Berakhirnya Sewa Menyewa Undang-Undang

a. Meminta pengurangan harga sewa sebanding dengan bahagian yang musnah. 93 b. Menuntut pembatalan perjanjian sewa. Untuk melihat batas kemusnahan antara keseluruhan dan sebahagian dapat ditegaskan bahwa jika barang yang musnah secara material hanya sebahagian dan akibat kemusnahan barang itu masih dapat dipakai dan dinikmati untuk bahagian yang masih tinggal, maka kemusnahan seperti itu adalah “meliputi sebahagian saja”. 94 Akan tetapi walaupun barang yang musnah secara materil hanya sebahagian namun kemusnahan atas sebahagian tadi telah menghilangkan kegunaan dan penikmatan atas seluruh barang, kemusnahan demikian harus dianggap “meliputi seluruh barang”. Oleh karena barang yang disewakan musnah sama sekali, perjanjian sewa sudah tidak ada lagi atau kembali seperti keadaan semula sebelum lahirnya perjanjian sewa menyewa. Masing-masing pihak kembali dalam posisi semula sebelum sewa menyewa.Dalam hal ini, barang sewa yang hancur merupakan tanggung jawab pihak yang menyewakan selaku pemilik barang.Demikian pulaapabila ada barang-barang yang merupakan milik pihak penyewa yang turut musnah, maka barang tersebut juga menjadi tanggung jawab penyewa. 95

E. Berakhirnya Sewa Menyewa

Persetujuan sewa menyewa dapat berakhir dengan sendirinya pada waktu tertentu, setelah dihentikan dengan memperhatikan suatu tenggang tertentu 93 Ibid., hal. 235. 94 Ibid., hal. 236. 95 I.G. Rai Widjaya,Op.Cit., hal. 178. Universitas Sumatera Utara Opzeggingstermijn. 96 Meskipun sewa menyewa merupakan suatu perjanjian yang konsesnsuil, namun oleh undang-undang diadakan perbedaan antara sewa tertulis dan sewa lisan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa : “Jika sewa dibuat dengan tulisan maka sewa itu berakhir demi hukum apabila waktu yang ditentukan telah lampau tanpa diperlukannya sesuatu pemberhentian untuk itu.” Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak yang satu memberitahukan kepada pihak yang lain bahwa ia hendak menghentikan sewanya dengan mengindahkan tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat, hal ini terdapat dalam ketentuan Pasal 1571 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 97 Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu, maka dianggap sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama. 98 Apabila jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian sewa menyewa yang dibuat secara tertulis itu telah habis, sedang pihak penyewa tetap mempergunakan barang yang disewa itu dan dibiarkan saja oleh pemilikannya maka dianggap ada perjanjian baru yang dibuat secara tidak tertulis dan akibatnya diatur oleh peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perjanjian sewa menyewa yang dibuat secara lisan. 99 Tetapi jika salah satu pihak telah memberitahukan pemutusannya kepada pihak lain, maka tidaklah dianggap ada suatu perjanjian baru. 96 Hasim Purba, Op.Cit., hal. 89. 97 Handri Raharjo2, Op.Cit., hal. 28. 98 Subekti2, Op.Cit., hal. 94. 99 C. S. T. Kansil, Christine S. T. Kansil, Op.Cit., hal. 243. Universitas Sumatera Utara Ada dua hal yang perlu diketahui berkenaan dengan berakhirnya sewa menyewa yakni : 100 1. Perjanjian sewa tidak sekali-kali hapus dengan meninggalnya pihak yang menyewakan maupun dengan meninggalnya pihak yang menyewa. Hal ini diatur dalam Pasal 1575 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2. Dengan dijualnya barang yang disewa, suatu sewa menyewa yang telah dibuat sebelumnya tidaklah putus kecuali apabila hal tersebut telah diperjanjikan pada waktu menyewakan barang dan apabila ada diperjanjikan demikian, si penyewa tidak berhak menuntut suatu ganti rugi jika tidak ada suatu janji yang tegas. Tetapi apabila janji yang demikian itu memang ada, si penyewa tidak diwajibkan mengosongkan barang yang disewa selama ganti rugi yang terutang belum dilunasi. 101 Hal ini diatur dalam Pasal 1576 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan ketentuan ini undang-undang bermaksud melindungi pihak penyewa terhadap pemilik baru, apabila barang yang sedang disewa itu dipindahkan ke lain tangan.Dengan mengingat maksud undang-undang ini maka maksud dari kata “dijual” dalam Pasal 1576 sudah lazim ditafsirkan secara luas hingga tidak terbatas pada jual beli sajatetapi meliputi perpindahan hak miliknya. 102 Sebaliknya, kata “sewa” atau persewaan dalam pasal tersebut harus ditafsirkan secara sempit atau terbatas, dalam arti bahwa yang tidak diputuskan atau harus dihormati oleh pemilik baru itu hanya hak sewa saja. Sebab sangat mungkin dalam perjanjian sewa dimasukkan janji-janji untuk kepentingan pihak penyewa yang bukan hak sewa, misalnya kepada penyewa dijanjikan bahwa 100 I.G. Rai Widjaya,Op.Cit., hal. 174. 101 Ibid. , hal. 175. 102 R. Subekti2.,Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara setelah persewaan berlangsung sepuluh tahun, ia diperkenankan membeli barang yang disewanya itu dengan harga yang murah. Hak seperti ini lazim dinamakan hak opsi yang tidaklah berlaku terhadap pemilik baru apabila barang itu dijual kepada orang lain. Demikian juga si pembeli yakni pihak yang menyewakan yang telah menjual barang yang disewakan tersebut dengan “janji membeli kembali” tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa pihak penyewa untuk mengosongkan barang yang disewa, sebelum ia dengan lewatnya tenggang waktu yang ditentukan untuk pembelian kembali, yakni menjadi pemilik mutlak. 103 Secara umum undang-undang memberi beberapa ketentuan tentang berakhirnya sewa menyewa.Dan akibat yang paling jauh dari berakhirnya sewa menyewa adalah “pengosongan” barang yang disewa. Pada dasarnya sewa menyewa akan berakhir bila : 1. Berakhir sesuai dengan batas waktu yang ditentukan secara tertulis Pasal 1576 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam perjanjian sewa menyewa yang masa berakhirnya telah ditentukan secara tertulis; sewa menyewa dengan sendirinya berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan para pihak.Jadi jika lama sewa menyewa sudah ditentukan dalam persetujuan secara tertulis, perjanjian sewa berakhir tepat pada saat yang telah ditetapkan.Pemutusan sewa dalam hal ini tidak perlu lagi diakhiri dengan surat lain. 104 2. Sewa menyewa yang berakhir dalam waktu tertentu yang diperjanjikan secara lisan.Pasal 1571 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 103 I. G. Rai Widjaya., Loc.Cit. 104 M. Yahya Harahap,Op.Cit., hal. 238. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini berakhirnya sewa tidak disudahi sesaat setelah lewatnya batas waktu yang ditentukan. Melainkan setelah adanya pemberitahuan dari salah satu pihak yang menyatakan kehendak akan mengakhiri sewa menyewa. Pemberitahuan pengakhiran sewa tersebut harus memperhatikan jangkauan waktu yang layak menurut kebiasaan setempat.Batas waktu antara penghentian dengan pengakhiran inilah yang disebut jangka waktu penghentian.Jangka waktu penghentian tidak boleh terlampau pendek.Tetapi memberi jangka waktu yang layak memungkinkan pihak penyewa mempersiapkan segala sesuatu mengatasi akibat dari pengakhiran sewa. 105 3. Pengakhiran sewa menyewa; baik tertulis maupun dengan lisan yang tidak ditentukan batas waktu berakhirnya. Dalam bentuk perjanjian sewa menyewa seperti ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa penghentian dan berakhirnya berjalan sampai pada saat yang dianggap pantas oleh kedua belah pihak.Atau batas waktu pengehentian yang selayaknya ini berpedoman kepada kepatutan dan kebiasaan setempat.Misalnya pengakhiran sewa berjangka waktu seminggu seperti pada sewa menyewa penginapan ditempat rekreasi, dapat juga dengan jangka waktu sebulan tergantungpada pemakaian barang yang bersangkutan.Hal ini dikemukakan karena undang-undang tidak mengatur cara pengakhiran perjanjian sewa tanpa batas waktu. 106 4. Ketentuan khusus pengakhiran sewa. Berdasarkan ketentuan Pasal 1579 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa : “Pihak yang menyewakan tidak boleh mengakhiri sewa 105 Ibid. , hal. 239. 106 Ibid. , hal. 240. Universitas Sumatera Utara dengan menyatakan hendak memakai sendiri barang yang disewakan, kecuali jika telah diperjanjikan. Namun apabila ketentuan seperti ini tidak disebut dalam persetujuan, maka pihak yang menyewakan tidak dapat mempergunakan alasan tersebut. 107 Dalam ketentuan Pasal 1575 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perjanjian sewa menyewa tidak hapus atau tidak berhenti dengan meninggalnya salah satu pihak.Meninggalnya pihak yang menyewakan tidak menyebabkan hapusnya perjanjian sewa menyewa.Perjanjian dapat dilanjutkan oleh masing- masing ahli waris. 107 M. Yahya Harahap., Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara 68 BAB IV PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN TOKO STUDI PADA PUSAT PERBELANJAAN RAMAYANA BUANA PLAZA MEDAN

A. Gambaran Umum Mengenai Ramayana Buana Plaza Medan