BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian sangat penting bagi kehidupan masyarakat, karena perekonomian merupakan tulang punggung dalam kehidupan. Atas dasar itulah maka
Islam mengatur secara terperinci segala hal yang terkait dengan perekonomian, dari hal yang bersifat kecil sampai hal yang bersifat besar. Islam juga melarang segala
sesuatu yang merusak perekonomian bangsa. Salah satu instrumen yang dapat merusak adalah riba pembungaan uang dalam pinjaman. Al-Quran dan As-Sunnah
melarang keras adanya bunga karena mendzolimi pihak lain. Pada dasarnya, seseorang, lembaga atau perusahaan mengajukan pinjaman
karena kebutuhannya akan dana modal, di kehidupan yang semakin lama semakin sulit dan rumit dalam memenuhi kebutuhan menjadikan setiap individu di dalam
masyarakat cenderung saling membutuhkan dan saling membantu dalam mengatasi persoalan hidup di bidang ekonomi. Dan salah satu jenis bantuan tersebut adalah
pinjaman. Pada zaman sekarang, seseorang melakukan pinjaman bukan semata hanya
untuk memenuhi kebutuhan. Lebih dari itu, manusia meminjam uang lebih kepada untuk kepentingan, baik itu untuk modal usaha, kerjasama, bisnis dan lain-lain.
1
Berbagai kepentingan manusia inilah yang merupakan salah satu sebab yang mengakibatkan tumbuhnya berbagai perusahaan di Indonesia. Perusahaan yang
tumbuh tersebut ada yang bergerak pada bidang jasa transportasi, jual-beli, simpan- pinjam, perusahaan sewa dan jenis perusahaan lainnya.
PT. Bank Muamalat Indonesia BMI adalah salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya 2
tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
1
PT. Bank Muamalat Indonesia BMI juga siap membantu perusahaan lainnya dalam hal pemberian modal usaha untuk menjalankan usaha atau
bisnis yang telah perusahaan tersebut rencanakan. Ditengah perhelatan berbagai perusahaan pembiayaan dan jasa keuangan di
negeri ini, tentunya perusahaan apapun harus di-manage dengan baik, termasuk dalam hal ini adalah Bank Muamalat Indonesia agar tidak mengganggu operasional
perusahaan yang dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan. Untuk itu, dalam mengelola dananya, Bank Muamalat Indonesia BMI
melakukan kerjasama dengan Perusahaan-perusahaan dalam bidang penyaluran pembiayaan. Hal ini dilakukan Bank Muamalat Indonesia BMI untuk mendukung
1
Bank Muamalat Indonesia, Bank Muamalat Laporan Tahunan 2005 Annual Report, Jakarta: Muamalat Institute, 2006, h. 4
operasional perusahaan yang memerlukan penyaluran dana secara tepat sasaran dan memperoleh profit sesuai dengan yang telah direncanakan dan diinginkan.
Namun, kontrak yang berlaku antara pihak Bank Syariah dengan perusahaan perlu dikaji lebih mendalam dinilai dari perspektif hukum Islam, dimana dalam
prinsip hukum Islam harus mengutamakan prinsip keadilan antara kedua belah pihak dalam pembagian loss and profit. Karena masih ada beberapa perusahaan yang masih
menggunakan prinsip yang tidak sesuai dengan syariah, dimana ada ketidakadilan dalam pembagian loss and profit antara Bank dan perusahaan tersebut.
Padahal kontrak merupakan salah satu instrumen penting dalam bisnis. Jutaan kontrak terjadi setiap saat pada negara pada tatanan global. Pada semua kontrak yang
disepakati tersebut terjadi pula ratusan ribu perpindahan barang dan jasa dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Dalam proses perpindahan barang dan jasa tersebut
tidak semuanya berjalan dengan mulus atau sesuai dengan kesepakatan, tetapi banyak pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik oleh pihak Bank Syariah
maupun pihak perusahaan, namun pada kenyataannya terdapat ketidakadilan yang dialami oleh perusahaan. Memang antara Bank Syariah dan perusahaan sama-sama
mempunyai kebutuhan dan kepentingan. Kepentingan bagi Bank Syariah adalah memperoleh laba dari kerjasamanya dengan perusahaan, sedangkan kepentingan
perusahaan adalah memperoleh laba dari transaksinya dengan konsumen. Bank Syariah yang juga merupakan lembaga pembiayaan merupakan salah satu
lembaga bisnis yang dalam kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan “kontrak”. Pada umumnya, prosedur lembaga pembiayaan dalam kegiatan kontrak ini berjalan dengan
cara; Pertama, lembaga pembiayaan menyodorkan kontrak baku kepada debiturpenerima fasilitaskonsumenperusahaan.
Kedua, Debiturpenerima
fasilitaskonsumenperusahaan diberikan pilihan untuk menyetujui atau tidak kontrak tersebut. Walaupun dalam praktiknya perusahaan pembiayaan meminta kepada
debiturpenerima fasilitaskonsumenperusahaan untuk membaca dan memahami isinya. Namun isi kontrak yang telah ditentukan secara sepihak oleh lembaga
pembiayaan menimbulkan efek negatif yang tidak menguntungkan debiturpenerima fasilitaskonsumenperusahaan.
Berdasarkan hasil kajian terhadap substansi perjanjian pembiayaan yang disiapkan oleh perusahaan pembiayaan, dapat diketahui bahwa substansi kontraknya
sangat singkat. Kontrak itu hanya terdiri atas beberapa pasal, meliputi: 1. Judul kontrak;
2. Komparisi; 3. Substansi; dan
4. Penutup
2
. Pada dasarnya, hukum perikatan Islam menganut asas kebebasan berkontrak
yaitu suatu perikatan atau perjanjian akan sah dan mengikat kedua belah pihak apabila ada kesepakatan rela sama rela ‘an tarodhin yang terwujud dalam dua pilar
yaitu ijab penawaran dan qabul penerimaan. Namun demikian tentunya sangat berbeda dalam hal prinsip-prinsip dalam rangka pembatasan asas kebebasan
2
Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHP Perdata Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008 h. 139-140
berkontrak tersebut. Karena pembatasan yang diberikan dalam asas kebebasan berkontrak dalam KUHPerdata adalah buatan manusia berupa undang-undang
kesusilaan dan ketertiban umum, sementara dalam konsep syariah adalah firman Allah dalam al-Qur’an dan pernyataan Nabi Muhammad dalam hadist al-Sunnah
3
Atas latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai mekanisme kontrak pembiayaan murabahah dan bagaimana aplikasi
kontrak pembiayaan murabahah tersebut antara Bank Syariah dengan perusahaan.
Alasan penulis memilih akad murabahah dalam penelitian ini adalah karena jika dilihat lebih jauh lagi, khususnya terkait dengan komposisi pembiayaan di bank
syariah, maka tampak bahwa komposisi pembiayaan di bank syariah per Oktober 2009 total pembiayaan perbankan syariah mencapai 45,3 triliun dimana porsi
pembiayaan musyarakah mencapai 6,4 triliun atau 14,1 dari total pembiayaan. Sedangkan pembiayaan mudharabah hanya sebesar Rp 10,2 triliun atau 22,5 .
Bandingkan dengan pembiayaan murabahah yang mencapai Rp 25,5 triliun atau porsinya sebesar 56,3.
Atas dasar itulah maka penulis memutuskan untuk membuat skripsi yang
berjudul: “Kesesuaian Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Ke Perusahaan Ditinjau dari Hukum Islam Dari Bank Muamalat Indonesia ke PT. Lintas
Utama Persada”
3
Gemala Dewi, dkk, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004 h. 190.
B. Perumusan Masalah 1.