Tinjauan Tentang Kabupaten Klaten.

commit to user 22 c menetapkan kuasa pengguna anggaranbarang; d menetapkan bendahara penerimaan danatau bendahara pengeluaran; e menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah; f menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; g menetapkan pejabat yang bertugas melakukanpengelolaan barang milik daerah; dan h menetapkan pejabat yang bertugas melakukanpengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran Pasal 5 ayat 2 . 3 Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh: a Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku PPKD pejabat Pengelola Keuangan Daerah; b Kepala SKPD Satuan Kerja Pernagkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaranbarang daerah Pasal 5 ayat 1. 4 Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, Sekretaris Daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah. 5 Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah berpedoman pada peraturan perundangundangan.

3. Tinjauan Tentang Kabupaten Klaten.

a. Georafi Kabupaten Klaten 1 Letak Geografi Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 7º32’19” sampai7º48’33” dan antara 110º26’14” sampai 110º47’51”. Letak Kabupaten Klaten cukup stategis karena berbatasan langsung kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah commit to user 23 Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. 2 Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar 65.556 ha, terbagi dalam 26 kecamatan, 401 desakelurahan. Dari 65.556 ha luas Kabupaten Klaten, 50,97 persen 33.412 ha merupakan lahan pertanian dan 39,29 persen 25.760 ha merupakan lahan bukan pertanian dan yang sisanya 9,74 persen adalah bukan lahan pertanian. Seiring dengan perkembangan keadaan, terjadi perubahan penggunaan dari lahan pertanian ke non pertanian. Hal ini ditunjukan dari luas lahan sawah yang terus mengalami penurunan tahun 2009; 0,03 persen, sedangkan lahan bukan pertanian mengalami kenaikan tahun 2009 sebesar 0,03 persen. b. Letak geografis 1 Wilayah Kabupaten Klaten terletak antara : Bujur Timur : 110 26’ 14” - 110 47’ 51” Lintang Selatan : 7 32’ 19” - 7 48’ 33” 2 Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten : Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali; Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo; Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul DIYogyakarta; Sebelah Barat : Kabupaten Sleman DIYogyakarta. 3 Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran : Sebelah Utara : Dataran Lereng Gunung Merapi; Sebelah Timur : Membujur Dataran Rendah; Sebelah Selatan : Dataran Gunung Kapur. 4 Jarak Kota Klaten Dengan Kota Lain Se Eksidenan Surakarta : Kota Klaten ke Kota Boyolali : 38 Km; Kota Klaten ke Wonogiri : 67 Km; Kota Klaten ke Kota Solo : 36 Km; commit to user 24 Kota Klaten ke Karanganyar : 49 Km; Kota Klaten ke Kota Sukoharjo : 47 Km; Kota Klaten ke Sragen : 63 Km. c. Keadaan Wilayah 1 Keadaan Wilayah Kabupaten Klaten a Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. b Dataran Rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. c Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan kecamatan Bayat dan Cawas. Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi. a Ketinggian Daerah Kabupaten Klaten: 1 Sekitar 3,72 terletak diantara ketinggian 0 - 100 meter di atas permukaan laut; 2 Terbanyak 83,52 terletak diantara ketinggian 100 – 500 meter diatas permukaan laut; dan 3 Sisanya 12,76 terletak diantara ketinggian 500 – 2.500 meter diatas permukaan laut. b Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten Jenis tanah terdiri dari 5 lima macam : 1 Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah kecamatan Bayat. commit to user 25 2 Regosol Kelabu : Bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom. 3 Grumusol Kelabu Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan. 4 Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua : Bahan induk berupa batu kapur napal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes sebelah selatan. 5 Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi. Kabupaten klaten terbentang di antara daerah istimewa Yogyakarta dan Surakarta yang melewati jalan raya Yogya-Solo mempunyai peran sangat penting dalam memperlancar segala kegiatan ekonomi. Di samping daerah mediterania antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta masih terdapat pula beberapa obyek wisata antara lain: Candi : Candi Bubrah, Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi Merak; Makam : Makam Sunan Bayat Ki Ageng Pandanaran, makam Pujangga R. Ngabei Ronggo Warsito dan makam Ki Ageng Perwito; Lainnya : Rowo Jombor, Deles Indah, Musium Gula dan Monumen Juang 1945 serta Pemancingan Janti. d. Pemerintahan 1 Wilayah Administrasi Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan. Seluruh desa yang ada merupakan desa swasembada. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah commit to user 26 Cawas sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit kecamatan Kalikotes dan Kebonarum masing-masing 7 desa. 2 Kepegawaian Tahun 2009 jumlah pegawai negeri di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten termasuk guru sebanyak 16.593 orang, mengalami penurunan sebesar 0,25 persen dari tahun 2008. Sedangkan bila dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, lulusan SD sebesar 2,46 persen, lulusan SLTP 4,23 persen, lulusan SLTA 34,74 persen Diploma 28,20 persen, Sarjana dan Pasca Sarjana 30,36 persen 3 DPRD Hasil pemilu tahun 2009 menghasilkan lima partai dengan suara terbanyak yakni PDI Perjuangan, Partai Amanat Nasional, Golongan Karya, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Kebangkitan Bangsa. Selama tahun 2009 belum ada peraturan daerah Perda yang dihasilkan. Sedangkan sidang yang dilakukan dewan mengalami penurunan sebesar 1,66 persen bila dibandingkan dengan tahun 2008. e. Penduduk 1 Penduduk Kabupaten Klaten Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan, dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia. Tahun 2009 jumlah penduduk Klaten sebesar 1.303.910 jiwa, kondisi ini menunjukan penambahan 3.416 jiwa dari tahun sebelumnya dan pertumbuhannya sebesar 0,26 persen. Pertumbuhan jumlah penduduk seyogyanya diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Secara umum kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten merata untuk semua kecamatan, commit to user 27 kecuali Kecamatan Kemalang yang paling rendah kepadatannya sebesar 676 jiwa per km 2 . Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Klaten sebesar 95,79, ini berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki. Untuk penduduk usia produktif usia 15-64 tahun sebesar 987.676 jiwa, sekitar 75,74 persen dari total penduduk Klaten 2 Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Tahun 2009 jumlah pencari kerja sebanyak 16.315 orang mengalami penurunan sebesar 6,18 persen dibandingkan dengan tahun 2008. Tingkat pendidikan untuk pencari kerja yang terbanyak adalah SMUSMK sebesar 9.395 orang. 3 Keluarga Berencana Peserta KB aktif di Kabupaten Klaten tahun 2008 mencapai 162.485 akseptor dan peserta KB baru sebesar 23.652 akseptor. Sedangakan metoda alat kontrasepsi yang banyak digunakan untuk peserta KB baik aktif atau baru adalah suntik. 4 Transmigrasi Salah satu usaha untuk memperluas kesempatan kerja adalah melalui program transmigrasi selain untuk pemerataan penduduk. Pada tahun 2009 jumlah transmigran yang berangkat dari Kabupaten Klaten sebesar 15 KK, kondisi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008. Adapun tujuan paling banyak adalah ke Sulawesi. f. Keuangan 1 Keuangan Daerah commit to user 28 Realisasi pendapatan asli daerah pada tahun anggaran 2009 terhimpun sekitar 984.534.437.004 rupiah naik sekitar 9,30 persen dibandingkan tahun anggaran 2008. Pajak daerah memberikan kontribusi paling tinggi yaitu sebesar 20.176.815.291 rupiah atau sekitar 37,09 persen dari total pendapatan asli daerah. Sejalan dengan realisasi pendapatan asli daerah, realisasi belanja daerah untuk tahun anggaran 2009 sebesar 981.121.677.296 atau turun sebesar 1,90 persen dibandingkan realisasi belanja daerah tahun 2008. 2 Koperasi dan Perbankan Peranan Koperasi dan perbankan dalam kegiatan perekonomian daerah sangat penting. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat dalam bentuk simpanan, giro maupun deposito cukup besar, tapi pada tahun 2009 secara umum mengalami kenaikan. Begitu juga jumlah peminjam di koperasi mengalami penurunan sebesar 4,07 persen dibanding tahun 2008, sebanding juga dengan jumlah uang yang dipinjamkan mengalami penurunan sebesar 34,55 persen B. KERANGKA PEMIKIRAN Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintahan daerah berdasarkan desentralisasi yang di berikan oleh pemerintah pusat negara kesatuan republik indonesia kepada pemerintah daerah, yang mana desentralisasi tersebut terlaksana pada daerah otonom. Pemerintah daerah memiliki wewenang yang “hampir” penuh atas penggunaan sumber-sumber fiskal. Pemerintah daerah melakukan kontrol terhadap pengeluaran dari seluruh sumber penerimaan. Hal ini meliputi penerimaan daerah dari pajak dan retribusi, pendapatan dari sumber-sumber daya alam, dan dana hibah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah telah membawa banyak perubahan yang mendasar dalam implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia. Hal tersebut antara lain terlihat dari perbaikan formula pengalokasian dana-dana yang didaerahkan. Perbaikan juga dilakukan dalam mekanisme commit to user 29 penyaluran Transfer ke Daerah DAU, DAK, DBH Pajak, dan DBH SDA yang saat ini sudah dilaksanakan langsung dari Rekening Kas Umum Negara di Bendahara Umum Negara BUN ke Rekening Kas Umum Daerah. Undang- Undang 33 Tahun 2004 telah meletakkan perubahan yang fundamental dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi, dari yang semula didominasi oleh Pemerintah Pusat kemudian bergeser dengan memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan di Daerah. Dengan dilaksanakannya sistem desentralisasi tersebut, harapan seluruh komponen bangsa tidak hanya ditujukan pada efisiensi alokasi arus barang publik di Daerah, tetapi juga mendekatkan pada pelayanan kepada masyarakat lokal, mendorong demokratisasi, mengakomodasi aspirasi Daerah dan partisipasi masyarakat, serta merekatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah daerah memiliki dua fungsi dalam halini yaitu sebagai pengawas dan pengatur. Pengawasan yang dilakuakan oleh pemerintah pusat adalah mengenai urusan pemerintahan yang berdasar pada; a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Perimbangan Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Perintahan Daerah KabupatenKota Sedangkan dalam hal mengatur Pemerintah Daerah mengeluarkan Peraturan Daerah yang mana peraturan tersebut dijadikan dasar dalam menyusunan APBD. Selain berpedoman pada Peraturan Daerah, penyusunan APBD juga berpedoman pada; 1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan Keuangan Negara 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah commit to user 30 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 7. Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran2009 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan DP, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah LPS. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala pimpinan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepalapimpinan SKPD selaku pejabat pengguna anggaranbarang daerah. Setelah penyusunan APBD selesai maka tahab selanjutnya adalah pelaksanaan APBD yang telah di setujui oleh penerintah daerah dan dijalankan pada masing- masing subtansi atau organ-organ pemerintah daerah. commit to user 31 KERANGKA PEMIKIRAN BAB III NKRI PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH 1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 1. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 2. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan Keuangan Negara 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 6. Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009 -Otonomi - Desentralisasi Mengatur DPRD PERDA Pelaksanaan APBD APBD Urusan Pemerintahan a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupatenkota. Pemerintahan Daerah Pemerintah Daerah Mengawasi Desentraliasi Fiska commit to user 32 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap