Berakhirnya Suatu Perjanjian Undang-Undang

menghendaki sejumlah uang.Tujuannya ialah penguasaan barang itu diserahkan dan sejumlah uang dibayar.Menurut undang-undang, causa atau sebab itu halal apabila tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum,dan kesusilaan Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Apabila syarat suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal tidak dapat terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum.Artinya yakni bahwa dari awal perjanjian itu dianggap tidak ada. 44

D. Berakhirnya Suatu Perjanjian

Masalah hapusnya perjanjian dapat juga disebut hapusnya persetujuan, berarti menghapuskan semua pernyataan kehendak yang telah dituangkan dalam persetujuan bersama antara pihak kreditur dan debitur.Berakhirnya perjanjian harus dibedakan dengan hapusnya perikatan karena suatu perikatan dapat hapus sedangkan perjanjian yang merupakan sumbernya mungkin masih tetap ada.Seperti pada perjanjian sewa menyewa, dimana dalam perjanjian sewa menyewanya sudah berakhir tetapi perikatannya untuk membayar uang sewa belum berakhir karena belum dibayar.Walaupun pada umumnya jika perjanjian hapus maka perikatannya pun hapus, begitu juga sebaliknya. Adapun cara-cara penghapusan perjanjian telah diatur dalam Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu : 45 a. Pembayaran Betaling Pengertian pembayaran dalam hal ini harus difahami secara luas, tidak hanya mengartikan bahwa pembayaran itu hanya terbatas pada pelunasan 44 Salim H.S, Op.Cit., hal. 25. 45 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 107. Universitas Sumatera Utara hutang.Karena dari segi yuridis teknis tidak selamanya pembayaran harus berbentuk sejumlah uang atau barang tertentu dapat juga dengan pemenuhan jasa atau pembayaran dengan bentuk tak berwujud atau yang immaterial. Dalam pasal 1382 KUH Perdata pada asasnya hanya orang yang berkepentingan saja yang dapat melakukan pembayaran secara sah, seperti seorang yang turut berhutang atau seorang penanggung borg. Namun pasal ini selanjutnya menerangkan juga bahwa seorang pihak ketiga yang tidak berkepentingan dapat membayar secara sah, asal saja pihak ketiga itu bertindak atas nama si berhutang atau bilamana ia bertindak atas namanya sendiri, asalkan ia tidak menggantikan hak-haknya si berpiutang. 46 Pemenuhan suatu prestasi dalam perjanjian seharusnya dilakukan sesuai dengan hal yang telah diperjanjikan.Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditentukan dalam perjanjian.Misalnya dalam hal tiada ketentuan tempat dan pembayaran yang berupa uang, pembayaran itu harus dilakukan di tempat tinggal si berpiutang. Jadi tiap pembayaran yang berupa uang, jika tidak ada ketentuan lain harus diantarkan kerumah si berpiutang. Akan tetapi di dalam prakteknya, peraturan ini sudah terdesak oleh kebiasaan yaitu pembayarannya diambil di rumah si berhutang. 47 b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan adalah suatu cara hapusnya perjanjian dimana debitur hendak membayar utangnya tetapi pembayaran ini ditolak oleh kreditur, maka debitur dapat menitipkan 46 R. Subekti3, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermasa, 2001, hal. 153. 47 Ibid. , hal. 154. Universitas Sumatera Utara pembayaran melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 1404 sampai 1412 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sebelum dilakukan penitipan uang atau barang di pengadilan sebelumnya pihak si berutang melakukan dahulu penawaran pembayaran tunai kepada si berpiutang.Apabila pihak si berpiutang menolak pembayaran maka barulah si berutang melakukan penitipan uang atau barang di panitera pengadilan. 48 Dengan dilakukannya penitipan di panitera pengadilan itu, maka akan membebaskan si berutang dari perikatan dan berlakulah baginya sebagai pembayaran, asalkan penawaran itu telah dilakukan dengan cara menurut undang- undang dan uang atau barang yang dititipkan di panitera pengadilan tetap akan menjadi tanggungan si berpiutang. c. Pembaruan Utang atau Novasi Pasal 1413-1424 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Novasi adalah perjanjian antara debitur dengan kreditur dimana perikatan yang sudah ada dihapuskan dan kemudian dibuat suatu perikatan yang baru. Novasi berdasarkan Pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdiri dari tiga bentuk yaitu : 49 1. Debitur dan kreditur mengadakan perjanjian baru sedangkan perjanjian yang lama dihapuskan, hal ini disebut novasi objektif. 2. Penggantian debitur dari debitur baru menggantikan debitur lama dan debitur lama dibebaskan dari perikatannya, hal ini disebut novasi subjektif yang pasif. 48 C.S.T. Kansil, Christine S.T.Kansil,Op.Cit., hal. 232. 49 Handri Raharjo1, Op. Cit., hal. 98. Universitas Sumatera Utara 3. Penggantian kreditur dari kreditur baru menggantikan kreditur lama dan kreditur lama dibebaskan dari perikatannya, hal ini disebut novasi subjektif yang aktif. d. Perjumpaan Utang kompensasi Perjumpaan Hutang adalah penghapusan masing-masing hutang dengan jalan saling memperhitungkan hutang yang sudah dapat ditagih antara debitur dengan kreditur.Hal ini diatur dalam Pasal 1425-1435 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjumpaan hutang terjadi demi hukum, bahkan dengan tidak setahu orang-orang yang bersangkutan dan kedua hutang saling menghapuskan pada saat hutang-hutang itu bersama-sama ada, bertimbal balik untuk suatu jumlah yang sama. Dalam hal ini seolah-olah perjumpaan hutang atau kompensasi terjadi secara otomatis tanpa suatu usaha dari pihak yang berkepentingan. 50 e. Percampuran Utang atau Konfisio Mengenai percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 dan Pasal 1437 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Percampuran utang terjadi karena kedudukan kreditur dan debitur bersatu pada satu orang.Misalnya kreditur meninggal dunia sedangkan debitur merupakan satu-satunya ahli waris atau debitur kawin dengan kreditur dalam persatuan harta perkawinan. 51 Hapusnya perikatan karena percampuran utang ini adalah demi hukum artinya secara otomatis Pasal 1436 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Sedangkan pada Pasal 1437 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebut bahwa percampuran utang yang terjadi pada diri si berutang utama berlaku juga untuk keuntungan para penanggung hutangnya. 50 Riduan Syahrani, Op.Cit., hal. 278. 51 Ibid. , hal. 279. Universitas Sumatera Utara Hal-hal yang menyebabkan adanya percampuran utang ini yakni : 52 1. Apabila terjadi perkawinan dengan percampuran harta antara si berpiutang dengan si berutang. 2. Apabila si berutang menggantikan hak si berpiutang karena warisan. f. Pembebasan Utang Pembebasan utang adalah perbuatan hukum dimana kreditur melepaskan haknya untuk menagih piutangnya kepada debitur.A. Pitlo berpendapat bahwa kreditur hanya berhak membebaskan debitur secara sepihak jika ini tidak merugikan debitur.Jika debitur mempunyai kepentingan terhadap adanya perikatan itu, pembebasan sepihak tidak dapat dilakukan.Menurut Pasal 1438 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adanya pembebasan utang tidak boleh dengan persangkaan tetapi harus dibuktikan.Didalam Pasal 1439 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata diatur tentang apabila pihak si berpiutang dengan sukarela mengembalikan surat utang asli kepada pihak si berutang secara sukarela maka dianggap sebagai pembebasan utangnya. 53 g. Musnahnya Barang Yang Terutang Musnahnya barang yang terutang diatur dalam Pasal 1444 dan 1445 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Pasal 1444 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa dengan musnahnya barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian sehingga tidak dapat lagi diperdagangkan atau hilang atau tidak diketahui lagi apakah masih ada barang itu diluar kesalahan si berutang dan sebelumnya lalai menyerahkan maka perjanjian itu hapus. 54 Bahkan pengertian tersebut dapat diperluas walaupun barang sudah berada di tangan si berpiutang 52 C.S.T. Kansil, Op.Cit., hal. 234. 53 Ibid. , hal. 235. 54 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 70. Universitas Sumatera Utara dan kejadian itu diluar kesalahan si berutang.Biasanya di dalam kehidupan sehari- hari untuk mengatasi hal itu suatu barang akan diasuransikan pada pihak ketiga yakni perusahaan asuransi. h. Pembatalan Perjanjian Hal ini diatur dalam Pasal 1446 sampai Pasal 1456 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Permintaan pembatalan dilakukan oleh orang tua atau wali dari pihak yang tidak cakap atau oleh pihak yang menyatakan kesepakatan karena paksaan, kekhilafan atau penipuan. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya pembatalan perjanjian yaitu : 1. Pembatalan perjanjian yang dibuat oleh orang yang tidak cakap hukum, yaitu yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa, berada di bawah pengampuan curatele dan seorang wanita yang berada dalam perkawinan atau berstatus sebagai istri. 2. Apabila perjanjian itu bertentangan dengan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. 3. Apabila perjanjian itu mempunyai unsur paksaan dwang, kekeliruan dwaling atau penipuan bedrog. Penuntutan pembatalan tidak akan diterima oleh hakim jika ternyata sudah ada penerimaan baik dari pihak yang dirugikan. Karena orang yang telah menerima baik suatu kekurangan atau suatu perbuatan yang merugikan padanya dapat dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pembatalan. i. Berlakunya Suatu Syarat Batal Berlakunya suatu syarat batal ini diatur di dalam Pasal 1265 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Yang artinya suatu syarat yang bila dipenuhi Universitas Sumatera Utara akan menghapuskan perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, yaitu seolah-olah tidak ada suatu perjanjian Pasal 1253 dan 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berlakunya syarat batal ini diatur dalam perikatan-perikatan bersyarat. 55 Ketentuan Pasal 1265 KUH Perdata didalam praktek tidak selamanya dapat dilaksanakan.Oleh karena itu berlaku surutnya pembatalan tersebut hanyalah suatu pedoman yang harus dilaksanakan jika mungkin dilaksanakan. 56 Hal-hal lain mengenai berakhirnya suatu perjanjian diatur diluar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yakni : 1. Lewatnya suatu ketetapan waktu yang dicantumkan dalam perjanjiannya. 2. Hilangnya atau meninggalnya seorang anggota dalam perjanjian, contohnya karena perjanjian perseroan maatschap dan dalam perjanjian pemberian kuasa lastgeving. 3. Meninggalnya orang yang memberikan perintah. 4. Karena pernyataan pailit dalam perjanjian maatschap. 5. Di dalam isi perjanjian ditegaskan hal-hal yang menghapuskan perjanjian itu. 6. Tujuan perjanjian telah dicapai dengan kata lain dilaksanakannya objek perjanjian atau prestasi. 57 7. Adanya pemutusan pengadilan. 55 Handri Raharjo1, Op.Cit., hal. 99-100. 56 Riduan Syahrani, Op.Cit., hal. 284. 57 Handri Raharjo1, Op.Cit., hal. 101. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang