BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan yang diharapkan oleh semua manusia sebagai insan di dunia ini adalah kesejahteraan. Baik masyarakat yang tinggal di kota ataupun yang tinggal
di desa, semua mengharapkan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan bathin. Akan tetapi, dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia
tak selamanya dalam keadaan sejahtera. Pasang surut kehidupan membuat manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera dan
meningkatkan kualitas hidup mereka. Manusia sebagai insan dan sumber daya pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional diarahkan untuk mengedepankan pembangunan kualitas
hidup manusia. Artinya, faktor pembangunan kualitas hidup manusia menjadi pokok perhatian di semua bidang pembangunan. Pembangunan kualitas hidup
manusia merupakan upaya terus-menerus yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik
1
Berdasarkan hasil sensus 2010 jumlah penduduk Indonesia dewasa ini mencapai 220 juta orang, dimana jumlah kaum perempuan kurang lebih sekitar
.
1
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
49,8 dari total jumlah penduduk Indonesia dan mereka merupakan separuh pemanfaat dan pelaku pembangunan. Kalau kualitas perempuan terus merosot,
Indeks Pembangunan Manusia IPM Indonesia pun akan terus memprihatinkan. Apabila kualitas hidup perempuan dapat ditingkatkan maka IPM kita pun akan
meningkat
2
Peningkatan kualitas kehidupan perempuan dan anak sangat diperlukan karena kualitas kehidupan perempuan masih jauh lebih rendah dari pada laki-laki.
Demikian pula halnya dengan anak, yang merupakan generasi penerus, perlu ditingkatkan kesejahteraan dan pelindungannya. berbagai permasalahan masih
dihadapi, seperti masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih adanya kesenjangan pencapaian hasil pembangunan antara perempuan
. Upaya pembangunan ini ditujukan untuk kepentingan seluruh penduduk
tanpa membedakan jenis kelamin tertentu. Peningkatan kualitas hidup manusia yang disesuaikan dengan keberagaman aspirasi dan hambatan kemajuan
keseluruhan kelompok masyarakat akan dapat menjamin keberhasilan pembangunan. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kelompok penduduk
yang tertinggal dalam pencapaian kualitas hidup. Ketertinggalan ini disebabkan oleh berbagai persoalan pelik yang seringkali saling berkaitan satu dengan
lainnya. Persoalan paling penting yang menghalangi upaya peningkatan kualitas hidup yang setara adalah pendekatan pembangunan yang mengabaikan isu tentang
kesetaraan gender dan pemenuhan hak anak.
2
BPS Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
dan laki-laki, yang tercermin dari masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan ke layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi,
dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur Kualitas Hidup
Perempuan dan Anak ialah pendidikan. Angka partisipasi sekolah APS anak usia 7–12 tahun, 13–15 tahun, dan 16–18 tahun masing-masing 96,77 persen,
83,49 persen, dan 53,48 persen. Pada tahun 2003, anak usia 3–4 tahun dan 5–6 tahun yang mengikuti pendidikan anak usia dini masing-masing hanya sekitar
12,78 persen dan 32,39 persen. Di samping itu, fasilitas dan layanan pendidikan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
danatau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa belum tersedia secara memadai
3
Keberlanjutan sebuah peradaban manusia sangat bergantung pada pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat, bangsa dan negara. Dalam realitasnya
memang berhubungan erat antara perkembangan pendidikan dengan kemajuan sebuah bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan menjadi esensial dalam
pembentukan karakter manusia dan peradaban .
4
Paulo Freira dalam Miarso, seorang ahli pendidikan Brasil berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia, tujuan pendidikan
. Untuk melihat hakikat dan esensi pendidikan perlu dikemukakan berbagai pandangan dan pendapat para ahli.
3
Untuk-nkri.orgpeningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-dan-perlindungan anakdi unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53
4
Remiswal. 2013. Mengungah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal:8.
Universitas Sumatera Utara
adalah pembebasan permanen. Pembebasan permanen ini berlangsung dua tahap: 1 tahap kesadaran akan penindasan, dan 2 membangun kemantapan dengan
aksi budaya yang membebaskan
5
Mansoer Fakih seperti dikutip salim mengemukakan pendapat yang sama dengan Paulo Freira, bahwa pendidikan merupakan proses perkembangan siswa
meraih kemajuan. Pendidikan sebagai gerakan yang menjadi acuan peningkatan prestasi dan arena kompetensi pertumbuhan antar pribadi. Pendidikan adalah
gerakan yang lepas, tidak terkait dengan lembaga atau dikaitkan dengan kekuasaan power yang memberinya legitimasi formal. pendidikan merupakan
gerakan humanis yang bertujuan memperbaiki peradaban manusia secara umum. Ia menjadi ideologi yang harus dianut setiap orang dimulai dari lingkup keluarga,
komunitas dan masyarakat, diupayakan sebagai gerakan massal yang menjadi acuan dari kehidupan manusia seluas-luasnya
.
6
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 jelas dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada pasal
ke empat berbunyi, Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
.
5
Ibid.
6
Ibid. Hal 9
Universitas Sumatera Utara
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Artinya pendidikan untuk laki-laki dan perempuan.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas tahun 2004 menunjukkan bahwa penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidakbelum pernah
sekolah jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki 10,90 persen berbanding 4,92 persen. Penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang buta aksara 11,71
persen, sedangkan penduduk laki-laki yang buta aksara 5,34 persen. Penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang buta aksara di daerah perdesaan jauh lebih
besar dari pada perkotaan 15,42 persen berbanding 6,99 persen
7
. jika dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 86,03 persen
8
Subordinasi terhadap perempuan tidak hanya terjadi dibidang pendidikan saja akan tetapi juga dirasakan perempuan hingga dunia publik. Dalam bidang
politik menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di lembaga legislatif masih rendah. Keterwakilan perempuan di DPR RI sekitar 11,6 persen dan di DPD
sekitar 19,8 persen . Data ini menunjukkan bahwa
perempuan masih mengalami subordinasi. Subordinasi adalah anggapan posisi salah satu pihak berada dibawah atau menjadi tidak penting dibanding pihak lain.
Perempuan tersubordinasi dari laki-laki berarti perempuan mempunyai posisi tidak penting dibandingkan laki-laki, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
dikonstruksi secara sosial.
9
7
Ibid.
8
Ibid.
9
Komisi Pemilihan Umum KPU tahun 2004
. Ditegaskan oleh H. Moore bahwa salah satu ciri yang penting dari kedudukan perempuan dalam masyarakat ialah mereka adakalanya
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kekuasaan politik tetapi tidak mempunyaai kekuatan, legitimasi dan otoritas. Dalam banyak sistem politik didunia sekarang ini, perempuan
mempunyai kekuasaan politik, misalnya mereka mempunyai hak suara. Akan tetapi, mereka kurang memiliki otoritas yang nyata dalam menjalankan kekuasaan
tersebut
10
Disamping persoalan diatas, juga terdapat persoalan kekerasan. Kekerasan sebenarnya dapat terjadi pada setiap orang dimanapun ia berada. Namun realitas
seringkali memperlihatkan bahwa perempuan cendrung menjadi sasaran dari tindakan kekerasan, baik ditempat kerja, tempat-tempat umum maupun dalam
rumah tangga. Kekerasan terhadap perempuan diartikan sebagai berikut: “ Segenap tindakan fisik atau psikologis yang dapat mengakibatkan kesengsaraan
pada perempuan baik secara fisik maupun psikologis dan seksual, termasuk tindakan pemaksaan dan perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik
terjadi didepan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi’. . Begitupula hal nya dengan tingkat keselamatan ibu melahirkan. Angka
kematian ibu melahirkan masih tertinggi di ASEAN, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup SDKI tahun 2002–2003.
11
Kekerasan terhadap Perempuan tidak hanya terjadi di sektor privat, tetapi juga disektor publik. Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan
salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Meskipun banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain penyusunan Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan RAN-PKTP, pembangunan pusat-
10
Romany, Sihite. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian berwawasan Gender” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 161
11
Rahayu, Relawati.2011. Konsepsi dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: CV. Muara Indah . Hal:13-14
Universitas Sumatera Utara
pusat krisis terpadu di rumah sakit, pembangunan ruang pelayanan khusus RPK di Polda, Polres, dan di pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan
P2TP2 di daerah, serta penyebaran informasi dan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, semua upaya tersebut belum cukup untuk menekan
tingginya tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak. Jumlah kasus kekerasan terus meningkat, yaitu dari sekitar 226 kasus pada tahun 2000
menjadi 655 kasus pada tahun 2003. Dari jumlah kasus tersebut, hampir 50 persen adalah korban kekerasan seksual; sekitar 47 persen korban adalah anak-anak di
bawah usia 18 tahun; dan sekitar 74 persen korban berpendidikan SD hingga SLTA
12
Catatan Tahunan CATAHU Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Komnas Perempuan memuat kasus-kasus kekerasan terhadap
perempuan yang ditangani oleh lembaga-lembaga pengadaan layanan selama satu tahun ke belakang. Angka kekerasan terhadap Perempuan KtP sejak 2010 terus
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan angka yang sangat tinggi terjadi antara tahun 2011 sampai tahun 2012 yang mencapai 35. Berdasarkan data-data
yang terkumpul tersebut jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling menonjol sama seperti tahun sebelumnya adalah KDRTRP yang mencapai angka
11.207 kasus 69. Pada ranah KDRTRP kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik 4.304 kasus 38, menempati peringkat pertama disusul
kekerasan seksual 3.325 kasus 30, psikis 2.607 kasus 23 dan ekonomi 971 .
12
Pusat Krisis Terpadu PKT RS Cipto Mangunkusumo
Universitas Sumatera Utara
kasus 9
13
Kesehatan juga di gunakan sebagai salah satu pengukur kualitas Hidup Perempuan dan Anak. Untuk bidang kesehatan, angka kematian bayi, angka
kematian balita, prevalensi gizi kurang pada anak balita, dan prevalensi gangguan akibat kekurangan yodium GAKY pada anak SD masih tinggi. Hasil Survei
Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga tahun 2003, menyebutkan bahwa status gizi balita buruk di daerah perdesaan sebesar 9,46 persen, lebih tinggi daripada
daerah perkotaan 7,16 persen . Angka ini menunjukkan bahwa perempuan masih menjadi korban
dalam setiap kekerasan di tengah-tengah masyarakat. Dan hal ini juga berkaitan dengan rendahnya tingkat kesehatan perempuan dan anak.
14
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dan meningkat lagi
menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2006 sebesar 1,53, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 0,77, laju
pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,91 pada tahun 2008. Walaupun mengalami peningkatan pada tahun 2006, akan tetapi cenderung kembali menurun
. Hal ini juga didorong oleh rendahnya keamanan dalam penolongan ibu hamil. Berdasarkan Susenas tahun 2004, persentase
penolong persalinan bayi oleh tenaga kesehatan di daerah perdesaan, yaitu 50,8 persen, jauh lebih rendah dari pada di daerah perkotaan, yaitu 82,7 persen.
13
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
14
Untuk-nkri.orgpeningkatan-kualitas-kehidupan-dan-peran-perempuan-serta-kesejahteraan-dan- perlindungan-anakdi unduh pada tanggal 28 oktober 2016 Pukul 11.53.Op. Cit.
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2007 dan tahun 2008. Adapun faktor alami yang dapat mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, tingkat
kematian dan arus urbanisasi. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk pengendalian tingkat kelahiran adalah melalui program keluarga berencana KB,
dan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat, terutama pembangunan social, ekonomi secara menyeluruh
15
Indeks Pembangunan Manusia IPM Kota Medan yang meningkat dari 74,7 ditahun 2004 menjadi 75,6 pada tahun 2006. ternyata belum bisa mengurangi
tingkat pengangguran di Kota Medan yang terus meningkat, pada bulan Agustus 2007 telah mencapai 14,49 persen bilamana kita bandingkan dengan angka
pengangguran di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 13,05 persen dan 12,46 persen pada tahun 2005. terkhusus perempuan karena dianggap sebagai penghasil
tambahan dan tidak perlu bekerja diluar pekerjaan rumah tangga .
16
Mahatma Gandhi jelas mengatakan dalam pidatonya bahwa Kaum perempuan adalah mitra kaum pria yang diciptakan dengan kemampuan-
kemampuan mental yang setara. Kaum perempuan memiliki hak yang penuh untuk berpartisipasi dlam aktivitas- aktivitas kaum pria, dalam detail yang sekecil-
kecilnya. Kaum perempuan juga memiliki hak atas kemerdekaan dan kebebasan yang sama seperti kaum pria. Kaum perempuan berhak untuk memperoleh tempat
tertinggi dalam ruang aktivitas yang dia lakukan, sebagaimana kaum pria dalam .
15
LPDP Kota Medan
16
BPS Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ruang aktivitasnya
17
Tingkat pendidikan untuk tahun 2006, menunjukkan Angka Partisipasi Kasar APK SDMI di Kota Medan sebesar 111,51, sedangkan pada tahun
2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 112,18 dan terus meningkat menjadi 112,85 di tahun 2008. Tingginya nilai APK untuk SDMI di
Kota Medan yang melewati angka 100 dikarenakan adanya penduduk dari kabupatenkota di sekitar Kota Medan yang bersekolah di medan dan hal ini
tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan. Sedangkan untuk nilai APK SMPMTs menunjukkan peningkatan dari 94,53 pada tahun 2006 menjadi
98,36 pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 98,49 pada tahun 2008. Begitu juga untuk nilai APK SMKSMAMA yang mengalami peningkatan dari 81,09
di tahun 2006 menjadi 89,34 tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 89,59 pada tahun 2008
. Begitu juga halnya dengan kesempatan bekerja di rana publik dan mengikuti pendidikan. Kaum Perempuan dan Laki-laki memiliki hak
yang sama.
18
Sedangkan untuk nilai Angka Partisipasi Murni APM SMPMTs selama periode 2006 – 2008 juga mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke
tahun. Begitu juga untuk nilai APM SMKSMAMA yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan mencapai 65,51 pada tahun 2008.
Sementara itu, indikator lain yang menunjukkan kemajuan penyelenggaraan pendidikan adalah angka partisipasi sekolah APS menurut usia sekolah. Jumlah
.
17
Mahatma, Gandi. 2002. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Anggota IKAPI. Hal: 5.
18
Ibid. hal 12
Universitas Sumatera Utara
penduduk usia sekolah di Kota Medan selama periode 2006 – 2008 yang masih sekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia. Pada tahun 2008, untuk
anak usia 7 – 12 tahun yang bersekolah mencapai hampir 100 dan sebesar 96 untuk anak usia 13 – 15 tahun serta untuk usia 16 – 18 tahun yang masih
bersekolah mencapai 81. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah khususnya pada usia 16 – 18 tahun lebih disebabkan karena alasan–alasan
ekonomi
19
Kota Medan menjadi daerah tertinggi dalam hal ini tindakan kekerasan terhadap anak. wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki catatan kasus kekerasan terhadap anak. kasus kekerasan terhadap anak di Sumut pada 2013 yang mencapai 12.679 kasus yang terjadi di 23
kabupatenkota. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.335 kasus atau 52 persen adalah praktik kejahatan seksual terhadap anak, sedangkan sisanya berupa kekerasan
pisik, penelantaran, eksploitasi, dan perdagangan anak. . Hal ini juga memicu tingginya tingkat kekerasan ditengah-tengah
masyarakat Kota Medan.
20
Isu perdagangan perempuan dan anak tidak lagi semata-mata persoalan tindak kejahatan, melainkan terkait erat dengan pelanggaran HAM sebab hak-hak
paling fundamental dari mereka seperti hak mendapatkan kehidupan yang layak, apresiasi terhadap nilai-nilai yang bermartabat telah dilanggar karena terbukti
19
Ibid. hal 13
20
Pokja Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah KPAID Sumut
Universitas Sumatera Utara
mereka diperdagangkan layaknya properti dan dieksploitasi secara seksual dan tenaga kerja, serta diperlakukan semena-mena
21
Data KPAID Sumut menunjukkan, selama periode Januari hingga Desember tahun 2014 telah diterima sebanyak 285 kasus pengaduan pelanggaran
hak anak. Sebanyak 52 persen dari jumlah kasus pelanggaran hak anak tersebut merupakan kasus kekerasan seperti kejahatan seksual, kekerasan fisik,
penelantaran, pembunuhan, perdagangan anak dan selebihnya merupakan penculikan, masalah hak kuasa asuh, hak pendidikan, hak kesehatan serta hak
identitas anak. .
22
Kalau kita bandingkan dengan Kasus Kekerasan Anak di Surabaya yang lebih rendah, khususnya Perdagangan Anak. Berdasarkan Laporan
dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak PPT-P2A Kota Surabaya, Jumlah kasus trafficking pada tahun 2011, terjadi 69 kasus walaupun pada tahun
2012 naik menjadi 85 kasus akan tetapi turun kembali pada tahun 2014 menjadi 36 kasus. Bahkan tahun 2014, tidak ada kasus trafficking anak. Untuk kasus
Kekerasan secara fisik pada anak mencapai 47 kasus.
23
Banyaknya permasalahan diatas membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan. Salah satunya dikeluarkan Instruksi Presiden Inpres Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender PUG dalam Pembangunan Nasional menginstruksikan kepada semua kementerianlembaga
dan pemerintah daerah untuk melaksanakan PUG dan dilanjutkan dengan
21
Op. Cit. Romany, Sihite. 2007. Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan: Suatu Kajian berwawasan Gender”. Hal: 204
22
Kemenkopmk.go.idcontentpeningkatan-kasus-kekerasan-seksual-capai-100 persen, diaskes 11 November 2016 pukul21:27 wib
23
Laporan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Anak PPT-P2A Kota Surabaya
Universitas Sumatera Utara
diintegrasikannya perspektif gender ke dalam perencanaan pembangunan, serta munculnya berbagai kegiatan yang berbasis gender. Tujuannya meningkatkan
kedudukan, peran, dan kualitas perempuan, serta upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dipandang perlu melakukan strategi pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan nasional.
Kebijakan tersebut ditrasformasikan kepada seluruh kota-kota yang ada di indonesia. Salah satunya Kota Medan. Pemerintah Kota Medan berupaya untuk
menetapkan berbagai kebijakan sesuai dengan permasalahan dan tantangan aktual yang terjadi dengan tujuan utama adalah demi kesejahteran masyarakat.
Dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kota Medan BPPKB. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan BPPKB adalah salah satu badan yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan Pemerintah daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana. Didalam lembaga Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan
terdapat beberapa bidang, beberapa diantaranya adalah: Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan yang membawahi Kasubbid Bidang Pengarusutamaan
Gender yang langsung mengurusi Kebijakan Pengarusutamaan Gender PUG Sesuai dengan Instruksi Presiden Inpres Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2000 yang diturunkan kepada Seluruh Pemerintah Daerah yang ada di indonesia. Dan Pemerintah Kota Medan mengeluarkan Peraturan Walikota nomor 34 tahun
2010 tentang Pengarusutamaan Gender tersebut. Serta penguatan program PUG dengan Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak P2TP2A Kota Medan Tahun 2012. Berdasarkan Keputusan Walikota Medan nomor 4361084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A Kota Medan Tahun 2012. Penyusunan Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak. Yang
dimana Setiap kebijakan publik, hanya akan menjadi rentetan catatan, jika tidak di implementasikan. Dalam perumusan dan penetapan kebijakan perlu melibatkan
berbagai stakeholders baik internal pemerintah daerah, eksternal pemerintah LSM, NGO, perguruan tinggi dan masyarakat pakarpraktisi. Dengan berbagai
persepsi dan pemahaman yang berbeda sehingga sering kali membutuhkan waktu yang panjang dalam proses pembahasan kebijakan yang akan diambil.
Kebijakan–kebijakan yang ditempuh harus secara bertahap dan berkesinambungan mampu mendorong alokasi dan distribusi prasarana dan sarana
pelayanan umum lebih berkualitas, lebih merata sehingga dapat diakses masyarakat secara mudah. Dalam rangka peningkatan kualitas hidup perempuan
dan anak, maka penyelenggaraan pemerintahan juga harus dapat direncanakan secara baik. Perencanaan harus diarahkan kepada efisiensi dan efektivitas sumber
daya, sekaligus menetapkan prioritas yang selaras dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Khususnya untuk perempuan dan anak Kota Medan. Maka Analisis
Universitas Sumatera Utara
terhadap kebijakan tersebut sangat dibutuhkan. Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis
permasalahan dengan judul:“Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan”. Kemudian pengkajian di akhiri
dengan meneliti dampak yang dirasakan Perempuan dan Anak di Kota Medan atas kebijakan tersebut?
1.2 Rumusan Masalah