commit to user
dan menilai kembali piagam pendiriannya, dan merekomendasikan perubahan yang diperlukan kepada dewan pengawas.
Komite audit memiliki otoritas untuk meminta jasa pengacara, akuntansi, dan konsultasi independen lainnya, sebagaimana diperlukan untuk
mendukung tugas-tugasnya. Komite audit memiliki otoritas tunggal untuk menyetujui biaya terkait dan hak yang berkaitan. Ketua komite audit dapat
dihubungi secara langsung oleh auditor independen 1 untuk meninjau hal- hal sensitif yang mungkin mempengaruhi akurasi pelaporan keuangan atau
2 mendiskusikan isu-isu signifikan yang berkaitan dengan tanggung jawab dewan secara keseluruhan yang mungkin telah dikomunikasikan dengan
manajemen namun, menurut penilaian mereka, mungkin memerlukan tindak lanjut oleh komite audit.
4. Karakteristik Keuangan Perusahaan
Karakteristik keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan total aset perusahaan. Perusahaan besar memiliki kompleks dan dispersi
kepemilkan yang lebih besar menciptakan potensi masalah keagenan yang lebih besar terkait pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perusahaan-perusahaan besar membutuhkan pengawasan lebih luas dari proses pelaporan keuangan mereka, yang dapat dicapai melalui audit
eksternal Carcello et al., 2002. Selain itu, perusahaan besar membutuhkan pengawas internal yang lebih besar Raghunandan dan Rama, 2007.
commit to user
Leverage yang tinggi menunjukkan masalah yang lebih besar dan pemantauan yang lebih besar oleh penyedia utang. Perusahaan dengan
leverage tinggi memerlukan pengawasan internal lebih tinggi karena perusahaan tersebut cenderung untuk terlibat dalam manipulasi laba dan
aset, sehingga memberi kesan lebih sering pertemuan komite audit Raghunandan dan Rama, 2007. Teori keagenan berpendapat bahwa
penyedia utang terus memantau perusahaan untuk memastikan persyaratan utang tidak dilanggar dengan demikian, permintaan untuk pengawasan
internal seperti rapat komite audit lebih besar kecenderungan untuk turun. Manajemen perusahaan yang mengalami rugi cenderung untuk terlibat
dalam manajemen laba Beasley, 1996 yang menempatkan permintaan yang lebih besar pada pengawasan internal. Raghunandan dan Rama, 2007
menyatakan bahwa perusahaan menekankan pertumbuhan mungkin melebihi infrastruktur dan pengendalian internal, sehingga menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk manipulasi dan manajemen laba Beasley, 1996. Oleh karena itu, potensi perilaku oportunistik oleh manajemen di
perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung tinggi sehingga dapat meningkatkan kebutuhan pengawasan perusahaan melalui
frekuensi rapat komite audit. 5.
Struktur Kepemilikan
Dalam penelitian ini struktur kepemilikan yang digunakan adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan
manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajerial
commit to user
perusahaan. Kepemilikan ini merupakan konsekuensi adanya kompensasi kepemilkan saham yang diberikan oleh perusahaan pada manajemen.
Tujuan adanya kepemilikan manajerial adalah untuk dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka
manajemen perusahaan sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Oleh karena manajemen adalah pemegang saham perusahaan, maka setiap
tindakan atau keputusan yang diambil oleh manajemen akan berhati-hati sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Kepemilikan
manajerial menyebabkan kebutuhan pengawasan terhadap operasional perusahaan yang lebih rendah, sehingga dapat menurunkan frekuensi rapat
komite audit perusahaan Sharma et al., 2009 Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain Tarjo, 2008.
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham,
pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan
institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional. Menurut Barnae dan Rubin 2005
bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar,
commit to user
memiliki inisiatif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian Wening 2009 Semakin besar kepemilikan oleh
institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Penelitian Smith 1996
menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran
pemegang saham. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain : a.
Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.
b. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih
ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
6. Kualitas Audit