Teori Implementasi dan Bekerjanya Hukum

commit to user 17 otonomi, yang kemudian pemerintah daerah membuat peraturan daerah sebagai kebijakan dalam daerah tersebut. Dalam pelaksanaan kebijakan publik haruslah berhasil, tidak hanya pelaksanaannya saja yang harus berhasil. Akan tetapi tujuan yang terkandung dalam kebijakan publik itu haruslah tercapai, yaitu terpenuhinya kepentingan masyarakat.

2. Teori Implementasi dan Bekerjanya Hukum

Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi sebagaimana yang diungkapkan oleh Charles O. Jones, implementasi diartikan sebagai ”getting the job done” dan ”doing it”. Tetapi dibalik kesederhanaan rumusan yang demikian berarti, bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pada pelaksanaannya, menuntut adanya syarat yang antara lain adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resource. Lebih lanjut Jones merumuskan batasan implementasi sebagai proses penerimaan sumber daya tambahan, sehingga dapat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan. 24 Jadi, implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan penetapan waktu dan pengawasan. Sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier, implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan- kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran, tetapi juga memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada implementasi kebijakan negara. 25 24 Riant Nugroho, op.cit, hlm. 47 25 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 65 commit to user 18 Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut : ”Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals and groups that are directed at the achivement of goals and objectives set forth in prior policy decisions.” Definisi tersebut memberikan makna bahwa implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok pemerintah dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 26 Dengan mengacu pada pendapat para ahli di atas, dapat diambil pengertian bahwa sumber-sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan yang di dalamnya mencakup manusia, dana dan kemampuan organisasi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta individu maupun kelompok. Implementasi kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target grup, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Penerapan atau berlakunya hukum di masyarakat dalam kajian ini erat kaitannya dengan konsep Lawrence M Friedman tentang 3 tiga unsur sistem hukum. 27 Ketiga unsur sistem hukum yang mempengaruhi bekerjanya hukum yaitu : a. Struktur Hukum, yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya sistem tersebut. Komponen ini dimungkikan untuk melihat 26 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 99 27 Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum, Yarsif Watampone, Jakarta, 1998, hlm. 7-9 commit to user 19 bagaimana sistem hukum itu memberikan pelayanan terhadap bahan- bahan hukum secara teratur. 28 Dalam hal ini merupakan unsur yang berasal dari para pemegang aturan hukum, seperti pemerintah eksekutif, pembuat peraturan legislatif maupun lembaga kehakiman yudikatif. Para aparat penegak hukum seyogyanya harus bersikap konsisten terhadap apa yang telah disepakatinya, ia tidak boleh melanggar kebijakan-kabijakan hukum yang telah dibuatnya. Secara sederhana, struktur hukum dapat diartikan sebagai kerangka hukum atau wadah dan organisasi dari lembaga-lembaganya. b. Substansi Hukum, yaitu sebagai output dari sistem hukum yang berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang mengatur dan yang diatur. Substansi merupakan aturan, norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem hukum. Komponen substantif sebagai output dari sistem hukum yang berupa peraturan-peraturan keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur. 29 Substansi hukum tidak hanya terbatas pada norma formal saja, tetapi juga meliputi pola perilaku sosial termasuk etika sosial. Idealnya, materi hukum tidak boleh diinterpretasikan secara baku atau sebagaimana adanya seperti yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. c. Budaya Hukum, yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum atau yang menurut Lawrence M Friedman disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat. 30 Jika unsur ini dihilangkan, maka akan menimbulkan kepincangan hukum dan tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya serta cita-cita untuk mewujudkan keadilan akan sirna. Pemerintah dalam menyusun 28 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama, Semarang, 2005, hlm. 30 29 Ibid, hlm. 5 30 Ibid, hlm. 30 commit to user 20 peraturan dan menentukan langkah-langkah hukum perlu memperhatikan pula nilai-nilai dalam masyarakat, tidak hanya berdasar pada asumsi belaka. Sesuai atau tidaknya kebijakan hukum dengan tuntutan masyarakat umum, akan sangat menentukan keberhasilan hukum itu sendiri. Bertolak dari rangkaian pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya hukum mempunyai banyak fungsi dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dalam perumusannya, sebagai hukum positif harus dipahami suatu sistem norma. Pemahaman ini penting artinya untuk menghindari terjadinya pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih rendah kedudukannya. Pemahaman ini semakin penting artinya apabila kita tetap berkeinginan agar keberadaan hukum sebagai suatu sistem dalam menjalankan tugasnya di masyarakat. Hukum dalam masyarakat Indonesia sangat tertinggal jauh bila dibandingkan dengan negara-negara lain, dimana disebabkan adanya beraneka ragam lingkungan, kondisi dan kebudayaan di Indonesia. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh para ahli sosiologis dari Amerika Serikat yang bernama Edwin M Schur, menyampaikan bahwa seperangkat norma-norma hukum merupakan hasil dari pada suatu proses sosial sebab hukum dibuat dan diubah oleh usaha manusia dan bahwa hukum senantiasa berada di dalam keadaan yang berubah pula. 31 Menurut Satjipto Raharjo, 32 secara sosiologis terdapat 2 dua fungsi utama dari hukum yaitu : a. Kontrol Sosial Social Control Kontrol sosial merupakan fungsi hukum yang mempengaruhi warga masyarakat agar bertingkah laku sejalan dengan apa yang telah digariskan sebagai aturan hukum, termasuk nilai-nilai yang hidup di 31 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Aksara, Bandung, 1990, hlm. 30 32 Satjipto Raharjo, op.cit, hlm. 52 commit to user 21 dalam masyarakat dimana yang termasuk dalam lingkup kontrol sosial antara lain : 1 Perbuatan norma-norma hukum baik yang memberikan peruntukan maupun yang menentukan hubungan antara orang dengan orang; 2 Penyelesaian sengketa di dalam masyarakat; 3 Menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat dalam hal terjadi perubahan-perubahan sosial. b. Rekayasa Sosial Social Engineering Rekayasa sosial diharapkan dapat membawa perubahan yang mendasar pada sikap masyarakat dalam berpartisipasi dalam setiap gerak pembangunan. Menurut Roscoe Pound, hukum yang berfungsi sebagai sarana rekayasa sosial sebenarnya adalah manifestasi dari digunakannya hukum sebagai alat politik negara guna mewujudkan kepentingan politiknya untuk melindungi kepentingan umum, kepentingan masyarakat dan kepentingan pribadi. 33 Selanjutnya menurut Soerjono Soekanto 34 , bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pokok penegakan hukum adalah sebagai berikut : a. Faktor hukum itu sendiri; b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk ataupun menerapkan hukum; c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; e. Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. 33 Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum terjemahan, Bhatara, Jakarta, 1982, hlm. 87 34 Soejono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raya Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 8-9 commit to user 22 Kelima faktor diatas saling berkaitan erat oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur dari efektivitas penegakan hukum. Kecenderungan penulis menggunakan Konsep Three Elements of Legal System dari Lawrence M Freidmen dalam melakukan analisis dan pembahasan hasil penelitian ini didasari oleh pemikiran bahwa pelaksanaan hukum pajak dan retribusi, khususnya yang berkaitan dengan retribusi ijin gangguan sebagai implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 di Kabupaten Karanganyar tidak terlepas dari lembaga sebagai perencana dan pelaksana program dalam hal ini Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Karanganyar. Muatan program serta budaya dan masyarakat dimana program atau kebijakan tersebut diselenggarakan, sehingga pendekatan konsep tiga unsur sistem hukum dirasa sesuai sebagai sarana untuk membahasnya.

3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Otonomi Daerah