BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penelitian yang berjudul “Persepsi Wartawan Media Cetak dan Public Relations Officer
terhadap Pemberian Uang Transportasi ” ini berawal dari pengalaman penulis ketika menjalani magang sebagai Public Relations di
sebuah perusahaan besar yang memiliki cabang di semarang. Ketika itu penulis menemukan sebuah kejadian yang baru dimana ketika perusahaan
tersebut menggelar sebuah event, setelah diadakan konferensi pers, bagian Public Relations
selalu mempersiapkan amplop yang menurut PROnya adalah uang transportasi untuk wartawan.
Selain itu penulis juga mendapati sebuah kejadian ketika diadakan sebuah acara sosial di perusahaan itu, tidak ada wartawan yang meliput akan tetapi
keesokan harinya berita tentang kegiatan tersebut dusah termuat pada sebuah surat kabar. Karena penulis merasa penasaran, maka penulis mencoba
menanyakan langsung pada PRO perusahaan itu, dan jawabnya “kita hanya mengirim foto dan informasi singkat tentang acara tersebut, nanti wartawan
sudah tau apa yang harus mereka tulis”. Melihat fakta seperti itu, penulis merasa sangat tertarik untuk meneliti
lebih jauh bagaimana persepsi wartawan media cetak dan PRO perusahaan itu sendiri mengenai uang transportasi tersebut. Apakah pemeberian uang
transportasi itu mempunyai pengaruh besar pada independensi wartawan
commit to users
dalam meliput sebuah berita. Selain itu penulis merasa ada sebuah indikasi bahwa terjadi pelanggaran kode etik wartawan dalam hal peliputan dan
pemuatan berita yang akhirnya disampaikan pada khalayak. Salah satu kegiatan utama public relations adalah untuk membentuk dan
menjaga citra positif perusahaan. Bahkan mengubah pandangan negatif menjadi positif. Oleh karena itu keberadaan pers sangat dibutuhkan oleh PR
sebagai media publikasi dan penyebaran informasi. Sedangkan pers juga membutuhkan PR untuk menggali informasi tentang perusahaan yang
ditanganinya. Oleh karena itu sudah semestinya kedua pihak tersebut menjalin hubungan baik.
Kegiatan menjalin hubungan baik dengan pers atau media massa Press Relations
adalah upaya untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimal atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan
pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan Jefkins 1995 : 98.
Sebagai lembaga media massa, pers diyakini mampu menjadi wahana demokrasi dan demokratisasi. Karena banyak kalangan yang menilai bahwa
siapapun yang mampu menguasai media massa maka dia akan memenangkan persaingan. Pers juga dinilai memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini
khalayak. Sehingga wartawan mempunyai peranan penting sebagai penyampai informasi. Frank Jefkins menyebut wartawan bisa di undang kapanpun, selalu
memberitakan hal-hal negatif, selalu urakan, pintar, membutuhkan berita,
commit to users
kebal hukum, bisa menulis apa saja dan dijuluki manusia sakti yang mampu mengurus apa saja dan menembus rumitnya birokrasi Abdullah. 2004 : 45.
Pada dasarnya wartawan selalu identik dengan pergaulan yang luas. Berbagai kritik tajam tertuju pada wartawan dan semakin mengukuhkan
masyarakat bahwa dunia wartawan selalu lekat dengan dunia amplop yang digolongkan dua jenis amplop yaitu amplop sebagai suap dan amplop sebagai
uang transportasi. Pengertian Amplop sebagai suap sangat bertolak belakang dengan amplop
sebagai uang transportasi. Amplop sebagai suap ini bertujuan agar wartawan tidak menulis berita yang dikonfirmasi karena biasanya perusahaan yang
didatangi wartawan memiliki masalah yang jika diberitakan dikhawatirkan akan mengganggu perusahaan. Singkatnya “Wartawan jangan menulis apapun,
sebagai imbalannya maka keluarlah amplop ini”. Akan tetapi tidak semua wartawan berani menerima uang suap ini. Selain melanggar kode etik, resiko
teguran dari kantor tempat mereka bekerjapun juga sangat besar. Hanya wartawan yang tidak memiliki integritaslah yang mau menerima yang dijuluki
wartawan gadungan. Seseorang yang pertama kali berhadapan sengan wartawan sering
kebingungan bahwa apakah setiap mengirim press release harus selalu menyediakan amplop? Berapa besar amplop yang harus diberikan? Dan
apakah pemberian itu tidak bertentangan dengan kode etik jurnalistik? Apakah jika tidak memberikan amplop wartawan mau memuat publikasi kita?
commit to users
Semua penerbitan pers baik cetak maupun elektronik sangat mengharamkan uang amplop ini karena jika diketahui oleh masyarakat umum,
citra media akan sangat tercemar jika terbukti menerima suap. Sangsi wartawan yang menerima suap biasanya sangat keras. Oleh karena itu
wartawan akan menolak setiap bentuk amplop suap. Meski demikian tak sedikit oknum yang masih memanfaatkan amplop ini untuk kepentingan
pribadinya. Kode etik jurnalistik pasal 5 ayat 4 manyatakan “Penerimaan imbalan atau
segala sesuatu janji untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu berita, gambar atau tulisan yang dapat menguntungkan atau merugikan seseorang,
sesuatu golongan atau sesuatu pihak dilarang sama sekali”. Amplop berlatar belakang suap ini sebetulnya bukan hanya terjadi dikalangan oknum
wartawan, namun bisa pula muncul pada profesi lainnya, dan profesi lain itu pun pasti akan mengecam jika amplop itu bertujuan untuk suap.
Sedangkan amplop sebagai uang transportasi dinilai bukanlah sebagai suap, karena pemberiannya tidak ada hubungannya dengan kasus yang
dihadapi suatu perusahaan. Uang transportasi ini biasanya diberikan oleh humas perusahaan yang mengundang wartawan dalam sebuah acara jumpa
pers. Pemberi uang transport ini memberikan uang secara sukarela dan sudah dianggarkan dalam kepanitiaan, dimaksutkan sebagai ganti bensin atau ongkos
pulang pergi dari kantor wartawan menuju tempat jumpa pers Abdullah 2004 : 47.
commit to users
Meski demikian tidak semua wartawan bersedia menerima uang transport ini. Selain karena peraturan medianya yang melarang keras, juga karena sikap
pribadi si wartawan sendiri yang merasa kurang sreg untuk menerima pemberian ini. Penolakan yang dilakukan wartawan ini disebabkan karena
adanya pengertian amplop sebagai suap yang berkonotasi negative dan bisa merendahkan martabat profesi wartawan.
Selain itu bagaimanpun juga pemberi amplop ini juga berharap agar informasi yang dia sampaikan bisa dimuat di media si wartawan sehingga ada
rasa sungkan jika menerima tapi belum tentu akan memuat. Sehingga muncul beban moral pada diri wartawan yang menerima, karena bagaimanapun
dimuat tidaknya sebuah berita adalah wewenang redakturnya, dan wartawan tidak bisa menjamin pemuatan itu. Sehingga mereka memilih tidak menerima
amplop dari pada menanggung beban moral. Oleh karena itu humas yang baik adalah humas yang benar-benar tak perlu
kecewa dengan pemberian yang ada. Sebab pada awalnya uang tersebut diberikan benar-benar bermaksut sebagai uang transport, bukan uang suap.
Akan tetapi pada kenyataannya wartawan tetap mendatangi suatu undangan kendati lembaga itu tidak pernah memberi uang transport. Mereka datang
dengan sukarela karena menilai informasi yang akan diberikan benar-benar memiliki nilai berita. Melihat semua kenyataan ini rasanya tidak adik jika
menilai negative terhadap para wartawan yang mau menerima uang transport. Dengan honor yang minim, ternyata mereka memiliki semangat mengejar
berita yang masih sangat tinggi.
commit to users
Didalam jurnalistik yang dinomorsatukan wartawan atau redaktur adalah berita yang actual, penting, memiliki keluarbiasaan, dan mengandung konflik
atau pertentangan. Sedangkan narasumber yang disukai wartawan adalah mereka yang memiliki kredibilitas, tajam dan analitis, kaya dengan data dan
informasi mutakhir, berani, berpikir runtut, berwawasan luas, konsisten, paham dengan dunia jurnalistik dan mudah dihubungi.
Jika mangamati lebih jauh dilapangan, kasus penerimaan uang transportasi maupun Amplop itu tampaknya dapat berkembang menjadi masalah yang
kompleks, karena sudah banyak wartawan pemegang kartu pers yang menggunakan kartunya sebagai alat pencari kekayaan. Jika memang demikian,
Independensi wartawan memang patut diragukan. Karena itu, penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana persepsi
wartawan media cetak dan PRO terhadap pemberian uang ampop sebagai uang trnasportasi. Wakil dari kalangan pers dalam penelitian ini adalah media
cetak yaitu surat kabar. Pemilihan surat kabar sebagai wakil dari pers karena kelebihan surat kabar sebagai salah satu media cetak dibandingkan media
elektronik. Kelebihannya adalah pesan yang disampaikan dalam surat kabar dapat terekam atau terdokumentasikan dengan baik. Artinya pesan itu dapat
dikaji ulang, dipelajari serta disimpan untuk dibaca kembali dilain kesempatan. Selain itu pembahasan berita atau pesan lebih mendalam dan
beragam, sehingga daya persuasinya lebih besar Efendi 2000 :135.
commit to users
B. RUMUSAN MASALAH