commit to user 66
Dalam hal pertanggungjawaban sesuai dengan Pasal 305 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 diamanatkan bahwa
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan Rancangan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran pertanggungjawaban APBD harus diserahkan kepada Gubernur unuk diadakan evaluasi.
Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Klaten tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 5 Tahun 2010 tenteng
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Pelanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun Angaran 2009 dan penjabaran tentang
pertanggungjawaban tersebut terdapat dalam Peraturan Bupati Klaten Nomor 32 Tahun 2010 tentang Penjabaran pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Derah Kabupaten Klaten Tahun angaran 2009.
B. Permasalahan
Yang Muncul
Dalam Implementasi
Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Klaten Tahun 2009
1. Permasalahan Dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi Fiskal
Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2009
Dalam rangka memenuhi target yang telah ditetapkan dalam APBD Tahun anggaran 2009 maupun perubahannya, Pemerintah Kabupaten Klaten
telah berupaya mengelola memanfaatkan seluruh potensi sumber daya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Implementasi
desentralisasi fiskal memberikan kewenangan kepada kabupaten Klaten untuk mengali dan mengelola keuangannya sendiri, sehingga berdampak pada
munculnya berbagai kebijakan yang mengarah pada pada upaya peningkatan penerimaan daerah.
commit to user 67
Namun terdapat permasalahan atau persoalan yang muncul dalam inpementasi kebijakan desentralisasi fiskal Kabupaten Klaten tahun 2009 yaitu
tidak sesuainya antara anggaran APBD dengaan realisasinya yaitu Pendapatan Daerah Kabupaten Klaten selama tahun 2009 direncanakan sebesar Rp.
973.128.063.000,00 realisasinya sebesar Rp. 986.484.856.053,00. Sampai akhir tahun 2009 belanja daerah yang direncanakan sebesar RP.
1.035.249.246.000,00 direalisasikan
sebesar Rp.
981.121.677.296,00. Penerimaan pembiayaan daerah yang direncanakan Rp. 62.621.363.000.00
realisasinya Rp
57.594.363.000.00 pengeluaran
pembiayaan daerah
direncanakan sebesar Rp. 500.000.000,00 Realisasinya Rp. 497.479.000,00 dan sisa lebih pembiayaan tahun berjalan yang di anggarkan tidak ada namun
realisasinya menjadi Rp 60.509.626.565,00 dan di jadikan sebagai sumber APBD tahun berikutnya yatu tahun 2010
Selain itu besarnya pendapatan daerah yang masih didominasi oleh dana Perimbangan Transfer dari Pemerintah Pusat yang mencapai 88 , dari
total pendapatan daerah sedangkan Dana perimbangan dari Provinsi Jawa Tengah menjapai 4,16 , dan Penerimaan dari Lain-lain pendapatan yang
Sah menyumbangkan kontribusi sebesar 1,52 . Sedangkan peran Pendapatan Asli Daearah terhadap pelaksanaan APBD sebesar 5,39 dari total
pendapaten daerah. Adanya ketidaksesuaian rencana APBD dan realisasi APBD serta masih besarnya dana perimbangan dari pemerintah pusat dan
kecil atau sedikitnya Pendapat Asli Daerah disebabkan karena adanya hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan
commit to user 68
2. Hambatan Dan Kendala Yang Ada Dalam Pencapaian Target Yang