkapi
perumusan tersebut, maka Pasal 1 angka 22 ayat KUHAP perlu dihubungkan dengan perumusan Pasal 95 KUHAP, yang berbunyi
117
1 Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti
kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-
: Pasal 95
116
M. Yahya Harahap Buku I, opcit. Halaman 38
117
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP Pasal 95
Universitas Sumatera Utara
undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.
2 Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas
penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai
orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri,
diputus di sidang praperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77.
3 Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
diajukan oleh tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya kepada pengadilan yang berwenang mengadili perkara yang
bersangkutan.
4 Untuk memeriksa dan memutus perkara tuntutan ganti kerugian
tersebut pada ayat 1 ketua pengadilan sejauh mungkin menunjuk hakim yang sama yang telah mengadili perkara pidana yang
bersangkutan.
5 Pemeriksaan terhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut pada
ayat 4 mengikuti acara praperadilan. Selain itu menurut Pasal 77 huruf b KUHAP ternyata terjadinya
pengehentian penyidikan dan penghentian penuntutan dapat juga dijadikan dasar alasan untuk menuntut ganti kerugian. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai
alasan untuk mengajukan tuntutan ganti kerugian dapat diperinci sebagai berikut
118
1. Tindakan penangkapan yang tidak sah
:
Yang dimaksud dengan tindakan penangkapan yang tidak sah adalah tindakan penangkapan yang dilakukan dengan cara yang tidak sesuai
dan atau bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP Bab I Pasal 1 angka 20 dan Bab V Bagian Kesatu Pasal 16 sd 19
2. Tindakan Penahanan yang tidak sah
118
H.M.A. Kuffal, opcit. Halaman 282
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan tindakan penahanan yang tidak sah adalah tindakan penahanan yang dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dan
atau bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP Bab I Pasal 1 angka 21 dan Bab V Bagian kedua Pasal 20 sd 30 dan
perundang-undangan yang lain termasuk penahanan yang lebih lama daripada pidana hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan
penjelasan Pasal 95 ayat 1 KUHAP; 3.
Tindakan lain tanpa alasan berdasarkan undang-undang Menurut penjelasan Pasal 95 ayat 1 KUHAP yang dengan tindakan
lain yaitu pemasukan rumah, penggeledahan dan penyitaan yang tidak sah menurut hukum.
4. Penghentian Penyidikan atau Penghentian Penuntutan yang Sah
KUHAP Pasal 81 menyatakan bahwa tersangka dan atau pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permintaan ganti kerugian
dan atau rehabilitasi sebagai akibat sahnya penghentian penyidikan dan sahnya penghentian penuntutan. Jadi kalau Hakim praperadilan
menjatuhkan putusan penetapan yang menyatakan bahwa penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan adalah sah, maka
putusan pengesahan atas penghentian penyidikanpenuntutan tersebut digunakan sebagai dasar alasan untuk mengajukan
permintaanpermohonanpenuntutan ganti kerugian. 5.
Dituntut dan Diadili tanpa alasan berdasarkan Undang-undang
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan ini mempunyai cakupan makna yang cukup luas dan dapat diketahui dari buku himpunan yurisprudensi dan praktik peradilan.
Mengenai hal ini dapat dikemukakan beberapa contoh antara lain terdakwa dituntut dan diadili tanpa mengindahkan ketentuan mengenai
persyaratan pembuktiann sebagaimana diatur dalam Pasal 183 dan 184 KUHAP, misalnya meskipun alat buktinya lebih dari dua orang saksi
akan tetapi kesemuanya terdiri dari saksi-saksi yang tergolong Testimonium De Auditu, atau terdakwa dituntut dan diadili atas
dakwaan melakukan tindak pidana penipuan Pasal 378 KUHAP, ternyata yang terbukti adalah wanprestasi dalam perjanjian hutang
piutang, atau terdakwa dituntut dan diadili atas dakwaan melakukan tindak pidana yang sudah pernah diputus oleh pengadilan dan putusan
itu sudah mempunyai kekuatan hukum tetap ne bis in idem dan lain- lain. Tanpa alasan berdasarkan undang-undang pada prinsipnya
mempunyai makna yang sama dengan penerapan hukum yang tidak tepat atau kekeliruan mengenai hukum yang diterapkan.
Kalau diperhatikan perumusan Pasal 77, 81, 82 ayat 3 huruf c dan ayat 4
119
119
Pasal 77 KUHAP : Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang:
serta Pasal 95 KUHAP dapat disimpulkan bahwa yang berwenang
a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan; b.
ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Pasal 81 KUHAP : Permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan diajukan
Universitas Sumatera Utara
memeriksamengadili dan memutus tuntutan ganti kerugian bukan hanya hakimsidang praperadilan, tetapi juga sidang pengadilan negeri yang berwenang
mengadili perkara pidana yang bersangkutan Pasal 95 ayat 1 dan ayat 2 KUHAP. Dan untuk memeriksamemutus perkara tuntutan ganti kerugian
sebagaimana dimaksud Pasal 95 ayat 1, Ketua Pengadilan Negeri sejauh mungkin menunjuk Hakim yang sama yang pernah mengadili perkara pidana yang
bersangkutan. Akan tetapi pemeriksaannya masih tetap mengikuti acara pemeriksaan praperadilan.
120
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa tuntutan ganti kerugian yang perkara pidanya belum diajukan ke pengadilan negeri, pemeriksaannya dilakukan
dan diputus oleh Hakimsidang praperadilan. Sedangkan tuntutan ganti kerugian yang perkara pidananya sudah diputus oleh Hakim Pengadilan Negeri, PT dan
MA pemeriksaannya mengikuti acara praperadilan Pasal 95 ayat 5 KUHAP.
121
Permohonan ganti kerugian sebagai akibat sahnya penghentian penyidikan atau sebagai akibat sahnya penghentian penuntutan diajukan kepada Ketua
oleh tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua penpdilan negeri dengan menyebut alasannya.
Pasal 82 ayat 3 huruf c : dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan tidak sah, maka dalam putusan dicantumkan jumlah besarnya ganti kerugian dan
rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam hal suatu penghentian penyidikan atau penuntutan adalah sah dan tersangkanya tidak ditahan, maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya;
Pasal 82 ayat 4 : Ganti kerugian dapat diminta, yang meliputi hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dan Pasal 95
120
H.M.A. Kuffal, opcit. Halaman 285
121
Ibid. Halaman 286
Universitas Sumatera Utara
Pengadilan Negeri dalam tenggang waktujangka waktu 3 tiga bulan dihitung dari saat pemberitahuan mengenai penetapan praperadilan Pasal 7 ayat 2 PP
Nomor 27 Tahun 1983. Apabila perkaranya tidak diperiksadiputus oleh Hakim praperadilan maka jangka waktu pengajuan permohonan tuntutan ganti kerugian
adalah 3 tiga bulan dihitung sejak pemberitahuan “ketetapan penghentian penyidikanpenuntutan”. Untuk permohonan tuntutan ganti kerugian yang
perkaranya sudah diperiksadiputus oleh pengadilan negeriPTMA pengajuannya kepada pengadilan negeri yang berwenang yang pernah mengadili perkara
pidananya dalam jangkatenggang waktu 3 tiga bulan sejak putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap.
122
Setelah lewat tenggang waktu 3 tiga bulan sejak Putusan Pengadilan berkekuatan hukum tetap atau sejak pemberitahuan penetapan praperadilan, maka
hak mengajukan tuntutan ganti kerugian menjadi daluwarsa, dengan perkataan lain, tidak dapat diajukan lagi.
123
Mengenai jumlah ganti kerugian diatur dalam Pasal 9 PP Nomor 27 Tahun 1983 yang bunyinya sebagai berikut
124
1 Ganti kerugian berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 huruf b dan Pasal 95 KUHAP adalah berupa imbalan serendah-rendahnya berjumlah Rp 5.000,- lima ribu rupiah dan
setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- satu juta rupiah. :
2 Apabila penangkapan, penahanan dan tindakan lain sebagaimana
dimaksud Pasal 95 KUHAP mengakibatkan yang bersangkutan sakit atau cacat sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan atau
122
Ibid. Halaman 287
123
Leden Marpaung Buku IV, Proses Tuntutan Ganti Kerugian dan Rehabilitasi dalam Hukum Pidana, Penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1997, Halaman 59
124
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana Pasal 9
Universitas Sumatera Utara
mati, besarnya ganti kerugian berjumlah setinggi-tingginya Rp 3.000.000,- tiga juta rupiah.
Kalau dilihat dari besarnya jumlah imbalan uang ganti kerugian, tersebut dapat disimpulkan bahwa penghargaan terhadap hak asasi manusia di Negara
Hukum Republik Indonesia ini belum memenuhi harapan sebagaimana didambakan oleh masyarakat terutama warga masyarakat pencari keadilan. Oleh
karena itu seirama dan seiring dengan perkembangan serta peningkatan kesadaran masyarakat atas hak-hak asasi manusia, maka peraturan yang berkaitan dengan
pemberian uang ganti kerugian ini perlu segera ditinjau kembalidirevisi.
125
4.2.2 Rehabilitasi Pemulihan Nama Baik