Uji Asumsi Klasik ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

commit to user karena data penelitian telah terdistribusi normal, maka data dapat digunakan dalam pengujian dengan model regresi berganda. Berikut disajikan hasil uji normalitas data setelah dilakukan proses outlier data. Tabel IV. 4 Hasil Uji Normalitas Data Setelah Outlier Data Unstandardized Residual N 125 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 2.38657083 Most Extreme Differences Absolute .099 Positive .099 Negative -.056 Kolmogorov-Smirnov Z 1.108 Asymp. Sig. 2-tailed .172 a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil pengolahan data

D. Uji Asumsi Klasik

Hasil dari pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut ini.

a. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor VIF dengan kriteria, jika tolerance value 0,01 dan VIF 10 maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value 0,01 atau VIF 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. commit to user Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value inflating factor untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih kecil dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model- model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas atau seluruh variabel dalam model-model penelitian ini homokedastisitas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel IV.5 berikut ini. Tabel IV. 5 Hasil Uji Multikolinieritas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF LN_SIZE .718 1.392 LEV .940 1.064 LOSS .850 1.177 GROWTH .926 1.080 MANOWN .892 1.122 INSTOWN .851 1.175 AC .662 1.511 INDP .801 1.248 COMPET .852 1.174 ACSIZE .605 1.654 Sumber : Hasil pengolahan data

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu time series atau hubungan antara tempat yang berdekatan cross sectional. Pada penelitian ini menggunakan alat uji runs test. Dari pengujian ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak didasarkan commit to user pada nilai asymp.sig dalam runs test. Apabila asymp. sig. lebih besar dari 5, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5 maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini disajikan hasil uji runs test untuk mengindikasikan asumsi autokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel IV. 6 Hasil Uji Autokorelasi Unstandardized Residual Test Value a -.37544 Cases Test Value 62 Cases = Test Value 63 Total Cases 125 Number of Runs 62 Z -.269 Asymp. Sig. 2-tailed .788 a. Median Sumber : Hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai asymp. sig dalam runs test adalah 0,788 yang lebih besar dari 0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi di dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali, 2009. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam model, digunakan uji Glejser seperti Tabel IV. 7 commit to user Tabel IV. 7 Hasill Uji Heteroskedastisitas Model Sig. Kriteria Keterangan Constant .622 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas LN_SIZE .947 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas LEV .130 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas LOSS .934 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas GROWTH .494 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas MANOWN .757 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas INSTOWN .080 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas AC .077 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas INDP .505 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas COMPET .499 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas ACSIZE .052 α 5 Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber : Hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa probabilitas sig dalam tiap model regresi yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 atau 5 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam semua model regresi penelitian ini. Cara lain untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan Ghozali, 2009 adalah sebagai berikut ini. 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. commit to user Hasil uji heteroskedastisitas melalui grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini. Gambar IV. 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas

E. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 103 106

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

14 239 98

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

1 76 98

Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Analisis Laporan Tahunan Perusahaan Real Estate Property dan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014)

0 9 116

PENGARUH LEVERAGE, RUGI PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT, KEAHLIAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT.

1 6 31

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT, KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 78

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bu

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 9

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bu

0 1 20

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 74