Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate Property dan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014)

(1)

PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT, UKURAN

PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP KUALITAS

LAPORAN KEUANGAN

(Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate Property Dan Konstruksi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh : FITRIA WARDANI

1111082000070

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama : Fitria Wardani

2. Tempat & Tanggal Lahir : Wonogiri, 13 Februari 1993

3. Alamat : Jl. Inpres No.6 Rt 004/009, Pamulang 2 4. Telepon : 085711539835

5. Email : ftwardani13@yahoo.com 6. Ayah : Warimin

7. Ibu : Wakik

8. Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara

II.PENDIDIKAN FORMAL

1999-2005 : SDN Bangka 01 – Jakarta Selatan

2005-2008 : SMP Taruna Mandiri – Tangerang Selatan 2008-2011 : SMAN 2 Kota Tangerang Selatan

2011-2015 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Kadiv. Pengembangan Minat dan Bakat (PMB) Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta 2014

2. Divisi Publikasi dan Dekorasi Laboratorium Pojok Bursa FEB UIN Jakarta 2013

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Magang sebagai Junior Auditor di KAP Drs. Basri Harjosumarto (Maret 2015 – Mei 2015)


(7)

ABSTRACT

The Effect of Effectiveness of Audit Committee, Firm Size and Leverage to Financial Reporting Quality

The purpose of this research is to determine impact of the effectiveness of audit committee (size of audit committee, frequency of meeting of audit committee, accounting expert of audit committee), firm size and leverage to financial reporting quality. This research was conducted by selecting 25 real estate properties and constructions firms listed in Indonesia Stock Exchange period 2010 to 2014. This research was tested by purposive sampling and multiple regression analyzing method.

This research shows that size of audit committee and frequency of meeting audit committee have significant effect to financial reporting quality with significance level 0,040 and 0,010. Meanwhile, accounting expert has significant effect to financial reporting quality with significance level 0,058 using alpha10%.

Firm size and leverage have no significant effect to financial reporting quality. The effectiveness of audit committee (size, frequency of meeting, accounting expert), firm size and leverage simultaneously have significant effect to financial reporting quality with significance level 0,013.

Keywords : Size of audit committee, frequency of audit committee, accounting expert of audit committee, firm size, leverage, financial reporting quality


(8)

ABSTRAK

Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komite audit (ukuran, jumlah rapat dan keahlian akuntansi komite audit), ukuran perusahaan dan leverage terhadap kualitas laporan keuangan yang diproksikan dengan kualitas akrual. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 25 perusahaan real estate, property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 hingga 2014. Penelitian ini diuji dengan metode purposive sampling dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran komite audit dan jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dengan tingkat signifikansi 0,040 dan 0,010. Sementara keahlian akuntansi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dengan tingkat signifikansi 0,058 menggunakan alpha 10%. Ukuran perusahaan dan

leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dengan signifikansi sebesar 0,013.

Kata kunci : Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, leverage, kualitas laporan keuangan


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan

Keuangan (Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate, Property dan

Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014).”

Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama pembuatan skripsi ini, penulis menyadari banyaknya hambatan dan rintangan yang ada. Meskipun begitu, penulis juga menyadari bahwa penulis mendapatan bimbingan, arahan, dukungan, bantuan, semangat dan doa dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Kedua orang tercinta, yaitu Ayah Warimin dan Ibu Wakik. Dengan cinta kasih, sayang, kesabaran, dukungan baik moril dan materil serta doa yang selalu mengiringi penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

2. Kedua adik penulis, yaitu Yulio Dwi Wardhana dan Marcella Putri Cahyani. Dua makhluk lucu yang menghibur di kala penulis mengalami patah semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, saran, dan semangatnya pada penulis selama pengerjaan skripsi.


(10)

5. Ibu Ismawati Haribowo SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis selama pengerjaan skripsi.

6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmunya selama masa kuliah penulis.

9. Sahabat tercinta saya Radini, Marisa, dan Asih yang selalu memberi keyakinan dan semangat untuk saya.

10. Teman-teman Jurusan Akuntansi 2011, khususnya AKUKECE (Akuntansi Kelas C) Sella, Ilfi, Fazril, Eva, Faisal, Mumu, Opi, Chandra, Bonita, Fahmi, Irvan, Hadi, Oji yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka dari itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Wassalamualaikum wr. Wb

Jakarta, Juli 2015


(11)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi……….. ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif………iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi……… iv

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi……… v

Daftar Riwayat Hidup………. vi

Abstract……… vii

Abstrak………... viii

Kata Pengantar……….....ix

Daftar Isi………....xi

Daftar Tabel……… xv

Daftar Gambar……….. xvi

Daftar Lampiran……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...15

A. Teori yang Relevan ... 15

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 15

2. Kualitas Laporan Keuangan ... 17

3. Efektivitas Komite Audit ... 23


(12)

c. Keahlian Akuntansi Komite Audit ... 28

4. Ukuran Perusahaan ... 29

5. Leverage ... 30

B. Penelitian Sebelumnya ... 32

C. Kerangka Pemikiran ... 37

D. Keterkaitan Antara Variabel ... 38

1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 38

2. Pengaruh Jumlah rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 38

3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit dengan Kualitas Laporan Keuangan ... 39

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 40

5. Pengaruh leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 41

6. Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 42

E. Hipotesis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...44

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentuan Sampel ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 46

1. Statistik Deskriptif ... 46

2. Uji Asumsi Klasik ... 47


(13)

b. Uji Multikolonieritas ... 47

c. Uji Autokorelasi ... 48

d. Uji Heterokedastisitas ... 49

3. Uji Koefisien Determinasi ... 50

4. Uji Hipotesis ... 50

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 51

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t) ... 52

E. Operasionalisasi Variabel ... 52

1. Kualitas Laporan Keuangan ... 53

2. Ukuran Komite Audit ... 54

3. Jumlah Rapat Komite Audit ... 54

4. Keahlian Akuntansi Komite Audit ... 54

5. Ukuran Perusahaan... 55

6. Leverage ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...58

A. Gambaran Objek Penelitian ... 58

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 59

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 61

a. Uji Normalitas ... 61

b. Uji Multikolinearitas ... 62

c. Uji Autokorelasi ... 63

d. Uji Heteroskedastisitas ... 64

3. Hasil Uji Hipotesis ... 65


(14)

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 66

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 67

C. Pembahasan ... 71

1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 71

2. Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 72

3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 73

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 73

5. Pengaruh Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan .... 75

BAB V PENUTUP ...77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA……….. 80


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Sebelumnya ...33

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ...57

Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel...58

Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan ...59

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...60

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ...62

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ...63

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ...64

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...65

Tabel 4.8 Hasil Uji Adjusted R2...66

Tabel 4.9 Hasil Uji F ...67


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...37


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal

Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian………. 87 Lampiran 2 Data Sampel Penelitian………... 89 Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data...……….. 96


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan bisnis tak bisa lagi dibendung. Perkembangan bisnis yang terus mengalami peningkatan menuntut pelaku bisnis untuk dapat bersaing di dalamnya, karena itulah, terdapat banyak kompetitor dalam dunia bisnis. Meningkatnya persaingan bisnis mendorong setiap perusahaan untuk memberikan performa terbaiknya dalam menarik investor, terutama yang menyangkut laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu (Maulia, 2014). Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.

Laporan keuangan merupakan sebuah alat penting bagi para pelaku dunia bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang dilakukan oleh sebuah entitas dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan juga mempunyai peranan penting sebagai alat komunikasi antar para pelaku bisnis (Toding dan Wirakusuma, 2013).

Menurut Payamta (2006) dalam Maulia (2014), kualitas laporan keuangan akan meningkatkan kualitas yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga para pengguna juga dapat merasa lebih yakin dalam mengambil


(19)

keputusan. Hal ini dikarenakan keputusan yang akan diambil telah didasarkan pada informasi yang telah dipersiapkan dengan baik, disetujui dan diaudit secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan berkualitas. Kualitas pelaporan keuangan berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tergambarkan dalam laba (Fanani, 2009).

Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam. Salah satunya adalah kualitas pelaporan keuangan berkaitan erat dengan kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan yang diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan tinggi (berkualitas) jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan dimasa yang akan datang (Lev dan Thiagarajan, 1993) atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di masa yang akan datang (Dechow dan Dichev, 2002 dan Cohen, 2003).

Menurut penelitian Choi dan Pae pada 2011, kualitas laporan keuangan sangat bervariasi. Misalnya, kualitas pelaporan dipengaruhi oleh tingkat manajemen laba, tingkat bagaimana akurat akrual memprediksi arus kas operasi masa depan dan tingkat akuntansi konservatisme. Dalam laporan keuangan, laba akuntansi dianggap sebagai salah satu indikator utama kinerja keuangan perusahaan. Angka laba yang tersedia pada laporan keuangan selain memberikan informasi mengenai laba juga mempengaruhi pemakai informasi dalam pengambilan keputusan mengenai perusahaan, baik keputusan investasi maupun keputusan kredit. Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan, memperkirakan earning power, dan memprediksi


(20)

laba di masa depan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor, kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siagallan dan Mahfoedz, 2006).

Menurut Karami dan Akhgar (2014), kualitas laporan keuangan adalah mengembangkan transparansi dan menerbitkan laporan tahunan berkualitas tinggi melalui pengungkapan lengkap dan komprehensif. Kualitas laporan keuangan selalu menjadi topik yang menarik dari dewan direksi, pemegang saham, peneliti dan akuntan profesional sendiri. Kualitas sangat dibutuhkan dalam pelaporan keuangan dan pengungkapan prediksi yang lebih baik mengenai arus kas masa depan perusahaan untuk investor dan pengguna laporan keuangan lainnya.

Menurut International Accounting Standards Board (IASB) informasi yang berkualitas harus memenuhi komponen relevance dan faithful representation, dimana tingkat kegunaan informasi tersebut akan meningkat jika informasi tersebut comparable, verifiable, timely dan understandable (IASB, 2010). PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan menyatakan terdapat empat karakteristik laporan keuangan dikatakan berkualitas. Laporan keuangan dikatakan berkualitas jika dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Informasi dikatakan relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Sementara informasi dapat diandalkan apabila disajikan secara netral atau tidak memihak pada salah satu pemakai, dapat diuji kebenarannya (verifiebality) dan penyajiannya jujur.


(21)

Beberapa tahun terakhir ini, skandal akuntansi yang terjadi di masyarakat keuangan internasional telah menyebabkan meningkatnya pertanyaan dan kekhawatiran tentang kualitas pelaporan keuangan (Agrawal dan Chadha dalam Klai, 2011). Beberapa perusahaan terkemuka seperti Enron, Worldcom, Marconi, Parmalat, Cadbury, Bank Oceanichave dan Toshiba berpartisipasi dalam penipuan keuangan. Hal ini menyebabkan melemahnya kepercayaan investor terhadap manajerial dan laporan keuangan (Klai, 2011). Salah satu contohnya pada kasus Enron, dimana perusahaan Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor.

Selain Enron, skandal akuntansi lain yang menjadi perhatian adalah kasus Toshiba. Skandal akuntansi Toshiba, salah satu yang paling merusak melanda Jepang dalam beberapa tahun terakhir, dimulai ketika regulator sekuritas menemukan kejanggalan setelah menyelidiki neraca perusahaan awal tahun ini. Dengan temuan yang dirilis Senin (20/7/2015), Toshiba harus menyatakan kembali keuntungan sebesar 151,8 miliar yen untuk periode antara April 2008 hingga Maret 2014. (Kompas.com)

Berdasarkan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi data akuntansi ini melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak terlibat justru meryupakan bagian dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor.


(22)

Sementara, salah satu kasus yang terjadi di Indonesia adalah PT. Indofarma Tbk. Perusahaan ini diduga melakukan pelanggaran berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari yang seharusnya (overstated) dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28.870.000.000 (dua puluh delapan miliar delapan ratus tujuh puluh juta rupiah). Akibat overstated persediaan, maka harga pokok penjualan akan understated

sebesar Rp. 28.870.000.000 dan laba bersih juga akan mengalami overstated

dengan nilai yang sama.

Berdasarkan dua kasus tersebut, baik Enron maupun Indofarma memiliki penyebab yang sama, yaitu masih lemahnya penerapan GCG dan fungsi internal control yang ada di dalam perusahaan. Kasus ini memberikan pelajaran berharga. Pertama, implementasi GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Kedua, terlihat bahwa terjadi kerjasama sistemik melakukan rekayasa keuangan yang dilakukan karena lemahnya fungsi internal control. Hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal control mulai dari Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya dengan baik (http:/// www.hrcentro.com 8 Februari 2015).

Millstein (1999) dalam Wardhani dan Joseph (2010) menyatakan bahwa praktik good corporate governance menunjukan bahwa pembentukan komite audit sebagai sebuah titik pusat dalam peningkatan kualitas laporan keuangan. Mekanisme yang tepat untuk memastikan realibilitas, kualitas yang tinggi dari laporan keuangan berfokus pada struktur dari komite audit, terutama dalam


(23)

menjaga kepentingan stakeholder khususnya dalam sisi kualitas informasi laporan keuangan perusahaan (Yaputro, 2012). Selain itu, Bapepam juga menegaskan bahwa adanya komite audit, sangat membantu para dewan komisaris untuk mengawasi kegiatan operasional perusahaan.

Umumnya, peran pengawasan komite audit meliputi tiga fungsi, yaitu pelaporan keuangan, pengendalian internal, dan aktivitas audit eksternal (Braiotta, 2004). Untuk memastikan reliabilitas dan kualitas laporan keuangan sutau perusahaan, komite audit memperbaiki mutu laporan keuangan dengan mengawasi laporan keuangan. Komite audit memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (KNGCG, 2006). Komite audit menelaah laporan keuangan dengan memastikan bahwa laporan keuangan sudah dibuat berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat (Sawyer dan Dittenhoffer, 2006). Oleh karena itu, komite audit diharapkan meninjau semua laporan keuangan yang dibuat manajemen baik interim maupun tahunan sebelum disetujui dewan komisaris dan sebelum disebarluaskan ke publik untuk meyakinkan obyektivitas laporan keuangan (Mohiuddin & Kharbhari, 2010).

Pada akhir tahun 2012, pemerintah melalui Bapepam-LK mengeluarkan aturan baru yaitu Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep- 643/BL/2012 terkait dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang mengubah aturan yang sama yang dikeluarkan pada tahun 2004. Dalam peraturan tersebut terdapat persyaratan yang lebih ketat atas keanggotaan komite audit dan adanya tugas dan tanggung jawab yang lebih besar yang harus ditanggung oleh


(24)

komite audit. Aturan tersebut mengindikasikan diperlukannya komite audit yang lebih kompeten dan peran komite audit dalam memastikan kualitas laporan keuangan perusahaan menjadi semakin dibutuhkan.

Melalui peningkatan pengaturan tata kelola perusahaan tersebut, peran dan fungsi komite audit membantu tugas dewan komisaris juga semakin diperjelas di mana poin mengenai keahlian anggota komite audit, komposisi serta jumlah pertemuan komite audit menjadi semakin penting dan harus dicantumkan dengan rinci (Mutmainnah dan Wardhani, 2013). Menurut Suaryana (2005), kualitas laba yang tinggi didapatkan pada perusahaan yang memiliki komite audit dibanding perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep- 643/BL/2012 terkait dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mensyaratkan komite audit terdiri dari 3 orang. Selain itu, Anderson, Daniel dan Stuart (2003) menemukan bahwa semakin kecil anggota komite, maka kualitas laba akan semakin baik.

Efektivitas komite audit dapat diukur dengan proksi frekuensi pertemuan atau rapat yang diadakan komite audit dalam satu tahun. Anderson et al., (2003) menemukan bahwa informasi terkait earning meningkat dengan adanya pertemuan yang dilaksanakan komite audit. Pertemuan yang sering dilakukan komite audit untuk membahas laporan keuangan dianggap sebagai kontrol rutin terhadap perkembangan laba pada perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dechow (1996) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menyebutkan bahwa perusahaan yang terkena skandal kasus kecurangan laporan


(25)

keuangan kemungkinan besar tidak mempunyai komite audit atau komite auditnya tidak bekerja secara efektif dan efisien dalam setiap rapat yang dilaksanakan.

Komite audit yang efektif harus memiliki independensi dan pengetahuan di bidang akuntansi dan audit. Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012 dijelaskan bahwa komite audit memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan. Menurut Suaryana (2005), keberadaan komite audit independen serta memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan keuangan adalah sinyal persepsi kredibilitas dan kualitas laba perusahaan yang lebih baik.

Selain efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage juga dianggap dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Perusahaan yang besar akan memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik, sehingga kesalahan estimasi yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil. Selain itu, perusahaan besar akan memiliki kemampuan diversifikasi yang lebih baik dan mempunyai efek variasi portofolio antar divisi-divisi dan aktivitas bisnisnya sehingga dapat mengurangi efek relatif kesalahan estimasi. Meskipun demikian, perusahaan besar akan banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan menghadapi kos politikal yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil (Gu, Lee dan Rosset dalam Fanani, 2009).

Perusahaan yang besar akan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan, karena perusahaan yang besar memiliki asset dan memperoleh laba yang besar pula. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan


(26)

dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total asset yang dimiliki, dan total penjualan yang diperoleh, serta kapitalisasi pasarnya dapat berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan

Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi, memiliki risiko pelanggaran perjanjian utang yang mengakibatkan timbulnya suatu biaya seperti sanksi pembatasan atas pembayaran dividen atau pembatasan penambahan utang dan serta menghambat kerja manajemen. Diduga, perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mempunyai dorongan (incentives) yang lebih besar untuk mendorong kinerja akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian dalam kontrak utang maupun untuk mendapatkan utang baru (Dechow, Ge, Larson dan Sloan, 2010). Ketika menghadapi pelanggaran perjanjian utang, manajer akan lebih menggunakan kebijakan akrual agar dapat melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan, sehingga manajer dapat terhindar dari pelanggaran perjanjian utang (debt covenant).

Beberapa penelitian mengenai kualitas laporan keuangan telah dilakukan pada periode waktu sebelumnya. Pada 2003, penelitian Felo dan Krishnan menunjukkan ukuran komite audit memiliki hubungan yang positif dengan kualitas laporan keuangan. Sementara Aldamen dan Duncan (2011) menunjukkan komite audit yang lebih kecil dengan lebih banyak pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar. Penelitian Badolato & Danelson (2014) serta Kusnadi, Leong, Suwardi dan Wang (2015) menyatakan komite audit yang memiliki keahlian keuangan akan menghasilkan kualitas laporan keuangan yang tinggi.


(27)

Berdasarkan penelitian Widi dan Elisabet (2012), leverage tidak berpengaruh signifkan terhadap kualitas laporan keuangan. Sementara penelitian Fanani dan Ningsih (2009) serta Karami dan Akhgar (2014) menyatakan leverage

berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.

Penelitian-penelitian yang ada sebelumnya berfokus pada pengukuran kualitas laporan keuangan melalui manajemen laba dan restatements. Selain itu, objek penelitian lebih banyak berfokus pada perusahaan manufaktur ataupun seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Belum banyak penelitian yang melihat kualitas laporan keuangan pada perushaaan real estate,

property dan konstruksi padahal banyak investor, baik asing maupun domestik yang lebih sering berinvestasi pada sektor tersebut. Salah satu investor asing berbasis di Singapura, Keppel Land, masih memandang Indonesia sebagai peluang positif, dengan ceruk pasar besar. Populasi sebanyak 250 juta dijadikan sebagai motivasi utama mereka dalam menggenjot investasinya. (Kompas.com)

Tidak hanya investor asing, melainkan investor domestik juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi di sektor real estate, property dan konstruksi. Hal ini diperkuat juga dengan memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), dimana pemerintah banyak melakukan pembangunan infrastruktur, sehingga akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh jika berinvestasi di sektor tersebut. Hal ini membuat inverstor tertarik untuk berinvestasi di sektor real estate, property dan konstruksi.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang ada sebelumnya dengan menerapkannya pada perusahaan real estate, property dan


(28)

konstruksi. Selain itu, yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pengukuran kualitas laporan keuangan menggunakan salah satu atribut akuntansi, yatiu kualitas akrual dari perubahan modal kerja. Sementara penelitian yang pernah ada sebelumnya, kualitas laporan keuangan diukur menggunakan ketepatwaktuan, restatements, dan manajemen laba.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya serta uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti ingin meneliti mengenai “Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan

Keuangan Pada Perusahaan Real Estate, Property dan Konstruksi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan ?

2. Apakah jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan ?

3. Apakah keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?


(29)

6. Apakah ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : a. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran komite audit terhadap

kualitas laporan keuangan.

b. Menganalisis adanya pengaruh antara jumlah rapat komite audit terhadap kualitas laporan keuangan.

c. Menganalisis adanya pengaruh antara keahlian akuntansi komite audit terhadap kualitas laporan keuangan.

d. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap kualitas laporan keuangan.

e. Menganalisis adanya pengaruh antara leverage terhadap kualitas laporan keuangan.

f. Menganalisis pengaruh ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan


(30)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis 1) Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini berguna untuk menambah literatur dan sebagai bentuk pengembangan ilmu akuntasi, khususnya mengenai kualitas laporan keuangan. Penelitian ini juga berguna sebagai bahan referensi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

2) Masyarakat

Penelitian ini berguna untuk menambah informasi masyarakat, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengenai kualitas laporan keuangan.

3) Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai kualitas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana strata 1.


(31)

b. Kontribusi Praktis 1) Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan untuk memperbaiki tata kelola perusahaannya sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan.

2) Bagi praktisi

Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi evaluasi bagi para praktisi khususnya pembuat kebijakan atau standard, serta sebagai acuan bagi komite audit untuk lebih berperan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Relevan

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Terori keagenan (agency theory) merupakan kontrak antara pemilik (principal) dan manajemen (agent), dimana agent diberi wewenang lebih untuk menjalankan operasional perusahaan dan mempertanggunjawabkan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Saptiti Adharia, 2013). Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara pemilik sebagai pemegang saham dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan. Agen dikontrak untuk melakukan tugas tertentu serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan pemilik. Pemilik diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan.

Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik kepentingan pribadi (konflik agensi). Konflik tersebut terjadi karena pemilik modal berusaha menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin, sedangkan manajer cenderung mengambil keputusan pengelolaan dana untuk memaksimalkan keuntungan yang sering bertentangan dan cenderung


(33)

Jensen dan Meckling (1976) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan yaitu mekanisme pengikatan (bonding) dan mekanisme pengawasan (monitoring). Konflik keagenan yang masih ada yang tidak dapat diatasi oleh kedua mekanisme tersebut disebut sebagai residual loss. Mekanisme pengikatan merupakan mekanisme yang mengikat agen sehingga dapat berperilaku yang sejalan dengan kepentingan prinsipal. Mekanisme ini dijalankan diantaranya melalui kebijakan kompensasi, penetapan KPI (key performance indicator) bagi manajemen, dan kepemilikan manajerial. Sedangkan mekanisme pengawasan dijalankan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan Pemilikan dan pengelolaan perusahaan yang terpisah meningkatkan konflik agensi antara manajer dan pemegang saham karena timbulnya asimetri informasi.

Asimetri informasi tersebut menurunkan kualitas informasi yang digunakan sebagai dasar pelaporan keuangan sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan pada pelaporan keuangan. Menurut Krishnan dan Lee (2011) dalam Awalia (2014) kualitas pelaporan keuangan merupakan salah satu kontributor penting terhadap lingkungan informasi perusahaan. Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah keagenan dan membatasi perilaku

opportunistic management adalah corporate governance. Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan.

Teori keagenan menunjukkan bahwa pemegang saham memerlukan perlindungan karena manajemen mungkin tidak selalu bertindak untuk


(34)

kepentingan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, dewan komisaris muncul untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Joshi dan Wakil, 2004). Dewan komisaris memiliki tanggung jawab yang beragam dan beberapa hal tersebut didelegasikan kepada komite audit. Tujuan dibentuknya komite audit ialah membantu dewan komisaris dalam menjalankan proses pengawasan. Komite audit membantu dewan komisaris mengembangkan serta memelihara kerangka akuntabilitas perusahaan (Braiotta, 2004).

2. Kualitas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang disediakan oleh perusahaan untuk membantu para pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan alokasi modal terkait dengan perusahaan yang bersangkutan (Kieso dan Warfield, 2011). Menurut PSAK No.1 (2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 1 (2012), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Menurut Kieso, et al., (2011) tujuan pelaporan keuangan untuk : (1) Memberikan informasi yang berguna dalam keputusan investasi, kredit dan


(35)

keputusan serupa yang rasional bagi investor serta kreditur saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya. (2) Memberikan informasi yang berguna dalam menilai prospek arus kas, jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastiaan penerimaan. (3) Menggambarkan dengan jelas sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan dalam sumber daya tersebut.

Menurut PSAK (2012), karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.


(36)

1) Materialitas

Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat. c. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

1) Penyajian jujur

Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

2) Substansi mengungguli bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.


(37)

3) Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan berapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

4) Pertimbangan sehat

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga asset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan liabilitas atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.

5) Kelengkapan

Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.

d. Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan


(38)

laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

Menurut Kasmir (2011) laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan bebas dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan dan disengaja oleh pihak manajemen perusahaan agar laporan keuangan tersebut memiliki integritas yang tinggi.

Kualitas pelaporan keuangan adalah fitur penting tidak hanya untuk perusahaan tetapi juga bagi para pemangku kepentingan dan untuk pasar modal secara keseluruhan. Misalnya, telah disampaikan bahwa kualitas pelaporan memiliki efek positif pada efisiensi investasi. Namun, Choi, et.al., (2011) menyatakan bahwa kualitas laporan keuangan bervariasi. Banyak faktor berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pada penelitian sebelumnya. Misalnya, kualitas pelaporan dipengaruhi oleh tingkat manajemen laba, tingkat bagaimana akurat akrual memprediksi arus kas operasi masa depan dan tingkat akuntansi konservatisme.

Tujuan pelaporan keuangan secara umum adalah untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan yang dapat bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pihak berkepentingan lain dalam pembuatan keputusan ekonomi atas perusahaan tersebut. Tujuan tersebut juga memperjelas pentingnya kebutuhan tentang informasi aliran kas bagi investor dan kreditor. Akuntansi merupakan bahasa khusus yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan kepada para penggunanya sebagai dasar pengambilan keputusan.


(39)

Lebih spesifik lagi, akuntansi keuangan membahas tentang penyediaan informasi keuangan yang relevan bagi pengguna eksternal.

Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi bagi investor dan kreditor guna membantu mereka dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut harus mampu membantu investor dan kreditor untuk menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas yang akan diterima di masa datang. Investor, kreditor, dan pembuat keputusan lainnya akan berusaha mendapatkan informasi mengenai arus kas perusahaan di masa datang. Informasi ini dapat mereka peroleh melalui laporan yang dihasilkan perusahaan. Basis akrual menyediakan informasi ini dengan melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan aktifitas earning. Basis akrual merupakan salah satu asumsi dasar penyusunan laporan keuangan. Basis ini mengakui pendapatan saat diperoleh dan membebankan pendapatan tanpa mempertimbangkan waktu pembayaran diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain, basis akrual membantu memprediksi arus kas masa depan dengan melaporkan transaksi dan kejadian dengan konsekuensi kas yang diterima saat transaksi atau kejadian terjadi, bukan saat kas diterima atau dibayar. Piutang dan utang merupakan akun utama yang menjadi indikator estimasi untuk arus kas masuk dan keluar masa depan. Keberadaan akrual penting untuk suatu laporan keuangan. Akrual merupakan komponen utama pembentuk laba. Secara teknis, akrual merupakan perbedaan antara kas dan laba.


(40)

3. Efektivitas Komite Audit

Menurut Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Pembentukan Komite Nasional Good Corporate Governance di Indonesia menegaskan peran komite audit. Peran dan tanggung jawab komite audit dituangkan dalam charter komite audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu financial reporting, corporate governance, dan

risk and control management.

SEC (Security of Exchange and Commision) mengindikasikan bahwa komite audit memiliki peran penting dalam sistem pelaporan keuangan dengan melakukan pengawasan kegiatan manajemen dan auditor dalam proses pelaporan keuangan (SEC, 1999 dalam Bryan et al., 2004). Perusahaan publik diwajibkan membentuk komite audit sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012.

Bryan et al. (2004) menyatakan bahwa tanggung jawab komite audit adalah melakukan penunjukkan terhadap auditor eksternal dan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan, berinteraksi dengan manajer keuangan internal dan auditor internal dan mereview pengendalian internal perusahaan. Komite audit membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Anderson et al.,

2003). Komite Audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan


(41)

pelaksanaan tugasnya, dan bekerja sama dengan auditor internal dalam melakukan pengawasan (BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012).

Klein (2006) menyebutkan bahwa area penyelidikan komite audit mencakup penilaian manajemen, estimasi akuntansi, penyesuaian audit, ketidaksepahaman manajemen dan auditor eksternal, dan transaksi antara perusahaan dan karyawan. Komite audit juga meneliti masalah hukum dan peraturan pemerintah karena mereka berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan dan untuk menilai profil risiko kegiatan perusahaan dan pengendalian internal. Komite Audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal (Bradbury, Mak dan Tan, 2004 dan Klein, 2006). Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat antara manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Dye, 1988; Atle dan Nalebuff, 1991 dalam Bradbury et al, 2004). Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan (Anderson et al. 2003).

Price Waterhouse (1980) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit memberi kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan dengan meningkatkan integritas dan kredibilitas melalui: (1) Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum.


(42)

(2) Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Bryan et al. (2004) menekankan peran komite audit dalam pengawasan pada kegiatan pelaporan keuangan, terutama dalam penyusunan laba di perusahaan dengan melihat independensi dan efektivitas komite audit.

Penelitian yang pernah ada sebelumnya menyarankan ukuran komite audit, independensi, keahlian dan jumlah rapat komite audit mempengaruhi efektivitas komite audit dalam melakukan pengawasan atau monitoring (DeZoort dan Salterio, 2001; Klein, 2002; Siregar and Utama, 2008; Metawee, 2013 dalam Soliman dan Ragab, 2014).

a. Ukuran Komite Audit

Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik (Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643/BL/2012). Untuk membuat komite audit yang efektif dalam pengendalian dan pemantauan atas kegiatan pengelolaan perusahaan, komite harus memiliki anggota yang cukup untuk melaksanakan tanggungjawab (Kristanti dan Syafrudin, 2012). Jumlah anggota komite audit yang harus lebih dari satu orang ini dimaksudkan agar komite audit dapat mengadakan rapat dan bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota komite audit memiliki pengalaman tata kelola perusahaan dan pengetahuan keuangan yang berbeda-beda (Kristanti dan Syafrudin, 2012).


(43)

Anderson et al. (2003) menemukan bahwa ukuran komite audit yang lebih kecil memiliki efektivitas yang lebih besar dan dapat meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Menurut teori ketergantungan sumber daya, efektivitas komite Audit meningkat ketika ukuran komite meningkat, karena komite memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan (Kristanti dan Syafruddin, 2012). Oleh karena itu, diharapkan keberadaan komite audit yang efektif dapat membantu dalam meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan.

b. Jumlah Rapat Komite Audit

Untuk menentukan efektivitas komite audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan, Hrici (2010) dalam Salehi, Zanjirdar dan Zarei (2012) menggunakan aktivitas atau jumlah rapat komite audit sebagai salah satu faktornya. Forum for Corporate Governance in Indonesia

(FCGI) mewajibkan komite audit untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali dalam satu tahun (Kristanti dan Syafrudin, 2012). Efektivitas Komite Audit dalam melaksanakan peran pengawasan atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal memerlukan rapat rutin yang akan membantu komite audit dalam memeriksa sistem pengendalian internal, dan dalam hal menjaga informasi manajemen (McMullen dan Raghunandan, 1996 dalam Kristanti dan Syafrudin, 2012).

Klein (2006) menemukan bahwa frekuensi pertemuan atau rapat komite audit dapat membantu meningkatkan kualitas informasi laba.


(44)

Collier dan Gregory (1999) dalam Kristanti, et.al., (2012) mengungkapkan bahwa komite audit yang menyelenggarakan jumlah rapat yang lebih sering memberikan mekanisme pengawasan dan pemantauan kegiatan keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan informasi keuangan perusahaan. Dengan melakukan rapat secara periodik, komite audit dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen karena aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus menerus dan terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi dan diselesaikan dengan baik oleh manajemen.

Sharma (2009) dalam Barua (2010) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat frekuensi pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kurang berkualitas. Treadway Commission (National Commission on Fraudulent Financial Reporting, 1987), Public Oversight Board (1993),

SEC Chairman Levitt (1998) dan the Blue Ribbon Committee (BRC, 1999) dalam (Barua, 2010) menyarankan agar komite audit sering melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk komunikasi yang lebih baik antara anggota komite audit dan auditor (eksternal dan internal) dan memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya.


(45)

c. Keahlian Akuntansi Komite Audit

Tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses keuangan perusahaan, maka sangat penting untuk mempercayai bahwa anggota komite audit dengan keahlian keuangan (terutama keahlian akuntansi) memiliki sarana yang lebih efektif untuk memonitor manajemen praktek pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Temuan dari studi akademik yang ada umumnya mendukung prediksi dan menemukan bahwa kehadiran anggota komite audit dengan keahlian keuangan secara positif terkait dengan kualitas pelaporan keuangan. Misalnya, Carcello dan Neal (2006) dalam Kusnadi (2015) menemukan bahwa audit independen anggota komite dengan keahlian akuntansi dan beberapa jenis non-akuntansi keahlian keuangan yang paling efektif dalam mengurangi manajemen laba.

Melalui pengendalian internal yang lemah sebagai ukuran kualitas pelaporan keuangan, Zhang dan Zhou (2007) menemukan bahwa perusahaan lebih mungkin untuk diidentifikasi dengan kelemahan pengendalian internal jika komite audit mereka memiliki sedikit keahlian akuntansi keuangan dan keahlian non-akuntansi keuangan. Namun, dua studi terbaru menemukan hasil bertentangan tentang peran keahlian akuntansi dan keahlian non-akuntansi.

Krishnan dan Visvanathan (2008) meneliti komposisi audit komite untuk sampel dari S & P 500 perusahaan, menemukan bahwa hanya akuntansi keahlian keuangan, bukan-akuntansi non keahlian keuangan,


(46)

yang positif terkait dengan konservatisme, sifat dasar laporan keuangan. Di sisi lain, Goh (2009) dalam Kusnadi, et.al. (2015), menemukan bahwa hanya non-akuntansi keahlian keuangan, bukan selain akuntansi keahlian keuangan, berhubungan positif dengan ketepatan waktu perusahaan diremediasi kelemahan material dalam pengendalian internal. Selain itu komite audit harus memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.

4. Ukuran Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ukuran diartikan sebagai: (1) Hasil mengukur; (2) panjang lebar, luas, besar sesuatu (3) bilangan yang menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda; (4) Alat untuk mengukur (seperti meter, jengkal,dll). Soemarso (2004) dalam Fajri (2013), ukuran perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size nilai pasar saham, jumlah karyawan dan lain-lain. Menurut Machfoedz (1999) dalam Fajri (2013), pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu: perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi


(47)

kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Secara teoritis, perusahaan yang lebih besar biasannya memiliki kepastian (certainty) dan tingkat return yang lebih besar pula daripada perusahaan yang relatif kecil sehingga mengurangi ketidakpastian atau risiko mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga hal tersebut dapat membantu para investor dalam memprediksi risiko yang mungkin akan terjadi jika investor tersebut berinvestasi pada perusahaan tersebut. Firt dan Smit (1992) dalam Fajri (2013) menjelaskan alasan perusahaan besar mampu lebih baik adalah karena memiliki kontrol yang lebih baik terhadap pasar. Dengan demikian mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi atau rentan terhadap fluktuasi ekonomi.

5. Leverage

Financial leverage adalah pembiayaan sebagian asset perusahaan melalui hutang dengan tingkat pengembalian yang nilainya tetap yang diharapkan akan meningkatkan laba para investor (Keown, 2000). Menurut Supriadi (2010),

leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Kurniawati (2015) menyatakan financial leverage dapat meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan khususnya laba para investor. Tingkat leverage sendiri menggambarkan tingkat kemampuan bertahan hidup perusahaan dilihat dari sisi jangka panjang. Konsep leverage keuangan juga mengacu pada jumlah pendanaan utang dalam struktur modal perusahaan

Menurut Sawir (2008) rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi


(48)

segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Rasio leverage merupakan rasio yang memperlihatkan tingkat aktifitas perusahan yang dibiayai dari penggunaan utang. Perusahaan yang tingkat leveragenya tinggi berarti perusahaan tersebut sangat bergantung dari hutang dari pihak luar untuk membiayai aktifitasnya.

Leftwitch, Watt dan Zimmerman (1981) dalam Karami dan Akhgar (2014) menunjukkan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki biaya yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui & Karpik, 1989 dalam Anugerah, 2010). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi).

Dengan demikian mewakili lebih banyak permintaan untuk pengawasan. Oleh karena itu, kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan struktur pendanaan perusahaan. Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran (Cohen, 2003 dalam Karami dan Akhgar, 2014 ).

Teori agensi juga sangat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara rasio utang terhadap modal perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan. Ketika


(49)

rasio utang terhadap kenaikan modal, transfer kekayaan dilakukan dari pihak yang diutamakan (kreditur, pemilik obligasi dan saham istimewa dari perusahaan) ke seluruh pemegang saham perusahaan. Financial leverage dapat diukur dengan

degree of financial leverage (DFL), debt ratio (DR), total debt to equity ratio

(DER), dan time interest earned ratio (TIER).

B. Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini


(50)

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Sebelumnya

No Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Andrew J. Felo, Srinivasan

Krishnamurthy, Steven A. Soleiri (2003)

Audit Committee Characteristics and the Perceived Quality of Financial Reporting: An Empirical Analysis Ukuran Komite Audit, Keahlian Akuntansi Komite Audit, Kualitas Laporan Keuangan Jumlah Rapat Komite Audit

Persentase anggota komite audit yang memiliki keahlian di bidang akuntansi atau manajemen keuangan berhubungan positif dengan kualitas pelaporan keuangan. Hubungan positif antara ukuran komite audit dan kualitas pelaporan keuangan. 2. Sugeng Pamudji

dan Aprillya Trihartati (2010)

Pengaruh Independensi Dan Efektivitas Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Jumlah Rapat Komite Audit Ukuran Komite Audit, Keahlian Akuntansi Komite Audit

Perilaku komite audit tidak berdampak secara signifikan pada earnings management

3. Husam Aldamen, Keith Duncan, Simone Kelly, Ray McNamara dan Stephan Nagel (2011)

Audit Committee

Characteristics and Firm Performance during the Global Financial Crisis

Ukuran Komite Audit, Jumlah Rapat Komite Audit dan Keahlian Keuangan Komite Audit Kualitas Laporan Keuangan

Komite audit yang lebih kecil dengan lebih banyak

pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar.


(51)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

4. Nina Pertiwi (2012) Hubungan Antara Performa Komite Audit dengan Earnings Quality

Ukuran Komite Audit, Jumlah Rapat Komite Audit Kualitas Laporan Keuangan, Keahlian Akuntansi Komite Audit

Performa komite audit yang dinilai dengan independensi memiliki pengaruh negatif signifikan dengan earning restatements

5. Eni Wuryani (2012) Company Size In Response To Earnings Management And Company Performance Ukuran Perusahaan Ukuran, Jumlah Rapat, Keahlian Keuangan Komite Audit, Kualitas Laporan Keuangan

Ada pengaruh signifikan dan positif variabel ukuran perusahan terhadap earning management

6. Shehu Usman Hassan (2013)

Financial Reporting Quality, Does Monitoring Characteristics Matter? An Empirical Analysis of Nigerian Manufacturing Sector.

Ukuran Komite Audit, Jumlah Rapat Komite Audit, Kualitas Laporan

Keuangan,

Leverage

Keahlian Akuntansi Komite Audit, Ukuran

Perusahaan

Komite audit menyiratkan karakteristik pemantauan yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan.


(52)

Tabel 2.1 (lanjutan)

No. Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Persamaan Metodologi Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian

7. Nurul Mutmainnah dan Ratna

Wardhani (2013)

Analisis Dampak Kualitas Komite Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi

Ukuran Komite Audit, Jumlah Rapat, Keahlian Akuntansi

Komite Audit dan Leverage

Ukuran perusahaan

Keahlian komite audit di bidang keuangan meningkatkan persistensi dan prediktabilitas laba. Ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi dan berpengaruh negatif terhadap prediktabilitas laba dan konservatisme. Jumlah rapat anggota komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi, prediktabilitas laba, dan konservatisme.

8. Afshar Karami dan Mohammadomid Akhgar (2014)

Effect of Company’s Size and Leverage Features in The Quality of Financial Reporting of Companies Listed in Tehran Stock Exchange

Ukuran

Perusahaan dan

Leverage

Ukuran, Jumlah Rapat dan Keahlian

Akuntansi Komite Audit

Ukuran Perusahaan berpengaruh negative terhadap kualitas laporan keuangan.

Leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.


(53)

Tabel 2.1 (lanjutan)

No. Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

9. Yuanto Kusnadi, Kwong Sin Leong, Themin Suwardy, Jiwei Wang (2015)

Audit Committees and Financial Reporting Quality in Singapore

Ukuran Komite Audit dan Keahlian

Akuntansi Komite Audit

Jumlah rapat komite audit, ukuran

perusahaan,

leverage

Kualitas pelaporan keuangan akan lebih bernilai tinggi jika komite audit memiliki keahlian dalam akuntansi, keuangan dan pengawasan


(54)

Variabel Independen Efektivitas Komite Audit

Variabel Dependen

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Terjadinya skandal laporan keuangan dengan pelaporan keuangan yang menyesatkan

2. Jumlah Rapat (X2)

(Aldamen et.al, 2011) (Pamudji et.al, 2010) (Hassan, 2013)

Kualitas Laporan Keuangan (Y) (Choi, et al.) (2011) (Hassan) (2013)

(Kusnadi, et al.) (2015)

Purposive Sampling

Regresi Berganda

Uji Asumsi Klasik Koefisien Determinasi (AdjR2) 1. Uji Multikolinearitas Uji Hipotesis

2. Uji Autokorelasi 1. Uji F 3. Uji Heterokedastisitas 2. Uji t

Pembahasan

1. Ukuran Komite Audit (X1)

(Felo et.al, 2003) (Aldamen et.al,

2011) (Mutmainnah et.al, 2013)

3. Keahlian Akuntansi Komite Audit (X3)

(Aldamen et.al, 2011) (Badolato,

et.al, 2014) (Kusnadi, et.al, 2015)

4. Ukuran Perusahaan (X4)

(Karami dan Akhgar, 2014) 5. Leverage (X5)


(55)

D. Keterkaitan Antara Variabel

1. Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Anderson et al. (2003) menemukan bahwa semakin kecil komite audit maka akan semakin meningkat kualitas laba yang dilaporkan. Penelitian Felo, et al. (2003) menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran komite audit dan kualitas laporan keuangan. Sementara, menurut Hassan (2013), komite audit yang lebih besar lebih mungkin untuk dapat mencurahkan waktu dan usaha yang cukup untuk memastikan bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dan karenanya meningkatkan kualitas pelaporan keuangan.

Lin dan Yang (2006) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota komite audit dalam sebuah perusahaan, maka kesalahan dalam laporan keuangan akan semakin kecil. Dengan semakin banyaknya anggota komite audit dalam suatu perusahaan, cakupan dalam aspek monitoring terhadap risiko-risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih baik. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas laporan keuangan.

2. Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Treadway Commission (National Commission on Fraudulent Financial Reporting, 1987), Public Oversight Board (1993), SEC Chairman Levitt

(1998) , dan The Blue Ribbon Committee (BRC, 1999) menyarankan agar komite audit sering melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk


(56)

komunikasi yang lebih baik antara anggota komite audit dan auditor. Hal ini memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya (Barua, 2010). Bryan et al. (2004) menemukan bahwa efektivitas atas komite audit direkomendasikan untuk meningkatkan pengawasan komite audit dari proses pelaporan laporan keuangan dan menyarankan elemen Sarbanes-Oxley Act untuk meningkatkan kualitas laba.

Menon dan William (1994) dalam Hassan (2013) menyatakan komite audit yang bertemu hanya sekali tidak mungkin memonitor secara efektif sementara komite audit yang bertemu beberapa kali mengerahkan upaya yang lebih serius dalam pengelolaan pemantauan yang meningkatkan kualitas informasi keuangan yang akan dilaporkan. Penelitian Tiras (2004) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013) menyatakan bahwa komite audit yang mengadakan rapat atau pertemuan secara teratur akan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan. Jumlah rapat ini memproksikan monitoring. Semakin tingginya intensitas rapat yang dilakukan oleh komite audit, maka kualitas monitoring yang dijalankan semakin baik dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan.

3. Pengaruh Keahlian Akuntansi Komite Audit terhadap Kualitas Laporan

Keuangan

Kusnadi, et. al (2015) menyatakan salah satu tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses keuangan perusahaan, maka anggota komite audit yang memiliki keahlian keuangan (terutama keahlian akuntansi)


(57)

tentunya lebih efektif dalam memonitor manajemen dalam praktek pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Sementara, Aldamen, et al. (2011) menyatakan komite audit yang memiliki lebih banyak pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar.

Anggota komite audit seharusnya memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keuangan dan akuntansi. Hal ini diharapkan agar komite audit dapat memperbaiki pengerjaan kualitas laporan keuangan (Salehi, et.al, 2012). Zhang et al. (2007) menggunakan kelemahan pengendalian internal sebagai ukuran kualitas pelaporan keuangan menemukan bahwa perusahaan lebih mungkin memiliki kelemahan pengendalian internal jika komite audit mereka memiliki keahlian keuangan. Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa komite audit dengan tingkat keahlian di bidang akuntansi dan keuangan akan berpengaruh positif terhadap kualitas informasi keuangan yang disajikan perusahaan (McDaniel, 2004) dalam Mutmainnah dan Wardhani (2013)

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Chtourou dan Courteau (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan di Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil. Sedangkan penelitian di Indonesia oleh Siregar dan Utama (2006) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logaritma nilai pasar


(58)

ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil besaran pengelolaan labanya.

Berbeda dengan penelitan yang sebelumnya, Nasution dan Setiawan (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

5. Pengaruh leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Peningkatan leverage akibat aktivitas pinjaman mungkin berdampak terhadap earnings management behavior. Makin lama perusahaan memungkinkan makin kecilnya diskresi dalam kualitas pelaporan keuangan dan akan mempunyai sedikit variabilitas dalam akrual (Gu et.al, 2002 dalam Fanani, 2009). Manajer memiliki insentif laporan keuangan yang berkualitas tinggi seiring dengan peningkatan konflik agensi antara shareholder dengan

debtholder yang timbul dari jumlah leverage pada struktur modal perusahaan (Barton dan Waymire, 2004 dalam Hidayat, 2012).

Besarnya leverage perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata investor dan auditor. Dengan kinerja yang baik tersebut maka diharapkan kreditor tetap memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, tetap mudah mengucurkan dana, dan perusahaan akan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran (Cohen, 2003). Penelitian Karami dan Akhgar (2014) menunjukkan bahwa


(59)

6. Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Komite audit yang efektif melalui ukuran, jumlah rapat dan keahlian akuntansi dapat meningkatkan fungsi pengawasannya terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan. Adanya pengawasan ini juga dapat mengontrol arus kas pada laporan keuangan untuk menciptakan persistensi laba yang baik, sehingga tingkat ketergantungan perusahaan pada hutang (leverage) tidak terlalu tinggi. Jika tingkat leverage perusahaan tidak terlalu tinggi, maka kestabilan perusahaan dapat tercapai. Perusahaan yang stabil umumnya merupakan perusahaan besar yang mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan demikian, efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage secara simultan dapat meningkatkan kualitas laba, yang berarti meningkatkan kualitas laporan keuangan.


(60)

E. Hipotesis

Adapun perumusan hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut : H1 : Ukuran komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan H2 : Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan

H3 : Keahlian akuntansi komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. H5 : Leverage berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan

H6 : Ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi

__komite audit, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh secara


(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, keahlian akuntansi komite audit, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap variabel dependen, yaitu kualitas laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan di sektor real estate property

dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan metode tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel dipilih atas dasar kriteria sebagai berikut:

1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor real estate, property dan konstruksi yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia dan tidak mengalami delisting pada 2010-2014.


(62)

2. Laporan tahunan yang dipublikasikan tersedia lengkap periode 2010-2014

3. Laporan tahunan yang dipublikasikan memiliki informasi yang konsisten (mencantumkan jumlah pertemuan komite audit dalam setahun) pada periode 2010-2014

4. Laporan tahunan yang tersedia mengungkapkan profil komite audit secara lengkap.

C. Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan salah stau faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data bersumber dari laporan tahunan, laporan keuangan auditan dan Indonesia Capital Market Directory perusahaan real estate, property dan konstruksidalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2014 yang telah dipublikasikan secara lengkap.


(63)

Data dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari sumber data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan penghitungan. Data-data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id dan website perusahaan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS 21. Analisis ini menggunakan teknik statistik deksriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji statistik. Adapun metode yang digunakan peneliti yaitu:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, dan range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian (Imam Ghozali, 2013:19).


(64)

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebelum melakukan uji asumsi klasik lainnya. Hal ini dikarenakan data yang baik dan layak untuk digunakan adalah data yang berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah didalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau mendekati mormal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2013:30).

Penelitian ini mengunakan Uji Statistik Kolomogorov Sminorv untuk mengetahui normal atau tidaknya data. Data dikatakan normal jika nilai probabilitas yang dihasilkan (asymp sig.) lebih besar dari nilai siginifikansinya. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%.

b. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multiko).


(65)

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Imam Ghozali, 2013:105).

Menurut Ghozali (2013:105) multikolinearitas dapat juga diihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang disajikan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Setiap analisis harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2013:110). Uji autokorelasi dilakukan dengan Durbin Watson (DW test)

Menurut Ghozali, pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :


(1)

No

KODE

TAHUN ACSIZE ACMEET

AC_MEE

T (Range)

ACCT

FSIZE

LEV

FRQ

2011

3

4

1

1

29.65

0.58

-0.24

2012

3

4

1

1

30.01

0.58

1.30

2013

3

4

1

1

30.20

0.55

-0.16

2014

3

5

1

1

30.84

0.52

0.27

22. SMDM

2010

3

2

1

0

26.73

0.15

-0.27

2011

3

2

1

0

26.98

0.16

-0.27

2012

3

2

1

0

27.36

0.19

-0.24

2013

3

2

1

0

27.36

0.27

-0.30

2014

3

4

1

0

27.11

0.30

-0.23

23. SMRA

2010

3

4

1

1

29.64

0.62

0.78

2011

3

4

1

1

29.77

0.62

2.00

2012

3

4

1

1

30.25

0.64

-0.08

2013

3

4

1

1

30.05

0.66

0.19

2014

3

4

1

1

30.72

0.61

0.34

24. SSIA

2010

3

4

1

1

27.72

0.60

0.12

2011

3

4

1

1

28.85

0.95

-0.01

2012

3

8

2

1

29.26

0.66

0.31

2013

3

8

2

1

28.60

0.55

0.70

2014

3

8

2

1

29.25

0.49

-0.08

25. TOTL

2010

3

7

2

1

27.49

0.62

0.13

2011

3

4

1

1

27.60

0.64

-0.10

2012

3

2

1

1

28.75

0.66

0.38

2013

3

2

1

1

28.16

0.63

0.08

2014

3

10

2

1

28.97

0.67

-0.43


(2)

Keterangan

ACSIZE

: Ukuran Komite Audit

ACMEET

: Jumlah Rapat Komite Audit

FSIZE

: Ukuran Perusahaan

LEV

:

Leverage


(3)

LAMPIRAN 3

HASIL PENGOLAHAN

DATA


(4)

LAMPIRAN 3 : Hasil Pengolahan Data menggunakan SPSS 21

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ACSIZE 125 2.00 4.00 2.9680 .25196 AC_MEET 125 1.00 4.00 1.4880 .76849 ACCT 125 .00 1.00 .6800 .46835 FSIZE 125 23.54 30.84 28.2576 1.47533 LEV 125 .07 .85 .4812 .18031 FRQ 125 -3.48 3.93 .0006 .98825 Valid N (listwise) 125

UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .336a .113 .076 .95015 2.016

a. Predictors: (Constant), LEV, ACCT, ACSIZE, FSIZE, AC_MEET b. Dependent Variable: FRQ

Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 13.671 5 2.734 3.029 .013b

Residual 107.431 119 .903 Total 121.102 124

a. Dependent Variable: FRQ


(5)

Uji t dan UJI MULTIKOLONIEARITAS

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -3.778 1.926 -1.961 .052

ACSIZE .721 .347 .184 2.077 .040 .952 1.050 AC_MEET -.318 .122 -.247 -2.604 .010 .829 1.207 ACCT -.367 .192 -.174 -1.913 .058 .902 1.109 FSIZE .076 .060 .114 1.267 .208 .919 1.088 LEV .416 .510 .076 .815 .417 .860 1.163 a. Dependent Variable: FRQ

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 125

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .92457853 Most Extreme Differences Absolute .092 Positive .079 Negative -.092 Kolmogorov-Smirnov Z 1.033 Asymp. Sig. (2-tailed) .236 a. Test distribution is Normal.


(6)

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .788 1.304 .605 .547 ACSIZE .204 .235 .077 .868 .387 AC_MEET .192 .083 .222 2.320 .022 ACCT -.082 .130 -.058 -.631 .529 FSIZE -.045 .041 -.099 -1.092 .277 LEV .578 .346 .157 1.672 .097 a. Dependent Variable: AbsFRQ


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Kebijakan Dividen terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

5 151 91

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 72 116

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 102 103

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

1 49 102

Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kinerja Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 89

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 50 111

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

1 76 98

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008-2011

0 43 88

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014

0 14 135