terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab ungkapan membeli
dari pembeli dan qabul ungkapan menjual dari penjual. Menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan ridatara’dhi
kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga
tidak keliatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak
yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang
ta’athi. Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada
empat, yaitu: a. ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain penjual dan pembeli
b. ada shighat lafal ijab dan qabul c. ada barang yang dibeli
d. ada nilai tukar pengganti barang Menurut ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan
nilai tukar barang termasuk ke dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.
2. Syarat Murabahah
Syarat orang yang berakad ada 4, yaitu:
11
a. Faham, yaitu baligh dan berakal, baik agamanya dan hartanya, maka tidak diadakan akad jual belinya anak kecil meskipun telah diuji, begitu juga
orang gila dan orang yang dicegah bertasarruf karena dia bodoh b. Tidak ada pemaksaan dengan jalan yang tidak benar, maka tidak sah akad
orang yang dipaksa pada barangnya tanpa hak c. Islam
d. Hendaknya pembeli bukan orang kafir yang diperangi Syarat barang yang diakadkan ada 5, yaitu:
12
a. objek barang suci b. barang dapat diambil manfaatnya secara syara
c. barangnya dapat diserahkan sewaktu akad d. barangnya dimiliki oleh penjualnya dengan sempurna
Beberapa syarat pokok murabahah, antara lain sebagai berikut:
13
a. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan
11
Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah Terjemahan Kitab Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Karya Dr. Wahbah Zuhaili, Jakarta: 1999, h. 38-39.
12
Tim Counterpart Bank Muamalat, Fiqh Muamalah Perbankan Syariah Terjemahan Kitab Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Karya Dr. Wahbah Zuhaili, h. 41-42.
13
Ascarya, Akad Produk Bank Syariah, h. 83.
menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan yang diinginkan.
b. Tingkat keuntungan dalam Murabahah dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum sekaligus atau persentase
tertentu dari biaya. c. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang,
seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan ke dalam biaya perolehan untuk menentukan harga agregat, dan margin keuntungan
didasarkan pada harga agregat ini. Akan tetapi, pengeluaran yang timbul karena usaha, seperti gaji pegawai, sewa tempat usaha, dan sebagainya
tidak dapat dimasukkan ke dalam harga untuk suatu transaksi. Margin keuntungan yang diminta itulah yang meng-cover pengeluaran-pengeluaran
tersebut. d. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan barang dapat
ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat dipastikan, barangkomoditas tersebut tidak dapat dijual dengan prinsip murabahah.
Menurut Fatwa DSN-MUI No. 04DSN-MUIIV2000, bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba, barang yang
diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam, bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, harga jual senilai
harga beli plus keuntungannya serta bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
14
Dalam transaksi jual beli terkandung unsur barang cara dan syarat penyerahan barang dan pembayaran cara dan syarat pembayaran.
Dari penjelasan di atas, syarat minimum akad murabahah menurut fiqih dapat dirangkum dalam tabel.
15
No. KATEGORI
PERSYARATAN
1 Persyaratan dalam Akad 1.1
1.2 1.3
1.4 1.5
1.6 1.7
1.8 1.9
1.10 1.11
1.12 1.13
Syarat Syarat
Syarat Rukun
Rukun Rukun
Syarat Syarat
Syarat
Kesepakatan Kesepakatan
Kesepakatan Kesepakatan
Menggunakan judul dengan mencantumkan kata ’Murabahah’ Menyebutkan hari dan tanggal akad dilakukan
Menyebutkan pihak yang bertransaksi danatau yang mewakilinya Menetapkan bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli
Menetapkan harga beli, harga jual dan tingkat keuntungan Menetapkan jenis dan ukuran barang yang akan dibeli oleh nasabah
Menetapkan jangka waktu dan cara membayar Menetapkan waktu pengiriman barang yang dibeli
Menetapkan bahwa nasabah adalah pihak yang berutang apabila pembayaran tidak tunai
Menetapkan sanksi bagi nasabah apabila lalai membayar pada waktunya Menetapkan tindakan yang dilakukan apabila terjadi force majeur
Menetapkan jaminan tambahan apabila diperlukan Menetapkan saksi-saksi apabila diperlukan
14
Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 4DSN- MUIIV2000, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Revisi Edisi 3, 2006, h. 24
15
Ascarya, Akad Produk Bank Syariah, h. 89.
1.14
1.15 Kesepakatan
Rukun Menetapkan Badan Arbitrase Syariah sebagai tempat penyelesaian apabila
terjadi sengketa Ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bertransaksi
2 Persyaratan Transfer Dana
2.1
2.2 Syarat
turunan
Syarat turunan
• Dilakukan bank kepada pihak ketiga
• Alternatif kedua: Mengredit rekening nasabah, lalu mendebetnya
berdasarkan surat kuasa dari nasabah, kemudian mentransfer ke rekening bank
• Tanda terima uang oleh nasabah adalah tanda terima barang
• Alternatif kedua: tanda terima uang sambil menyerahkan surat kuasa
mendebet rekeningnya kepada bank
3 Persyaratan Perhitungan Keuntungan 3.1
Kesepakatan Menggunakan real transactionary cost atau real costi yang ditetapkan ALCO
masing-masing
D. Jenis-jenis Murabahah