Kesesuaian pembiayaan murabahah Bank Syariah ke perusahaan ditinjau dari hukum islam (dari Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas Utama Persada)

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy)

Oleh:

Inayah

NIM : 106046101639

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Muharram 1432 H 16 Desember 2010

I N A Y A H


(3)

Utama Persada). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H/2011 M.

Isi: ix + 92 halaman + 33 lampiran, 38 literature (1990-2009)

Murabahah merupakan salah satu produk perbankan syariah, baik kegiatan usaha yang bersifat produktif maupun yang bersifat konsumtif. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak penjual dan pembeli. Akad murabahah merupakan akad yang paling banyak digunakan dalam transaksi perbankan syariah, akan tetapi dalam kontrak murabahah terdapat hal-hal yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dimana masih ada klausul-klausul yang menimbulkan ketidakadilan bagi nasabah. Penelitian ini menganalisis kesesuaian kontrak murabahah yang ada di bank Muamalat Indonesia dengan Hukum Islam. Tujuannya agar bank, terutama nasabah mengerti dan memahami isi-isi kontrak yang sesuai dengan syariah dan yang tidak sesuai dengan syariah. Hal ini diperlukan agar akad yang berlaku di perbankan syariah tetap menjaga kemurnian syariah didalam kontraknya.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan konsep, hukum Islam dan pendekatan kasus. Data penelitian ini dianalisis melalui pendekatan kualitatif deskriptif-analisis. Tujuan penelitian deskriptif ini untuk menggambarkan dan menganalisa secara mendalam mengenai aplikasi kontrak pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kontrak pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia belum semua klausula yang ada di dalam kontrak sesuai dengan hukum Islam, diantaranya adalah: beban biaya yang terlalu besar yang sangat memberatkan nasabah, objek murabahah secara prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah yang ditetapkan secara sepihak, pengalihan resiko yang semuanya dibebankan kepada nasabah, tidak ada kejelasan pengiriman barang dan tidak terdapat tandatangan kedua belah pihak yang bertransaksi. Kata Kunci : Pembiayaan Murabahah dalam Hukum Islam

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 1955 0505198203 1012


(4)

KATA PENGANTAR











 





Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-NYA serta selalu memberikan nikmat sehat wal afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh umatnya. Melalui proses yang sangat panjang dan perjuangan yang sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah ke Perusahaan Ditinjau dari Hukum Islam (dari Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas Utama Persada)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan baik tanpa bantuan yang sangat berharga dan bermanfaat dari orang-orang yang sangat ikhlas membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM beserta seluruh pimpinan, karyawan dan staf yang telah membantu penulis selama penulis belajar dan mencari ilmu di kampus ini.

2. Ketua Jurusan Perbankan Syariah, Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Sekertaris Jurusan Perbankan Syariah, Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag., MH yang telah memberikan dorongan dan motivasi agar skripsi ini segera terselesaikan.


(5)

untuk membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tanpa lelah dan penuh kesabaran memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menghadapi masa depan.

5. Pihak-pihak terkait, segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam pencarian referensi, sumber dan data yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Salemba dan Medan Merdeka, Perpustakaan Utama STEI SEBI dan Notaris Bank Muamalat Indonesia yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ummi-ku tercinta, Hj. Hayati Zahra yang dengan sangat ikhlas selalu mendoakan penulis

dalam menuntut ilmu, yang selalu memberikan nasihat agar penulis tidak salah melangkah, selalu memberikan motivasi yang sangat berharga bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan juga selalu memberikan inspirasi dalam menghadapi kehidupanku. Tak lupa untuk Abang-abang, kakak-kakak, adik dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

8. Temanku yang baik, Abdul Hafid Nur yang telah membimbing penulis, memberikan ilmu dan masukan, serta memberikan motivasi yang besar dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman Mahasiswa Perbankan Syariah 2006, khususnya keluarga besar PS-C

bocah rusuh yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Sahabat-sahabatku Uqoh, Iea, Ismail (Kaconk), Mumu, Saman, Defri, Kholis, Lina, Nadia, Cho2, Rico dan motivator hidupku yang selalu memompa semangatku dan selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi yang besar dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih untuk semua orang yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas karya-karyanya kepada pengarang buku yang ada didalam daftar pustaka penulis. Dan semoga penulis diberkahi oleh-NYA dan semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua orang yang membutuhkan. Amiin.

Ciputat, 10 Muharram 1432 H 16 Desember 2010


(7)

(8)

DA

FTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

D. Review Studi Terdahulu... 8

E. Kerangka Teori... 15

F. Metode Penelitian... 16

G. Sistematika Penulisan... 19

BAB II TEORI MURABAHAH... 21

A. Definisi Murabahah... 21

B. Landasan Hukum Murabahah... 23

C. Rukun dan Syarat Murabahah... 27

D. Jenis-jenis Murabahah... 32

E. Hak Khiyar dalam Jual Beli... 33

F. Unsur-unsur dalam Murabahah... 35

G. Murabahah yang Diwakilkan... 39

H. Murabahah Menurut Ulama Madzhab... 42

I. Murabahah Menurut Ulama Kontemporer... 45

J. Asas Hukum Perjanjian dalam Islam... 48


(9)

B. Isi Kontrak Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke

PT. Lintas Utama Persada... 62

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA PERSADA...70

A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada... 70

B. Analisis Isi Kontrak Pembiayaan Murabahah Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 86

B. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA... 90

LAMPIRAN... 93


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian sangat penting bagi kehidupan masyarakat, karena perekonomian merupakan tulang punggung dalam kehidupan. Atas dasar itulah maka Islam mengatur secara terperinci segala hal yang terkait dengan perekonomian, dari hal yang bersifat kecil sampai hal yang bersifat besar. Islam juga melarang segala sesuatu yang merusak perekonomian bangsa. Salah satu instrumen yang dapat merusak adalah riba (pembungaan uang) dalam pinjaman. Al-Quran dan As-Sunnah melarang keras adanya bunga karena mendzolimi pihak lain.

Pada dasarnya, seseorang, lembaga atau perusahaan mengajukan pinjaman karena kebutuhannya akan dana (modal), di kehidupan yang semakin lama semakin sulit dan rumit dalam memenuhi kebutuhan menjadikan setiap individu di dalam masyarakat cenderung saling membutuhkan dan saling membantu dalam mengatasi persoalan hidup di bidang ekonomi. Dan salah satu jenis bantuan tersebut adalah pinjaman.

Pada zaman sekarang, seseorang melakukan pinjaman bukan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan. Lebih dari itu, manusia meminjam uang lebih kepada untuk kepentingan, baik itu untuk modal usaha, kerjasama, bisnis dan lain-lain.


(11)

Berbagai kepentingan manusia inilah yang merupakan salah satu sebab yang mengakibatkan tumbuhnya berbagai perusahaan di Indonesia. Perusahaan yang tumbuh tersebut ada yang bergerak pada bidang jasa transportasi, jual-beli, simpan-pinjam, perusahaan sewa dan jenis perusahaan lainnya.

PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya 2 tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.1 PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) juga siap membantu perusahaan lainnya dalam hal pemberian modal usaha untuk menjalankan usaha atau bisnis yang telah perusahaan tersebut rencanakan.

Ditengah perhelatan berbagai perusahaan pembiayaan dan jasa keuangan di negeri ini, tentunya perusahaan apapun harus di-manage dengan baik, termasuk dalam hal ini adalah Bank Muamalat Indonesia agar tidak mengganggu operasional perusahaan yang dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan.

Untuk itu, dalam mengelola dananya, Bank Muamalat Indonesia (BMI) melakukan kerjasama dengan Perusahaan-perusahaan dalam bidang penyaluran pembiayaan. Hal ini dilakukan Bank Muamalat Indonesia (BMI) untuk mendukung

1 Bank Muamalat Indonesia, Bank Muamalat Laporan Tahunan 2005 Annual Report, (Jakarta: Muamalat Institute, 2006), h. 4


(12)

3

operasional perusahaan yang memerlukan penyaluran dana secara tepat sasaran dan memperoleh profit sesuai dengan yang telah direncanakan dan diinginkan.

Namun, kontrak yang berlaku antara pihak Bank Syariah dengan perusahaan perlu dikaji lebih mendalam dinilai dari perspektif hukum Islam, dimana dalam prinsip hukum Islam harus mengutamakan prinsip keadilan antara kedua belah pihak dalam pembagian loss and profit. Karena masih ada beberapa perusahaan yang masih menggunakan prinsip yang tidak sesuai dengan syariah, dimana ada ketidakadilan dalam pembagian loss and profit antara Bank dan perusahaan tersebut.

Padahal kontrak merupakan salah satu instrumen penting dalam bisnis. Jutaan kontrak terjadi setiap saat pada negara pada tatanan global. Pada semua kontrak yang disepakati tersebut terjadi pula ratusan ribu perpindahan barang dan jasa dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Dalam proses perpindahan barang dan jasa tersebut tidak semuanya berjalan dengan mulus atau sesuai dengan kesepakatan, tetapi banyak pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik oleh pihak Bank Syariah maupun pihak perusahaan, namun pada kenyataannya terdapat ketidakadilan yang dialami oleh perusahaan. Memang antara Bank Syariah dan perusahaan sama-sama mempunyai kebutuhan dan kepentingan. Kepentingan bagi Bank Syariah adalah memperoleh laba dari kerjasamanya dengan perusahaan, sedangkan kepentingan perusahaan adalah memperoleh laba dari transaksinya dengan konsumen.

Bank Syariah yang juga merupakan lembaga pembiayaan merupakan salah satu lembaga bisnis yang dalam kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan “kontrak”. Pada umumnya, prosedur lembaga pembiayaan dalam kegiatan kontrak ini berjalan dengan


(13)

cara; Pertama, lembaga pembiayaan menyodorkan kontrak baku kepada debitur/penerima fasilitas/konsumen/perusahaan. Kedua, Debitur/penerima fasilitas/konsumen/perusahaan diberikan pilihan untuk menyetujui atau tidak kontrak tersebut. Walaupun dalam praktiknya perusahaan pembiayaan meminta kepada debitur/penerima fasilitas/konsumen/perusahaan untuk membaca dan memahami isinya. Namun isi kontrak yang telah ditentukan secara sepihak oleh lembaga pembiayaan menimbulkan efek negatif yang tidak menguntungkan debitur/penerima fasilitas/konsumen/perusahaan.

Berdasarkan hasil kajian terhadap substansi perjanjian pembiayaan yang disiapkan oleh perusahaan pembiayaan, dapat diketahui bahwa substansi kontraknya sangat singkat. Kontrak itu hanya terdiri atas beberapa pasal, meliputi:

1. Judul kontrak; 2. Komparisi; 3. Substansi; dan 4. Penutup2.

Pada dasarnya, hukum perikatan Islam menganut asas kebebasan berkontrak yaitu suatu perikatan atau perjanjian akan sah dan mengikat kedua belah pihak apabila ada kesepakatan rela sama rela (‘an tarodhin)yang terwujud dalam dua pilar yaitu ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan). Namun demikian tentunya sangat berbeda dalam hal prinsip-prinsip dalam rangka pembatasan asas kebebasan

2 Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHP Perdata (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008) h. 139-140


(14)

5

berkontrak tersebut. Karena pembatasan yang diberikan dalam asas kebebasan berkontrak dalam KUHPerdata adalah buatan manusia berupa undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum, sementara dalam konsep syariah adalah firman Allah dalam al-Qur’an dan pernyataan Nabi Muhammad dalam hadist (al-Sunnah)3

Atas latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai mekanisme kontrak pembiayaan murabahah dan bagaimana aplikasi kontrak pembiayaan murabahah tersebut antara Bank Syariah dengan perusahaan.

Alasan penulis memilih akad murabahah dalam penelitian ini adalah karena jika dilihat lebih jauh lagi, khususnya terkait dengan komposisi pembiayaan di bank syariah, maka tampak bahwa komposisi pembiayaan di bank syariah per Oktober 2009 total pembiayaan perbankan syariah mencapai 45,3 triliun dimana porsi pembiayaan musyarakah mencapai 6,4 triliun atau 14,1% dari total pembiayaan. Sedangkan pembiayaan mudharabah hanya sebesar Rp 10,2 triliun atau 22,5 %. Bandingkan dengan pembiayaan murabahah yang mencapai Rp 25,5 triliun atau porsinya sebesar 56,3%.

Atas dasar itulah maka penulis memutuskan untuk membuat skripsi yang berjudul: “Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Ke Perusahaan

Ditinjau dari Hukum Islam (Dari Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas Utama Persada)”

3 Gemala Dewi, dkk, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Dan Perasuransian Syariah di


(15)

B. Perumusan Masalah 1. Pembatasan

Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah kontrak Pembiayaan Murabahah tentang apakah kontrak yang dibuat oleh pihak Bank Syariah terdapat ketidakadilan untuk pihak perusahaan. Karena luasnya pembahasan tentang Pembiayaan dan untuk menjaga kefokusan penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan, penelitian ini berkisar tentang kontrak Pembiayaan Murabahah bank syariah yang akan ditinjau dari segi hukum Islam.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Mekanisme Pembiayaan Murabahah antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada?

b. Bagaimana Implementasi Isi Kontrak Kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada?

c. Apakah Mekanisme dan Isi Kontrak Tersebut Sudah Sesuai dengan Hukum Islam?


(16)

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui mekanisme kontrak pembiayaan murabahah antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada

b. Untuk mendapatkan penjelasan mengenai aplikasi kontrak kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada

c. Untuk mengetahui kesesuaian antara teori dengan aplikasi kontrak pembiayaan murabahah yang dilakukan antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada dengan Hukum Islam

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis sendiri, bermanfaat menambah wawasan, menerapkan dan mengembangkan seluruh teori yang telah diperoleh semasa diperkuliahan serta mendapat pengetahuan dan keterampilan

b. Bagi Institusi, sebagai bahan pertimbangan dan koreksi dalam rangka penyempurnaan sistem agar lebih baik ke depannya

c. Bagi perpustakaan dan Fakultas, Memberikan sumbangsi hasil pengamatan tentang ekonomi mikro Islam khususnya pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan PT. Lintas Utama Persada guna memperkaya khazanah keilmuan di bidang penyaluran pembiayaan murabahah Bank Muamalat


(17)

Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta menambah literatur kepustakaan khususnya mengenai penyaluran pembiayaan murabahah dari Bank Syariah ke Perusahaan

d. Bagi masyarakat, memberikan informasi tentang sistem dan penerapan Produk Murabahah yang ada di Bank Muamalat Indonesia (BMI)

D. Review Studi Terdahulu

1. Skripsi karya Abdul Malik, Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul: “Pola Kerjasama Bank Danamon Syariah dan Masyarakat

Mandiri Dompet Dhuafa Republika dalam Pengelolaan Qardhul Hasan”. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif Deskriptif-Analisis, yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data lapangan menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis data dan menjelaskan gambaran mengenai pola kerjasama Bank Danamon Syariah dengan MM Dompet Dhuafa dalam mengelola dana qardhul hasan. kesimpulan dari penelitian tersebut adalah:

a. Pola kerjasama Bank Danamon Syariah dan MM Dompet Dhuafa adalah kerjasama yang selau diperpanjang dari hasil dana bergulir qardhul hasan tersebut.


(18)

9

MM Dompet Dhuafa berkewajiban melaporkan hasil dampingannya kepada Bank Danamon Syariah selama 3 bulan skali secara periodik.

b. Dalam pengelolaan dana qardhul hasan, Bank Danamon Syariah menghimpun dananya melalui denda keterlambatan pemegang kartu dirham card. Dana yang telah terhimpun disalurkan Bank Danamon Syariah dengan kerjasama dengan MM Dompet Dhuafa dalam penyaluran dana tersebut. Akad murabahah merupakan akad yang dominan. Keuntungan pembiayaan digunakan untuk proses pembianaan berikutnya sehingga dana tersebut dapat terus bergulir.

2. Skripsi karya Nina Shabrina, Mahasiswi Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HIdayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul:

“Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi Pembiayaan Ijarah (pada PT. Al-Ijaroh Indonesia Finance)”. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literature. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena mengandalkan wawancara, studi dokumenter dan arsip-arsip yang terkait dengan permasalahan. Dari segi tujuan penelitian cenderung deskriptif analisis, yaitu data yang dikumpulkan berupa konsep-konsep dan gambaran permasalahan, kemudian dianalisis dan dibuktikan, yang dideskripsikan adalah tinjauan ijaroh financing, sedangkan yang dianalisis adalah praktek ijaroh financing terhadap keadaan saat ini. kesimpulan dari penelitian tersebut adalah berdasarkan penelitian lapangan,


(19)

mekanisme ALIF dalam memberikan pembiayaan modal kerja terhadap nasabahnya yaitu dengan langkah-langkah: 1. ALIF harus selektif dalam memilih calon musta’jir yang akan melakukan ijaroh, 2. ALIF harus melakukan penelitian yang cermat dan benar terhadap watak, kemampuan, modal, prospek, usaha, nasabah dan agunan.

3. Skripsi karya Darmiyanti, mahasiswi Jurursan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HIdayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul:

“Pola Kerjasama antara Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqoh (LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Pemberdayaan Dana Zakat”. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang merujuk pada data deskriptif. Peneitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat terhadap fenomena tersebut,serta mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan uji hipotesa. kesimpulan dari penelitian tersebut adalah kerjasama pendampingan yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B JB dan PKPU dalam pemberdayaan dana zakat agar tepat sasaran dan efektif adalah: 1. Kerjasama pengelolaan zakat, 2. Kerjasama pemberdayaan ekonomi umat, 3. Kerjasama penyaluran dana musibah bencana alam.

4. Skripsi karya Citra Mayasari, mahasiswi Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008 yang berjudul:

“Perjanjian Sewa Kendaraan antara PT. Medco Power Indonesia dengan PT. Pusaka Prima Transport dalam Perspektif Hukum Islam dan


(20)

11

Hukum Positif”. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Metode penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesa yang ada, melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yaitu perjanjian kerjasama antara PT. Medco Power Indonesia dengan PT. Pusaka Prima Transport. kesimpulan dari penelitian tersebut adalah hukum Islam dan hukum positif secara umum mempunyai pandangan yang sama akan sah-nya perjanjian sewa kendaraan antara kedua belah pihak. Yang membedakan antara keduanya adalah terletak pada perangkat hukum yang digunakan. Kalau hukum Islam menggunakan perangkat hukum yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits sementara hukum positif bersumber dari kitab Undang-undang Hukum Perdata. Selain itu, hukum Islam mempermasalahkan mengenai pengenaan biaya risiko kehilangan yang tidak sesuai dengan KUHPerdata.

Penelitian yang dilakukan penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya sebagai berikut:

No Nama Judul Persamaan Perbedaan


(21)

Malik Kerjasama Bank Danamon Syariah dan Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Republika dalam Pengelolaa n Qardhul Hasan

membahas tentang kontrak kerjasama

membahas kontrak kerjasama dalam pengelolaan dana

Qardhul Hasan,

sedangkan dalam skripsi yang penulis tulis membahas tentang kontrak Murabahah 2 Nina Shabri na Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementa si Pembiayaa n Ijarah Sama-sama menganalisis akad ditinjau dari hukum Islam

Dalam skripsi ini yang akan dibahas adalah tentang pembiayaan ijaroh, sedangkan dalam skripsi yang penulis tulis membahas tentang pembiayaan Murabahah


(22)

13 (pada PT. Al-Ijaroh Indonesia Finance) 3 Darmiy anti Pola Kerjasama antara Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqoh (LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Pemberdaya an Dana Sama-sama menganalisis tentang kontrak kerjasama

Dalam skripsi ini membahas tentang kontrak kerjasama dalam pemberdayaan dana zakat, sedangkan dalam skripsi yang penulis tulis membahas tentang kontrak Murabahah


(23)

Zakat 4 Citra Maya Sari Perjanjian Sewa Kendaraan antara PT. Medco Power Indonesia dengan PT. Pusaka Prima Transport dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif

Sama-sama membahas

tentang kontrak kerjasama yang juga ditinjau dari hukum Islam

Dalam skripsi ini membahas tentang kontrak sewa kendaraan bermotor, sedangkan dalam skripsi yang penulis tulis membahas tentang kontrak Murabahah


(24)

15

Perjanjian/kontrak4 adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih.

Pengertian Akad5 dapat dijumpai dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam ketentuan Pasal 1 ayat 3 dikemukakan bahwa akad adalah perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan) antara bank dan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akad adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban berprestasi pada salah satu pihak dan hak bagi pihak lain atas prestasi tersebut, dengan atau tanpa melakukan kontraprestasi.

Murabahah6 secara etimologis, kata Murabahah berasal dari kata (ار

حب -- حببباري

ةببحبارم ) yang berarti saling menguntungkan. Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli murabahah adalah jika penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan adanya laba dalam jumlah tertentu.7

4

Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 1.

5 Prof. Dr. Abdul Ghafur Anshari, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Citra Media, 2006), h. 20.

6 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hilda Karya Agung, 1990), h. 130. 7 Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, Penerjemah M. A Abdurrahman dan A. Haris Abdullah (Semarang: Asy-Syifa, 1990). Cet. I, h. 181


(25)

Menurut terminologi fiqh dijelaskan bahwa Murabahah adalah suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Tingkat keuntungan ini dalam bentuk persentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran ini bisa dilakukan secara tunai (spot) atau bisa dilakukan di kemudian hari yang disepakati bersama.8

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan substansi permasalahan hukum yang hendak dianalisis, penelitian ini merupakan penelitian hukum9 yang bersifat normatif (dogmatik) yakni suatu penelitian yang terutama menganalisis ketentuan-ketentuan hukum positif maupun asas-asas hukum, dengan melakukan penjelasan secara sistematis ketentuan hukum dalam sebuah kategori hukum tertentu, menganalisis hubungan antara ketentuan hukum, menjelaskan dan memprediksi pengembangan ke depan10.

8

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 81-82. 9 Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori. atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jawaban yang diharap dalam penelitian hukum adalah, right, appropriate, in appropriate, or wrong. Lihat Peter Mahrnud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Keneana, 2005) h. 35

10 Philipus.M.Hadjon. Pengkajian Ilmu Hukum, Paper, Pelatihan Metode Hukum Normatif. Unair. 1997: lihat pula Terry Hutchinson. Researching and Writing in Law, (Sydney: Lawbook Co, 2002) h. 9


(26)

17

2. Pendekatan Masalah

Untuk menganalis permasalahan yang ada, penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan konsep, hukum Islam dan pendekatan kasus. Pendekatan konsep dilakukan untuk melihat kesesuaian konsep dengan aplikasi yang berlaku di perbankan syariah. Pendekatan hukum Islam dilakukan untuk menyingkap konsep kontrak dalam sistem hukum Islam.

Pendekatan kasus dilakukan untuk melihat pelanggaraan klausula kontrak dengan konsep atau teori dan hukum Islam di lembaga keuangan syariah. Mengingat luasnya cakupan lembaga keuangan syariah tersebut, dalam penelitian ini lembaga keuangan syariah yang menjadi obyek kajian akan dibatasi ke lembaga keuangan perbankan syariah. Lembaga keuangan perbankan syariah tersebut dipilih atas dasar pertimbangan bahwa praktik kontrak di lembaga tersebut banyak diduga terdapatnya ketidakadilan pembagian loss and profit antara Bank Syariah dengan perusahaan.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian ini ada dua, yakni:

a. Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data dari hasil penelitian lapangan. Dalam hal ini penulis memperoleh data dari pihak kedua yaitu Notaris yang membuat kontrak murabahah antara Bank


(27)

Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada yang dibuat pada tahun 2009.

b. Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan (Library Reseach), yaitu dengan mempelajari buku kepustakaan, kontrak pembiayaan murabahah antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan PT. Lintas Utama Persada, serta materi kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif Deskriptif-Analisis, yaitu untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data lapangan, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis data, dan menjelaskan mengenai penyaluran pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas Utama Persada ditinjau dari hukum Islam. Tujuan penelitian deskriptif ini untuk menggambarkan dan menganalisa secara mendalam mengenai aplikasi kontrak pembiayaan murabahah antara Bank Muamalat Indonesia kepada PT. Lintas Utama Persada.

5. Teknik penulisan

Pedoman penulisan skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.


(28)

19

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitiaan, review studi terdahulu, kerangka teori, metode penelitiaan serta sistematika penulisan.

BAB II TEORI MURABAHAH

Dalam bab ini berisi tentang pengertian murabahah, landasan hukum murabahah, rukun dan syarat murabahah, jenis-jenis murabahah, manfaat dan risiko murabahah, murabahah menurut ulama madzhab dan ulama kontemporer serta pola pengembangannya, dan fatwa-fatwa DSN-MUI tentang murabahah.

BAB III KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA PERSADA

Dalam bab ini berisi mekanisme pembiayaan murabahah dari Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada dan juga isi kontrak pembiayaan murabahah dari Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada.


(29)

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DARI BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI) KE PT. LINTAS UTAMA PERSADA

Dalam bab ini berisi tentang hasil analisis mekanisme pembiayaan murabahah dan hasil analisis terhadap isi kontrak pembiayaan murabahah dari Bank Muamalat Indonesia (BMI) ke PT. Lintas Utama Persada.

BAB IV PENUTUP


(30)

BAB II

TEORI MURABAHAH

A. Definisi Murabahah

Secara etimologis, kata Murabahah berasal dari kata (ةبحبارم -- حبباري – حبار)

yang berarti saling menguntungkan.1 Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli

murabahah adalah jika penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan adanya laba dalam jumlah tertentu2.

Menurut terminologi fiqh Murabahah adalah ”suatu bentuk jual beli tertentu

ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Tingkat keuntungan ini dalam bentuk

persentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran ini bisa dilakukan secara tunai (spot) atau bisa dilakukan di kemudian hari yang disepakati bersama.3

Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia mengemukakan:4

"Bai Murabahah (bai’ul murabahah), jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ murabahah, penjual harus

1 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hilda Karya Agung, 1990), h. 130. 2 Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, Penerjemah M. A Abdurrahman dan A. Haris

Abdullah, (Semarang: Asy-Syifa, 1990), cet I, h. 181.

3 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.

81-82.

4 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, Ed, I Cet. I, (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), h. 161-162.


(31)

memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya."

Dalam Glosari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan:

"Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba."

Menurut M. Syafi’i Antonio menyatakan al-Bai’u al-murabahah adalah jual

beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.5 Dalam

al-Bai’u al-murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan

suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya, Bank membeli sepeda motor dengan harga Rp. 13.000.000,00 kemudian Bank menambahkan keuntungan sebesar Rp. 3.000.000,00 dan Bank menjual kembali kepada si pembeli dengan harga Rp. 15.000.000,00.

Definisi murabahah menurut Muhammad Syafi’i Anwar adalah menjual suatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang ditentukan atau dibayar secara cicilan. Definisi yang diberikan oleh Muhammad Syafi’i Anwar ini mempunyai pendekatan arti dengan pengertian bai’u bi tsaman ajil, yaitu menjual suatu barang dengan mempercepat

penyerahannya kepada si pembeli dengan penangguhan pembayaran harganya sampai saat yang telah ditetapkan atau dengan cara pembayaran angsuran.6

5 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),

cet. I, h. 101.

6 M. Syafi’i Anwar, “Alternatif terhadap Sistem Bunga”, Jurnal Ulumul Quran II, (Oktober,


(32)

23

Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa murabahah adalah bentuk jual beli amanah (atas dasar kepercayaan) yang mewajibkan penjual untuk bersikap transparan kepada pembeli dengan memberikan informasi terkait dengan harga pokok pembelian, keuntungan yang disepakati serta spesifikasi barang yang menjadi objek transaksi.

B. Landasan Hukum Murabahah adalah:

1. Al-Quran

a. Al-Baqarah [2] : 275 :



















 





 

























 





 



 









































































 





















 





























 





























 





 



 









































































 





















 











:

Artinya:

”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapata), sesungguhnyaq jual beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari


(33)

mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya terserah kepada Allah. Orang-orang yang mengulangi (mkengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

b. QS. Al-Nisa [4] : 29 :







 











 





















 

















 

 





Artinya:

”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Dilihat dari Surat Al-Baqarah ayat 275 diatas dapat diketahui bahwasanya Allah telah menghalalkan jual beli yang ditekankan pada ayat لببحاو ببلا عيبببلا, sehingga jual beli Murabahah juga dihalalkan. Dan dilihat dari Surat An-Nisa

ayat 29 diatas juga dapat diketahui bahwasanya Allah mengharamkan segala harta yang diperoleh dengan cara Bathil yang ditekankan pada ayat ل اولكأت مكلاومأ مكنيب لطبلاب, sehingga jika jual beli Murabahah dilakukan dengan cara Bathil maka jual beli Murabahah tersebut juga diharamkan.

2. Hadits

a. Hadits Riwayat Ibnu Majjah dari Shuhaib:7


(34)

25

ىببلَاِ عُببيْبَلْاَ : ةُببكَرَبَلْا نّببهِيْفِ ةٌبثَلَثَ : لابق ملببس و هببيلع ببلا ىلببص يبببنلا نا هبنع ببلا يببضر بيهص نع وَ لٍببجَاَ

عِيْبَلْلِ لَ تِ يْبَلْلِ ريْعِشّ لابِ رّبُلْا طُلْخَوَ ةُضَ رَاقَمُلْا

Artinya:

”Dari Suhaib ra. Bahwa Nabi bersabda: ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk jual.”

b. Hadis Riwayat Imam Turmudzi:8

نع لّاِ نيملببسملا نببيب زئ اببج حلببصلا : ل اببق ملببسو هيلع لا ىلص لا ل وسر نا هنع لا يضر ينزملا فوع

ام ا رح لحا و أ ل لح مرح اطرش لا مهطورش ىلع نوملسملا و امارح لحأ و أ للح مرح احلص

Artinya:

”Dari Amr bin ’Auf al-Mazani ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Perdamaian dapat dilakukan antara sesama kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin itu terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

Dilihat dari Hadits Riwayat Ibnu Majjah dari Shuhaib diatas dapat diketahui bahwasanya terdapat hal-hal yang mengandung berkah, salah satunya adalah jual beli tidak secara tunai. Jual beli Murabahah juga merupakan jual beli

tidak secara tunai yang mengandung berkah, sehingga jual beli Murabahah juga

dihalalkan dalam Islam. Dan dilihat dari Hadits Riwayat Imam Turmudzi dapat diketahui bahwasanya Rasulullah bersabda bahwa perdamaian dapat dilakukan antara sesama kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang

8 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000,


(35)

halal dan menghalalkan yang haram. Jual beli Murabahah merupakan akad yang

halal dan masing-masing pihak terikat dengan syarat-syarat yang berlaku, sehingga jual beli Murabahah merupakan perdamaian yang dapat dilakukan

antara sesama kaum muslimin.

3. Kaidah Fiqih9

لُصْ لَأ اهَمِيْ رحُتَ ىلَعَ ليْلِ دُ لّ ديَ نْأ لّاِ ةحَابَلِاْ ةلَمَاعَمُلْا يفِ

Artinya:

”Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Dilihat dari kaidah fiqih diatas dapat diketahui bahwasanya jual beli

Murabahah adalah jual beli yang dihalalkan dalam Islam, karena sampai

sekarang belum ada dalil yang mengharamkan jual beli Murabahah.

C. Rukun dan Syarat Murabahah

1. Rukun Murabahah10

Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menentukan rukun jual beli,

9 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000,

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Pertama, 2001, h. 24.


(36)

27

terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli

dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka

yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (rida/tara’dhi)

kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga tidak keliatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam

ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang

(ta’athi).

Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:

a. ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli)

b. ada shighat (lafal ijab dan qabul)

c. ada barang yang dibeli

d. ada nilai tukar pengganti barang

Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk ke dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.


(37)

Syarat orang yang berakad ada 4, yaitu:11

a. Faham, yaitu baligh dan berakal, baik agamanya dan hartanya, maka tidak diadakan akad jual belinya anak kecil meskipun telah diuji, begitu juga orang gila dan orang yang dicegah bertasarruf karena dia bodoh

b. Tidak ada pemaksaan dengan jalan yang tidak benar, maka tidak sah akad orang yang dipaksa pada barangnya tanpa hak

c. Islam

d. Hendaknya pembeli bukan orang kafir yang diperangi

Syarat barang yang diakadkan ada 5, yaitu:12

a. objek (barang) suci

b. barang dapat diambil manfaatnya secara syara c. barangnya dapat diserahkan sewaktu akad

d. barangnya dimiliki oleh penjualnya dengan sempurna

Beberapa syarat pokokmurabahah, antara lain sebagai berikut: 13

a. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara

eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan

11 Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah (Terjemahan Kitab

Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Karya Dr. Wahbah Zuhaili), (Jakarta: 1999), h. 38-39.

12 Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah (Terjemahan Kitab

Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Karya Dr. Wahbah Zuhaili), h. 41-42.


(38)

29

menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan yang diinginkan.

b. Tingkat keuntungan dalam Murabahah dapat ditentukan berdasarkan

kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum (sekaligus) atau persentase

tertentu dari biaya.

c. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan ke dalam biaya perolehan untuk menentukan harga agregat, dan margin keuntungan didasarkan pada harga agregat ini. Akan tetapi, pengeluaran yang timbul karena usaha, seperti gaji pegawai, sewa tempat usaha, dan sebagainya tidak dapat dimasukkan ke dalam harga untuk suatu transaksi. Margin keuntungan yang diminta itulah yang meng-cover pengeluaran-pengeluaran

tersebut.

d. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan barang dapat

ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat dipastikan, barang/komoditas tersebut tidak dapat dijual dengan prinsip murabahah.

Menurut Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000, bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba, barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam, bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, harga jual senilai


(39)

harga beli plus keuntungannya serta bank harus memberitahu secara jujur

harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.14

Dalam transaksi jual beli terkandung unsur barang (cara dan syarat penyerahan barang) dan pembayaran (cara dan syarat pembayaran).

Dari penjelasan di atas, syarat minimum akad murabahah menurut fiqih dapat dirangkum dalam tabel.15

No. KATEGORI PERSYARATAN

1 Persyaratan dalam Akad 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 Syarat Syarat Syarat Rukun Rukun Rukun Syarat Syarat Syarat Kesepakatan Kesepakatan Kesepakatan Kesepakatan

Menggunakan judul dengan mencantumkan kata ’Murabahah’ Menyebutkan hari dan tanggal akad dilakukan

Menyebutkan pihak yang bertransaksi dan/atau yang mewakilinya Menetapkan bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli Menetapkan harga beli, harga jual dan tingkat keuntungan

Menetapkan jenis dan ukuran barang yang akan dibeli oleh nasabah Menetapkan jangka waktu dan cara membayar

Menetapkan waktu pengiriman barang yang dibeli

Menetapkan bahwa nasabah adalah pihak yang berutang apabila pembayaran tidak tunai

Menetapkan sanksi bagi nasabah apabila lalai membayar pada waktunya Menetapkan tindakan yang dilakukan apabila terjadi force majeur Menetapkan jaminan (tambahan) apabila diperlukan

Menetapkan saksi-saksi apabila diperlukan

14 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

4/DSN-MUI/IV/2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Revisi Edisi 3, 2006, h. 24


(40)

31

1.14

1.15

Kesepakatan

Rukun

Menetapkan Badan Arbitrase Syariah sebagai tempat penyelesaian apabila terjadi sengketa

Ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bertransaksi 2 Persyaratan Transfer Dana

2.1

2.2

Syarat turunan

Syarat turunan

• Dilakukan bank kepada pihak ketiga

• Alternatif kedua: Mengredit rekening nasabah, lalu mendebetnya berdasarkan surat kuasa dari nasabah, kemudian mentransfer ke rekening bank

• Tanda terima uang oleh nasabah adalah tanda terima barang

• Alternatif kedua: tanda terima uang sambil menyerahkan surat kuasa mendebet rekeningnya kepada bank

3 Persyaratan Perhitungan Keuntungan

3.1 Kesepakatan Menggunakan real transactionary cost atau real costi yang ditetapkan ALCO masing-masing

D. Jenis-jenis Murabahah

Dalam hal ini murabahah terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Murabahah tanpa pesanan16

Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan objek jual beli dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada yang akan


(41)

membeli atau tidak. Ada yang memesan atau tidak, jika barang dagangan sudah menipis maka penjual akan mencari tambahan barang dagangan. Pengadaan barang dilakukan atas dasar persediaan minimum yang harus dipelihara. Sebagai contoh dapat dilihat pada supermarket, ada yang beli atau tidak, begitu persediaan sudah sampai pada jumlah persediaan minimum yang harus dipelihara, maka langsung dilakukan pengadaan barang.

2. Murabahah berdasarkan pesanan

Dalam murabahah berdasarkan pesanan, pengadaan barang yang merupakan objek jual beli dilakukan atas dasar pesanan yang diterima (bank syariah sebagai penjual). Apabila tidak ada pesanan maka tidak dilakukan pengadaan barang. Pengadaan barang sangat tergantung pada proses jual belinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari persediaan barang yang menumpuk dan tidak efisien.17 Murabahah berdasarkan pesanan dapat

dikategorikan dalam:

a. sifatnya mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan.

b. Sifatnya tidak mengikat, artinya walaupun nasabah telah melakukan pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli barang tersebut.18

17 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, h. 166.

18 Sofyan Syafri Harahap, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2007),


(42)

33

Pembagian murabahah ke dalam dua jenis tersebut menunjukkan bahwa pihak penjual tidak semuanya menyediakan barang yang dibutuhkan oleh pembeli. Jika barang yang dibutuhkan oleh pembeli sudah berada dan dimiliki oleh penjual, maka penjual tidak perlu memesan barang yang dibutuhkan tersebut. Namun tidak semua penjual mengadakan barang yang dibutuhkan pembeli, pengadaan barang akan dilakukan apabila ada pesanan dari pembeli.

E. Hak Khiyar dalam Jual Beli

Untuk menjaga jangan sampai terjadi perselisihan antara pembeli (Nasabah) dengan penjual (Bank), maka syariat Islam memberikan hak khiyar, yaitu hak memilih untuk melangsungkan atau tidak jual beli tersebut, karena ada suatu hal bagi kedua belah pihak. Hak khiyar ini dapat berbentuk:19

1. Khiyaar Majlis

Khiyaar majlis adalah kedua pihak yang melakukan akad mempunyai hak

pilih untuk meneruskan atau membatalkan akad jual beli selama masih berada dalam satu majlis (tempat) atau toko, seperti jual beli atau sewa menyewa. 2. Khiyaar Syarath

19 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo


(43)

Khiyar syarath adalah yang ditetapkan bagi salah satu pihak yang berakad

atau keduanya, apakah meneruskan atau membatalkan akad itu selama dalam tenggang waktu yang disepakati bersama. Contohnya, Nasabah mengatakan kepada Bank: ”saya akan membeli barang anda ini dengan ketentuan diberi tenggang waktu selama tiga hari”. Sesudah tiga hari tidak ada kabar, berarti akad itu batal.

3. Khiyaar ’Aib

Khiyar ’aib adalah hak pilih dari kedua belah pihak yang melakukan akad,

apabila terdapat suatu cacat pada benda yang diperjualbelikan dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya pada saat akad berlangsung. Contohnya, Nasabah memesan barang kepada Bank dengan spesifikasi sesuai dengan yang diinginkan nasabah, tetapi setelah barang dikirimkan dan ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah. Dalam kasus ini , ada hak khiyar bagi Nasabah (pembeli).

4. khiyaar Ru’yah

khiyar ru’yah adalah ada hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku

atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat pada akad berlangsung. Pembeli dapat menentukan sikapnya pada saat telah melihat barang itu, apakah ia langsungkan akad itu atau tidak.

F. Unsur-unsur dalam Murabahah


(44)

35

Dalam transaksi murabahah terdapat dua pengertian yang terkait dengan pembayaran dimuka ini yaitu:

a. Hamish Gedyyah

Ini adalah jumlah yang dibayar oleh pemesan pembelian atas permintaan pembeli untuk memastikan bahwa si pemesan adalah serius dalam pemesanannya. Tetapi, apabila janji mengikat dan pemesan pembelian menolak membeli aset, maka kerugian sebenarnya bagi pembeli harus dipenuhi dari jumlah ini.

b. Urboun

Ini adalah jumlah yang dibayar oleh nasabah (pemesan) kepada penjual (yaitu pembeli mula-mula) pada saat pemesan membeli sebuah aset dari penjual. Jika nasabah atau pelanggan meneruskan penjualan dan mengambil aset, maka urboun akan menjadi bagian dari harga. Jika tidak, urboun akan menjadi hak bagi penjual.

Jika memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam fatwa DSN, maka yang dimaksud uang muka akan akuntansi murabahah ini adalah sebagai Hamish Gedyyah, bukan sebagai Urboun. Jadi sesuai dengan

pengertian tersebut yang dimaksud dengan uang muka adalah sebagaimana dijelaskan pada pengetian Hamish Gedyyah walaupun banyak yang

memberikan istilah Urboun.


(45)

Dalam transaksi murabahah yang diperjualbelikan adalah barang miliknya sendiri, sehingga bank syariah mengetahui berapa pokok barang tersebut. Hal ini sejalan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 4/DSN-MUI/IX/2000 tentang Murabahah dalam ketentuan pertama dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, ketentuan umum murabahah dalam bank syariah:20

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu dengan jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

20 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan


(46)

37

8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

Yang perlu diketahui adalah apa yang dikategorikan sebagai ”biaya perolehan” suatu barang, sehingga bank syariah dapat memberitahukan kepada pembeli dengan benar. Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dijelaskan yang dimaksud dengan harga perolehan adalah:

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu aset sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual dan digunakan.

a. Biaya sebagai unsur biaya perolehan

Berkaitan dengan pengadaan barang, bank syariah sebagai penjual tidak menutup kemungkinan mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan barang tersebut sepeti misalnya pembayaran pajak penjualan atas barang yang dibeli, ongkos pengiriman barang dan sebagainya. Biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dikategorikan sebagai unsur penambah harga perolehan Sangay tergantung pada syarat penyerahan barang baik dari pemasok dan pembelinya.


(47)

Yang bertanggungjawab untuk mengadakan barang hádala bank syariah sebagai penjual, sehingga dalam pengadaan barang dimungkinkan diperoleh diskon dari pemasok atas barang tersebut.

Dalam Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang ”Diskon” Dalam Murabahah mengatur diskon sebagai berikut:

1. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari

supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon. Karena itu,

diskon adalah hak nasabah.

2. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.

3. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.

Yang dikategorikan sebagai diskon yang terkait dengan pembelian barang antara lain meliputi (psak 102, paragraf 6-17) :

1. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang 2. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka

pembelian barang, dan

3. Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.


(48)

39

Tujuan bank syariah sebagai penjual adalah memperoleh keuntungan dalam transaksi murabahah yang dilakukan. Dalam perbankan syariah metode perhitungan keuntungan dan metode pengakuan keuntungan tidak harus sama. 4. Hutang Pembeli (Piutang Murabahah)

Hutang nasabah ini berkaitan dengan cara pembayaran harga barang yang diperjual belikan dalam murabahah. Hutang nasabah ini timbul akibat harga jual yang telah disepakati antara penjual dan pembeli dilakukan dengan tangguh atau dilakukan kemudian setelah akad ditandatangani dan penyerahan barang dilakukan.

G. Murabahah yang Diwakilkan21

Dalam praktek banyak bank syariah yang tidak tertlibat dalam pengadaan barang, bank menyediakan uang atau menberikan uang kepada nasabah, dengan alasan nasabah sebagai wakil bank syariah untuk membeli barang kebutuhannya sendiri. Berkaitan dengan hal ini Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah menyatakan sebagai berikut:

Jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank

Dari fatwa ini jelas bahwa bank syariah tidak diperkenankan untuk melakukan akad murabahah kalau barangnya tidak ada, karena timbul gharar (ketidakjelasan


(49)

barang yang diperjualbelikan). Hal ini jelas haditsnya yang mengatakan tidak diperkenankan menjual burung yang masih terbang, menjual ikan dalam lautan dan menjual akan binatang dalam kandungan. Saat bank syariah menyerahkan uang sebagai wakil bank syariah, maka akad yang dipergunakan adalah akad wakalah. Setelah barang ada, baru dilakukan akad murabahah. Untuk memberikan ilustrasi murabahah yang diwakilkan kepada nasabah, diberikan contoh sebagai berikut:

a. saat bank syariah menyerahkan uang sebesar Rp. 120 juta kepada Amir (nasabah), barang yang diperjualbelikan belum ada sehingga tidak diperkenankan melakukan akad murabahah. Atas penyerahan uang tersebut akad yang dipergunakan adalah akad wakalah dan jika akad wakalah hutang nasabah kepad bank syariah hanya sebesar uang yang diterima yaitu sebesar Rp. 120 juta. Dalam memberikan amanah untuk mewakilkan harus jelas atas yang diwakilkan. Bahkan seharusnya nasabah yang menerima kuasa (sebagai wakil bank) menerima upah atas pekerjaan yang dilakukan.

b. Atas amanah yang diberikan bank syariah, Amir/nasabah melakukan pembelian atau pengadaan barang sesuai yang diwakilkan dan kemudian diserahkan kepada bank syariah. Dengan penyerahan barang yang diwakilkan tersebut hutang nasabah diperhitungkan, jika terdapat sisa dikembalikan nasabah kepada bank syariah, sebaliknya jika kurang bank syariah harus menambah atau mengembalikan kekurangannya kepada nasabah. Sampai disini transaksi wakalah selesai.


(50)

41

c. Barang dalam penguasaan bank syariah, oleh karena itu akad murabahah dapat dilaksanakan sesuai ketentuan syariah yang telah diuraikan sebelumnya. Dengan disetujui transaksi ini dengan akad murabahah, maka hutang nasabah kepada bank syariah hanya sebesar harga jual yaitu Rp. 145. 200.000

Jadi akad murabahah dapat dilakukan jika akad wakalah diselesaikan. Dalam praktek bank syariah dikatakan tidak beda dengan bank konvensional dalam transaksi tersebut karena akad murabahah dilakukan bersama-sama dengan akad wakalah dan nasabah diserahkan uang sebesar Rp. 120 juta. Untuk membeli barang yang diwakilkan dan hutang nasabah menjadi sebesar harga jual Rp. 145. 200. 000 (karena akad murabahah sudah ditandatangani(, dimana hak ini sama dengan kredit kendaraan bermotor yang dilakukan bank konvensional.

H. Murabahah Menurut Ulama Madzhab dan Pola Pengembangannya

1. Murabahah Menurut Ulama Madzhab


(51)

Menurut madzhab Hanafi, Murabahah adalah merupakan bentuk jual beli dimana pembeli mengetahui harga pokok barang dan tambahan margin yang diinginkan oleh penjual.22 Jadi jual beli ini bersifat transparan yang

keuntungannya diketahui oleh kedua belah pihak.

f. Madzhab Maliki

Menurut ulama Malikiyah menyatakan bahwa jual beli bisa dilakukan (diperbolehkan) dengan cara jual beli biasa (musawamah) ataupun

murabahah. Jual beli murabahah diperbolehkan dengan syarat penjual memberikan informasi yang transparan kepada pembeli tentang jumlah margin yang diinginkan serta harga pokok pembelian (HPP) yang ia dapatkan dari penjual pertama.23

g. Madzhab Syafi’i

Bai’ al-Murabahah pada masa Imam Syafi’i ini merupakan bentuk jual beli dimana pembeli meminta kepada penjual untuk membelikan barang/komoditas yang ia butuhkan dan pembeli yang langsung menetapkan berapa jumlah margin yang akan dia berikan kepada penjual. Praktik Bai’ al-Murabahah menurut Madzhab Syafi’i telah mengalami

perkembangan. Jual beli tidak hanya dilakukan antara dua pihak saja, tetapi

22 Pandangan Madzhab Hanafi tentang Murabahah dapat kita temukan dalam kitab karya

murid-muridnya, salah satunya adalah Alauddin Abu Bakar bin Mas’ud al-Kasani, dalam kitabnya yang berjudul Budaai’u ash-shonaai’u.

23 Pandangan Madzhab Maliki tentang Murabahah dapat kita temukan dalam kitab karya

murid-muridnya, salah satunya adalah Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Birri Annamri al-Qurthubi, dalam kitabnya yang berjudul Istiy’abu


(52)

43

sudah melibatkan pihak ketiga yaitu penjual pertama atau sekarang disebut dengan Supplier.24

h. Madzhab Hambali

Menurut Madzhab Hambali Bai’ al-Murabahah merupakan salah satu

bentuk praktik jual beli, dimana pihak penjual melakukan perniagaan atas komoditas yang dimiliki dengan tingkat keuntungan tertentu. Selain itu, penjual juga disyaratkan untuk menyebutkan harga pokok pembelian barang (sebagai modal) secara jelas, begitu juga dengan keuntungan yang diinginkan. Misalnya penjual berkata ”modal yang saya keluarkan untuk mendapatkan komoditas tersebut sebesar 100 real, dan saya ingin mendapatkan keuntungan sebesar 10 real”.25

Dari pendapat Ulama Madzhab diatas dapat penulis simpulkan bahwa murabahah adalah bentuk jual beli amanah (atas dasar kepercayaan) yang mewajibkan penjual untuk bersikap transparan kepada pembeli dengan memberikan informasi terkait dengan harga pokok pembelian, keuntungan yang disepakati serta spesifikasi barang yang menjadi objek transaksi.

2. Pola Pengembangan Murabahah Menurut Ulama Madzhab a. Masa Imam Abu Hanifah dan Imam Malik

24 Tesis karya Sofyan Abbas yang berjudul: “Aplikasi Transaksi Murabahah pada PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk Kantor Cabang Ternate”, Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009.

25 Syamsuddin Abu al-Farj bin Abdurrahman bin Syaikh al-Imam al-’Alim al-’Amil al-Zahid

Abu Umar Muhammad bin Qudamah al-Muqaddasi (w.682 H), Al-Syarh Al-Kabir, jilid II, (Riyadh: Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah, tth), h. 392.


(53)

Di masa Imam Abu Hanifah dan Imam Malik mekanisme pola murabahah yang terjadi adalah bentuk transaksi yang terjadi antara kedua belah pihak yang melakukan akad dan belum melibatkan pihak ketiga, dalam artian transaksi itu terjadi secara langsung berhadapan antara penjual dan pembeli dan tidak ada pihak ketiga. Karena ulama madzhab mensyaratkan barang sudah harus dimiliki dan dapat diserahkan pada saat terjadi akad, dan umumnya akad transaksi bai’ al-murabahah yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli dilakukan secara kontan./tunai.

b. Masa Imam Syafi’i

Pada masa ini pola bai’ al-murabahah dengan bentuk yang agak

berbeda. Imam Syafi’i merupakan Imam pertama yang memberikan legalitas transaksi bai’ al-murabahah li al-Amir bi al-Syira’, dimana dalam

bentuk transaksi ini melibatkan pihak ketiga. Transaksi murabahah mengalami pengembangan yaitu transaksi yang terjadi dilakukan tidak hanya dua pihak antara penjual dan pembeli namun ada pihak ketiga yang ikut terlibat dalam proses transaksi ini. Pihak ketiga disini masih bersifat pribadi belum melibatkan lembaga keuangan syariah.


(54)

45

Pada masa ulama Hanabilah bentuk bai’ al-murabahah mengalami

perkembangan lebih lanjut, dimana ketika Imam Syafi’i telah terjadi bentuk transaksi tiga pihak dan dilakukan secara kontan maka perkembangan masa Hanabilah bentuk transaksi bai’ al-murabahah bisa dilakukan secara tunai

dan tempo.

I. Murabahah Menurut Ulama Kontemporer dan Pola Pengembangannya

1. Murabahah Menurut Ulama Kontemporer a. DR. Sami Hasan Hamoud

Dr. Sami Hasan Hamoud adalah ulama kontemporer yang pertama memperkenalkan kembali istilah bai’ murabahah li Amir bi al-Syira’,26 beliau menyatakan bahwa bai’ murabahah li al-Amir bi al-Syira’

merupakan fasilitas pembiayaan yang bisa diberikan oleh perbankan syariah guna mempermudah proses perdagangan ataupun sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. Alasan mendasar diaplikasikannya pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah adalah berangkat dari sebuah realita bahwa manusia terkadang sangat membutuhkan suatu komoditas tertentu guna memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada saat yang sama ia tidak memiliki uang cash yang

cukup untuk membelinya. Peluang bisnis tersebut ditangkap oleh

26 Sami Hasan Hamoud, Tathwir al A’mal al-Masrafiyah Bima Yattafiq al-Syariah al-Islamiyah


(1)

2. Implementasi Isi Kontrak Kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Lintas Utama Persada belum semua bentuk kontraknya sesuai dengan hukum Islam. Hal ini terlihat dari klausul-klausul yang terdapat dalam kontrak yang tidak sesuai dengan syariah, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakadilan. Klausul-klausul tersebut antara lain: tidak ada kejelasan alasan pembelian nasabah didalam kontrak; didalam klausul definisi tentang diskon tidak dijelaskan diskon tersebut berupa potongan harga atau dalam bentuk apa; didalam klausul definisi tentang pengertian Nasabah disebutkan bahwa Nasabah adalah pihak yang berkewajiban membeli barang, padahal di dalam Hukum Islam pihak bank-lah yang harus membeli barang; dan terakhir adalah tidak adanya ruang penempatan tandatangan pihak-pihak yang terlibat didalam kontrak/perjanjian, hanya ada ruang penempatan tandatangan untuk notaris saja.

3. Mekanisme dan kontrak murabahah yang terjadi antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Lintas Utama Persada belum sepenuhnya sesuai dengan Hukum Islam. Hal ini terlihat dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh bank yang menimbulkan ketidakadilan terhadap nasabah. Pelanggaran-pelanggaran tersebut meliputi: di dalam kontrak tidak terdapat klausula hak dan kewajiban, beban biaya yang terlalu besar yang sangat memberatkan nasabah, objek murabahah secara


(2)

prinsip bukan milik bank, keuntungan murabahah yang ditetapkan secara sepihak, tidak ada toleransi penundaan pembayaran jika nasabah tidak mampu membayar, pengalihan resiko yang semuanya dibebankan kepada nasabah, tidak ada kejelasan pengiriman barang dan tidak terdapat tandatangan kedua belah pihak yang bertransaksi.

B. Saran-Saran

Dari hasil penelitian, penulis ingin memberikan saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi atas permasalahan-permasalah yang timbul sehubungan dengan mekanisme dan isi kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak:

1. Dalam hal pembuatan kontrak, penulis mengharapkan agar bank dalam pembuatan kontrak dapat lebih mengutamakan keadilan antara kedua belah pihak yang sesuai dengan syariat Islam.

2. Dewan Syariah Nasional tidak hanya menentukan fatwa-fatwa terkait dengan perbankan syariah saja, tetapi Dewan Syariah Nasional juga harus mengontrol serta mengawasi penerapan ketentuan-ketentuan tersebut, khususnya terhadap kontrak yang dibuat oleh bank. Karena hal ini dapat menyebabkan bank syariah kehilangan jati dirinya sebagai bank syariah yang memegang teguh prinsip keadilan dan juga citra bank syariah akan


(3)

rusak oleh pandangan negatif dari nasabah, dimana tidak ada perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional.

3. Universitas sebagai lembaga tertinggi pendidikan harus mendukung terciptanya produk-produk perbankan yang sesuai dengan syariah dengan cara menyediakan jasa konsultasi bagi nasabah perbankan, khususnya mahasiswa.


(4)

DA

FTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

Yunus, Muhammad, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hilda Karya Agung, 1990

Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta: Tazkia Institute, 1998

…………, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2001

…………., Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Tazkia Institute, 1999 Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007

…………, Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 Lathif, AH. Azharudin, M. Ag,. Fiqh Muamalat. UIN Jakarta Press, 2005

Haroen, H. Nasrun, Dr., MA,. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000 Anshori, Abdul Ghofur. Prof., Dr., SH., M.H,. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam

di Indonesia. Yogyakarta: Citra Media, 2006

Salim, H.S., S.H., M.S,. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Syafe’i, Rahmat, Prof., DR., MA,. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2004 Harahap, Sofyan, S., Prof., Dr., dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE

Usakti, 2004

Wiroso, SE., MBA. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti, 2009 ..., Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, 2005

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, cet. Ke-6, 2002


(5)

Prodjodikoro, Wirjono. Azas-azas Hukum Perjanjian. Bandung: Sumur Bandung, Cet ke-8, 1979

Firdaus, Muhammad. NH, Dr,. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Konsep & Implementasi Bank Syariah. Jakarta: Renaisan, 2005

Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHP Perdata. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008

Gemala, Dewi. dkk. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004

Ali, H. Zainuddin, Prof., Dr., M.A,. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern. Jakarta: PT. Citra Adtya Bakti, 1999 Anwar, Syamsul, Prof., Dr., M.A,. Hukum Perjanjian Syariah (Studi tentang Teori

Akad dalam Fikih Muamalat). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007

Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fiqh Muamalat). Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004

Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam. Yogyakarta: Penerbit UII Press, 2000

Anwar, M. Syafi’I. “Alternatif terhadap Sistem Bunga”, Jurnal Ulumul Quran II, Oktober, 1991

A. Perwataatmadja, H. Karnaen, Drs., MPA., Antonio, M. Syafi’I, M.Ec,. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1992

Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 Al-Zahrul, Rahman. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995 Hamoud, Sami Hasan. Tathwir al A’mal Masrafiyah Bima Yattafiq Syariah

al-Islamiyah. ‘Aman: Mathba’ah al-Syarq, 1402 H/1982

Zuhaili, Wahbah. Al-Muamalat al-Maliyah al-Mu’ashiroh: Buhuts wa Fatawa wa Hulul


(6)

Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah (Terjemahan Kitab Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, karya Dr. Wahbah Zuhaili), (Yakarta, 1999)

Ahmad bin ‘Abdurrazzaq ad-Duwaisy, Fatwa-fatwa Jual Beli, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2009)

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Ed. 2. Jakarta: Internusa, 2003

Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Pertama, 2001 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

4/DSN-MUI/IV/2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: Internusa, 2003


Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Pembiayaan Kpr Bank Konvensional, Pembiayaan KPRS Bank Syariah Di Medan (Studi Kasus Pada Bank Tabungan Negara BTN, Bank Muamalat Indonesia)

0 52 77

Analisis aplikasi produk murabahah pada pembiayaan hunian syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

0 3 136

Manajemen pengelolaan dana DPLK PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. ditinjau dari aspek Hukum Islam

1 41 80

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada Pt Bank Muamalat Indonesia TBK

3 27 111

“Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah Dan Penanganan Risiko Kredit Pada Kendaraan Bermotor” (Studi Pada Bank Muamalat Cabang Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

2 9 106

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 2 15

Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah : studi kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia.

0 0 39

Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Padang.

0 0 7

IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA TAKE OVER PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH DARI BANK KONVENSIONAL KE BANK SYARIAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

0 0 7