Menyikapi jika narasumber mengklarifikasi tentang pemuatan berita

b. Menyikapi jika narasumber mengklarifikasi tentang pemuatan berita

Penulis mengajukan pertanyaan ini karena pada temuan saat observasi PRO sebagai narasumber melakukan hal tersebut. Informan 1, ketika peneliti mencoba mengklarifikasi ulang apakah pernah menanykan pada wartawan tentang pemuatan berita menjawab : “Ya pernah, mungkin kamu juga tahu ya waktu magang kemaren. Kita hanya sebatas memastikan berita kita akan dimuat atau tidak. Kan kita punya tanggung jawab pada atasan untuk setiap event ata acara yang kita buat itu kita mengirim semacam laporan dalam bentuk kliping koran-koran yang memuat acara kita itu. Ya kita coba bekerja sebaik mungkin donk. Kalau banyak yang memberitakan acara kita kan berati kita berhasil ya, bisa dikatakan sukses lah acaranya. Kita maklum kok kan wartawan itu sibuk ya siapa tahu lupa atau gimana. Kalau hubungan kita sudah baik gak masalah” Wawancara, 27 Agustus 2010 Salah satu alasan informan 2 menolak pemberian tersebut adalah ketakutan kalau narasumber merong-rong. Oleh karena itu dia memilih menolaknya : “Ya itu yang saya takutkan mbak, ketika nrima pasti gitu. Jadi mending saya sebisa mungkin menolak mbak. Kan pernah juga mbak di hotel mana gitu kan dapet souvenir, ya saya terima. Sampai seminggu baru saya buka ternyata di dalemnya ada uangnya 250ribu. Wah langsung saya laporan ke kantor. Sebisa mungkin saya kembalikan. tapi kalau yang ngadain EO saya juga masih bingung ini uang dari mana kalau saya kembalikan ke EOnya nanti akan seperti apa itu ya saya pertimbangkan dulu. dirumah masih ada beberapa amplop yang saya bingung mau saya gimanakan” Wawancara, 12 Agustus 2010 Informan 3 dan 4 sepakat menjawab bahwa masalah pemuatan adalah wewenang redaksi seperti yang dikemukakan informan 3 berikut : “Akan saya jawab sebisa dan sebaik dan sebijak mungkin. Saya pun seringkali menerima pertanyaan semacam itu. Tapi kalau memang keterlaluan dan memaksa, saya siap mengembalikan segala sesuatu dari narasumber seperti itu” Wawancara, 10 Agustus 2010 commit to users Informan 5 mengungkapkan bahwa bukan hanya narasumber yang memberi uang saja yang merong-rong, yang tidak memberi pun juga banyak yang merong-rong menanyakan kapan beritanya dimuat : “Ya gimana ya dek, kalau aku jarang sih dek tidak keluar, beritaku pasti keluar sih dek..Kalaupun tidak keluar, tidak semua narasumber yang memberi itu yang merong-rong ya, kadang yang tidak memberipun juga merong-rong kita untuk keluar, jadi bebannya sama aja. Jadi kadang aku malah jadi ilfil, Loh aku tidak ada keterikatan apa-apa kok malah justru merong-rong dan sampai segitunya. itu yang kadang bikin kita jadi Aduuuuh gitu. Dari awal menerima kita sudah bilang kita hanya sebatas menulis berita. Katakanlah masalah pemuatan itu redaksi yang menentukan. Kita sudah memberi warning seperti itu kepada mereka. Jadi ketika pemuatan nanti belum keluar ya kita bilang nanti kita koordinasikan lebih lanjut dengan redaksi” Wawancara, 25 Agustus 2010 Informan 7 membedakan dampaknya dari sisi kedekatan dengan narasumber, justru ketika dekat malah ada beban moral dan ketika tidak kenal dekat tidak ada kesungkanan untuk menolak. “Itu giniya, kalau tidak kenal dekat itu pasti ada ya beban moral. karena begini bisa dibedakan kalau orang yang tidak kenal memberi itu pasti mikirnya besok beritanya keluar, dan pasti menanyakan. mas kok gak keluar, dia pasti berfikir karena dia sudah memberi. itu kan berat. ketika liputan itu pasti kita lihat, ini nanti besok pasti akan tanya, kalau udah gitu kita tolak’Wawancara, 21 Sept 2010 Lebih lanjut informan 7 menceritakan kejadian yang bersangkutan ketika menghadiri sebuah jumpa pers : “Kemaren saya juga menjadi mediasi temen-temen ya, waktu ada jumpa pers di PLN. PLN mengundang, kan ada temen-temen banyak. terus pengundangnya tanya mas ini kelurnya kapan?. Ketika saya mendengar seperti itu saya segera tahu bahwa ini pasti orangnya belum tahu mekanisme pers. makanya kewajiban kita sebagai wartawan menjelaskan regulasinya seperti apa. maka saya bilang silahkan duduk dulu mbak saya akan memberi pengertian tentang mekanisme pers. Wartawan itu tugasnya commit to users mencari berita, menulis berita, mengirim berita. lain itu tidak. Nah terkait dengan pemuatan itu adalah haknya rapat redaksi. diatas wartawan ada redaktur, diatas redaktur ada rapat redaksi nah rapat redaksi itulah yang menentukan berita itu dimuat” Wawancara, 21 Sept 2010 Dan menurut informan 7 ada beberapa pertimbangan yang diambil ketika menentukan sebuah berita patut untuk dimuat atau tidak, yaitu : 1. skala proritas, prioritas itu didasarkan pada satu isu, juga nilai kebutuhan masyarakat pada satu isu. misalnya ada berita bahwa besok listrik didaerah ini mati, itu kan prioritas, kalau tidak kita muat sekarang kan jadinya warga tida tahu, padahal besok udah mati. itu yang namanya skala prioritas, menyangkut kebutuhan masyarakat. kalau feature kan bisa ditunda. 2. halaman, berita itu kan juga terkait dengan halaman misalnya ini ada 7 berita dan 1 iklan, padahal beritanya banyak, maka kita pilih yang prioritas tadi. jadi orang kan tahu mekanismenya seperti ini. itu yang bisa dijelaskan, bukan kalau pingin dimuat harus ngasih duit, enggak” Wawancara, 27 Sept 2010 Informan 8 mengungkapkan bahwa terkadang ada narasumber yang marah juga ketika beritanya tidak termuat : “Pernah, sering, sering baget malah. mereka tanya mbak keluarnya kapan? kok gak keluar gitu. Ya cuma bilang pak ini sudah saya tulis. keluar tidaknya kan tergantung redaksi. karena ada kriteria dan batasan berita menurut koran kami yang patut dimuat gimana. pertimbangannya dari tataran redaksi. kita gak tahu gitu. Ya, kadang kan narasumber tahunya kita liputan, kita yang nulis oh ini pasti dimuat. jadi ya kita harus ekstra sabar menghadapi narasumber gitu. kadang juga ada yang marah, sabar..sabaaar gitu ” Wawancara, 24 Sept 2010 Hampir semua informan menyikapi narasumber yang menanyakan kapan beritanya dimuat adalah dengan menjelaskan mekanisme media bahwa yang berhak memutuskan berita layak muat atau tidak adalah wewenang rapat redaksi dan tugas wartawan hanyalah mencari dan menulis berita untuk kemudian dikirimkan ke redaktur. commit to users 154 Tabel IX Pendapat Informan tentang bagaimana menyikapi Narasumber yang sering konfirmasi “kapan beritanya dimuat?” No Nama Pendapat Informan tentang bagaimana menyikapi Narasumber yang sering konfirmasi “kapan beritanya dimuat?” 1 Informan I Ya pernah, mungkin kamu juga tahu ya waktu magang kemaren. Kita hanya sebatas memastikan berita kita akan dimuat atau tidak. Kan kita punya tanggung jawab pada atasan untuk setiap event ata acara yang kita buat itu kita mengirim semacam laporan dalam bentuk kliping koran-koran yang memuat acara kita itu. Ya kita coba bekerja sebaik mungkin donk. Kalau banyak yang memberitakan acara kita kan berati kita berhasil ya, bisa dikatakan sukses lah acaranya. kita maklum kok kan wartawan itu sibuk ya siapa tahu lupa atau gimana. Kalau hubungan kita sudah baik gak masalah. Makanya kamu saya wanti-wanti kalau mau hubungi wartawan, mereka sibuk, jangan apa ya istilahnya memaksa lah. Kalau tidak bisa ya jangan memaksa. 2 Informan II Ya itu yang saya takutkan mbak, ketika nrima pasti gitu. Jadi mending saya sebisa mungkin menolak mbak. Kan pernah juga mbak di hotel mana gitu kan dapet souvenir, ya saya terima. Sampai seminggu baru saya buka ternyata di dalemnya ada uangnya 250ribu. Wah langsung saya laporan ke kantor. sebisa mungkin saya kembalikan. tapi kalau yang ngadain EO saya juga masih bingung ini uang dari mana kalau saya kembalikan ke EOnya nanti akan seperti apa itu ya saya pertimbangkan dulu. dirumah masih ada beberapa amplop yang saya bingung mau saya gimanakan. 3 Informan III Akan saya jawab sebisa dan sebaik dan sebijak mungkin. Saya pun seringkali menerima pertanyaan semacam itu. Tapi kalau memang keterlaluan dan memaksa, saya siap mengembalikan segala sesuatu dari narasumber seperti itu 4 Informan IV Ya saya jelaskan kalau itu wewenang rapat redaksi 5 Informan V Ya gimana ya dek, kalau aku jarang sih dek tidak keluar, beritaku pasti keluar sih dek..Kalaupun tidak keluar, tidak semua narasumber yang memberi itu yang merong-rong ya, kadang yang tidak memberipun juga merong-rong kita untuk keluar, jadi bebannya sama aja. Jadi kadang aku malah jadi ilfil, Loh aku tidak ada keterikatan apa-apa kok malah justru merong-rong dan sampai segitunya. itu yang kadang bikin kita jadi Aduuuuh gitu. Dari awal menerima kita sudah bilang kita hanya sebatas menulis berita. Katakanlah masalah pmuatan itu redaksi yang menentukan. Kita sudah memberi warning seperti itu kepada mereka. Jadi ketika pemuatan nanti belum keluar ya kita bilang nanti kita koordinasikan lebih lanjut dengan redaksi. 6 Informan VI Sering sekali…Kayak dulu pernah ada kasus yang kita diposisikan antara harus membela rakyat atau suatu instansi. itu kita harus tetap balance. Saya sudah coba kroscek tapi susah, jadi saya beritakan sesuai informasi masyarakat. itu mereka komplain. saya persilahkan mereka komplain karena mereka juga punya hak jawab. Lalu saya dipanggil dan mereka ngasih amplop. saya tolak karena ini maslah sengketa. Mereka maksa, Langsung saya tanya ini maksutnya apa? Kalau untuk pemberitaan saya tidak bisa hanya dinilai dengan 100 atau 200 ribu. Mereka bilang ini cuma transport saja. bukan untuk apa-apa…Tapi tetap saya tolak karena saya tahu saya harus menempatkan diri sebagai profesional. Boleh dekat dengan narasumber tapi tidak boleh deket sekali.Memang hanya menjaga hubungan saja, kalau kita langsung memotong statement itu jadinya tidak baik. Karena di Suara Merdeka bahasa berita kita harus lebih halus, tidak seperti media commit to users 155 lain yang kadang keras itu kita harus lebih halus. 7 Informan VII Itu giniya, kalau tidak kenal dekat itu pasti ada ya beban moral. karena begini bisa dibedakan kalau orang yang tidak kenal memberi itu pasti mikirnya besok beritanya keluar, dan pasti menanyakan. mas kok gak keluar, dia pasti berfikir karena dia sudah memberi. itu kan berat. ketika liputan itu pasti kita lihat, ini nanti besok pasti akan tanya, kalau udah gitu kita tolak. kemaren saya juga menjadi mediasi temen-temen ya, waktu ada jumpa pers di PLN. PLN mengundang, kan ada temen-temen banyak. terus pengundangnya tanya mas ini kelurnya kapan? Ketika saya mendengar seperti itu saya segera tahu bahwa ini pasti orangnya belum tahu mekanisme pers. makanya kewajiban kita sebagai wartawan menjelaskan regulasinya seperti apa. maka saya bilang silahkan duduk dulu mbak saya akan memberi pengertian tentang mekanisme pers. Wartawan itu tugasnya mencari berita, menulis berita, mengirim berita. lain itu tidak. Nah terkait dengan pemuatan itu adalah haknya rapat redaksi. diatas wartawan ada redaktur, diatas redaktur ada rapat redaksi nah rapat redaksi itulah yang menentukan berita itu dimuat. Berita itu muat atau tidak kan juga ada pertimbangan-pertimbangannya, pertama skala proritas, jadi banyak berita yang masuk, kira-kira prioritasnya yang mana, prioritas itu didasarkan pada satu isu, juga nilai kebutuhan masyarakat pada satu isu. misalnya ada berita bahwa besok listrik didaerah ini mati, itu kan prioritas, kalau tidak kita muat sekarang kan jadinya warga tida tahu, padahal besok udah mati. itu yang namanya skala prioritas, menyangkut kebutuhan masyarakat. kalau feature kan bisa ditunda Yang kedua adalah halaman, berita itu kan juga terkait dengan halaman misalnya ini ada 7 berita dan 1 iklan, padahal beritanya banyak, maka kita pilih yang prioritas tadi. jadi orang kan tahu mekanismenya seperti ini. itu yang bisa dijelaskan, bukan kalau pingin dimuat harus ngasih duit, enggak. 8 Informan VIII Pernah, sering, sering baget malah. mereka tanya mbak keluarnya kapan? kok gak keluar gitu. Ya cuma bilang pak ini sudah saya tulis. keluar tidaknya kan tergantung redaksi. karena ada kriteria dan batasan berita menurut koran kami yang patut dimuat gimana. pertimbangannya dari tataran redaksi. kita gak tahu gitu. Ya, kadang kan narasumber tahunya kita liputan, kita yang nulis oh ini pasti dimuat. jadi ya kita harus ekstra sabar menghadapi narasumber gitu. kadang juga ada yang marah, sabar..sabaaar gitu.. 9 Informan IX Tidal memberikan tanggapan 10 Informan X Saya tidak pernah berharap diberi apapun. Jadi tidak berpengaruh bagi saya. commit to users

c. Kesenjangan antar wartawan terkait sikap mereka terhadap uang transportasi

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Pengetahuan dan Persepsi Ibu Balita Tentang Pelaksanaan Program Taburia dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian Taburia bagi Balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

0 60 98

Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations (Studi Deskriptif tentang Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations khususnya kegiatan media relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan)

4 67 139

Strategi Public Relations CBL Radio 91.7 Fm Bandung Dalam Menjalin Hubungan Baik Dengan Wartawan Media Cetak

1 16 109

Strategi Public Relations OZ Radio 103.1 FM Bandung Dalam Menjalin Hubungan Baik Dengan Wartawan Media Cetak

2 50 105

Faktor faktor yang berhubungan dengan persepsi Public Relations Officer (PRO) tentang kompetensi wartawan

0 7 187

PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI PUBLIC RELATIONS OFFICER PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA MENJADI PUBLIC RELATIONS OFFICER (Studi Kasus Pada Mahasiswa Konsentrasi Studi Public Relations Tahun Ajaran

1 6 28

PERBEDAAN KONSEP MEDIA RELATIONS OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS PERBEDAAN KONSEP MEDIA RELATIONS OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS DENGAN WARTAWAN (Kasus Monumen Jogja Kembali dan Benteng Vredeburg dengan Wartawan Media Cetak di Yogyakarta

0 2 12

PENDAHULUAN PERBEDAAN KONSEP MEDIA RELATIONS OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS DENGAN WARTAWAN (Kasus Monumen Jogja Kembali dan Benteng Vredeburg dengan Wartawan Media Cetak di Yogyakarta).

0 5 37

PENUTUP PERBEDAAN KONSEP MEDIA RELATIONS OLEH PRAKTISI PUBLIC RELATIONS DENGAN WARTAWAN (Kasus Monumen Jogja Kembali dan Benteng Vredeburg dengan Wartawan Media Cetak di Yogyakarta).

0 2 4

PERSEPSI MAHASISWA PUBLIC RELATIONS TERHADAP KOMUNIKASI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL‘TWITTER’

0 1 30