4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis dan Topografis
Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107°52–108°36 BT dan 6°15 – 6°40 LS. Batas wilayah Kabupaten Indramayu: sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Subang; sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Sumedang, dan Kabupaten Cirebon; sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon.
Cakupan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Indramayu saat ini terdiri dari 31 Kecamatan, 307 desa dan 8 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar
204,011 ha atau 2.040.110 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang. Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah pada umumnya
berkisar antara 0-18 m di atas permukaan laut berupa rawa, tambak, sawah, pekarangan. Kabupaten Indramayu sebagian permukaan tanahnya berupa dataran
dengan kemiringan antara 0-2 seluas 201.285 ha 96,03 dari total wilayah. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi maka daerah-
daerah tertentu akan terjadi genangan air dan bila kemarau akan mengakibatkan kekeringan Pemerintah Kabupaten Indramayu, 2011.
Kabupaten Indramayu memiliki wilayah pesisir dengan garis pantai sepanjang 114 km yang merupakan
garis pantai terpanjang di Provinsi Jawa Barat Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu, 2005.
4.2 Keadaan Iklim Indramayu
Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang posisi pantai utara Pulau Jawa membuat suhu udara di Kabupaten Indramayu cukup tinggi
berkisar antara 22,9°C–30°C. .
Tipe iklim di Indramayu termasuk iklim tropis, dengan karakteristik iklim antara lain: suhu udara harian berkisar antara 22,9°C–
30°C dengan suhu udara tertinggi 32°C dan terendah 22°C, kelembaban udara antara 70-80, curah hujan rata-rata tahunan 1.587 mmtahun dengan jumlah hari
hujan 91 hari, curah hujan tertinggi sekitar 2.008 mm dan jumlah hari hujan
aa a
a
sebanyak 84 hari sedangkan curah hujan terendah sekitar 1.063 mm dengan jumlah hari hujan 68 hari.
4.3 Demografi
Desa Karangsong memiliki jumlah penduduk sebesar 4.677 jiwa pada tahun 2011, penduduk laki-laki berjumlah 1.890 jiwa dan penduduk perempuan
berjumlah 2.787. .
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Karangsong dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Karangsong pada 2011
No. Mata Pencaharian
Jumlah Orang
1 Petani
106 2
Buruh Tani 252
3 BuruhSwasta
20 4
Pegawai Negeri 58
5 Pedagang
212 6
Peternak 6
7 Montir
7 Sumber: Profil Desa Karangsong tahun 2011
4.4 Keadaan Perikanan Tangkap Kabupaten Indramayu
4.4.1 Tempat pelelangan ikan
Secara geografis kawasan PPI Karangsong terletak pada koordinat 06°1845 dan 06°1945 LS dan 108° 2130 dan 108° 2230 BT. Kawasan PPI
Karangsong berada di Desa Karangsong Kecamatan Indramayu, yang berjarak 4,5 km dari pusat ibu kota Kabupaten Indramayu. Lokasi PPI Karangsong berada di
sekitar pesisir Laut Jawa yang letaknya berada masuk di bagian dalam dari bibir pantai.
Keberadaan PPI Karangsong tidak lepas dari adanya peranan Sungai Prajagumiwang yang berfungsi sebagai alur pelayaran keluar masuk kapal atau
perahu ke pelabuhan Omat, 2008. Fasilitas yang terdapat di PPI Karangsong meliputi: KUD, pabrik es, TPI,
air tawar, alat timbang, keranjang dan drum, kantor administrasi, dan papan informasi DPI. Retribusi ke pihak TPI dikenakan 3 dari nelayan dan 3 dari
bakul. Biaya ini lebih besar dibandingkan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal
ini terjadi karena adanya kesepakatan rapat anggota tahunan antara para juragan, bakul, KUD, dan pihak TPI untuk membangun PPI menjadi lebih baik.
4.4.2 Unit penangkapan ikan
Usaha penangkapan ikan merupakan suatu unit penangkapan ikan yang terdiri dari alat tangkap, kapalperahu, dan nelayan. Alat tangkap yang beroperasi
pada tahun 2005-2009 didominasi oleh gillnet dan alat tangkap yang terbanyak setelahnya yaitu alat pukat pantai.
Jumlah alat tangkap yang beroperasi pada tahun 2005 tidak mengalami perubahan hingga tahun 2006.
. Namun, terjadi
pertambahan alat tangkap gillnet yang beroperasi pada tahun 2007, diduga penambahan terjadi akibat nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pukat
cincin, pukat pantai, dan trammel net beralih untuk memakai gillnet. Ketiga alat tangkap tersebut mengalami penurunan pada tahun 2007. Jumlah alat tangkap
yang beroperasi pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan hingga tahun 2009. Perkembangan jumlah dan alat tangkap di Indramayu pada tahun 2005-2009 dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Jenis dan jumlah alat tangkap di Indramayu 2005-2009. Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2005-2009
Alat tangkap yang paling banyak dioperasikan di Karangsong yaitu jaring rampus kemudian jaring millenium. Sebagian kecil menggunakan alat tangkap
pancing, jaring cumi dan payang. .
Bulan Januari merupakan jumlah teringgi pengoperasian alat tangkap jaring millenium dengan jumlah 296, sedangkan pada
bulan Desember merupakan jumlah terendah yaitu sebesar 196. Jumlah kedua alat tangkap tersebut di PPI Karangsong pada tahun 2010 dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPI Karangsong tahun 2010.
Sumber: Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra 2010 Perkembangan jumlah armada penangkapan terjadi peningkatan dari tahun
2005 hingga tahun 2007, namun terjadi penurunan pada tahun 2009 Tabel 2. Kapal motor tempel mendominasi jumlah armada secara keseluran dan
merupakan kapal yang sebagian besar berukuran 5 GT, dengan kekuatan mesin 20 PK dan berbahan bakar solar. Kapal motor terjadi peningkatan jumlah yang pesat
pada tahun 2009, pertambahan ini karena bertambahnya jumlah kapal motor berukuran 5-10 GT dan 10-30 GT.
Tabel 2 Jumlah armada penangkapan di Indramayu tahun 2005-2009
Tahun Kapal Motor
Motor Tempel Jumlah
2005 285
5656 5941
2006 285
5656 5941
2007 303
5725 6028
2008 303
5725 6028
2009 697
5282 5979
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2005-2009
Salah satu faktor yang mempengaruhi di dalam penangkapan ikan adalah nelayan. Nelayan berdasarkan fungsinya dan permodalannya dibagi menjadi dua
yaitu nelayan juragan dan nelayan bendega. .
Nelayan bendega atau disebut nelayan buruh merupakan orang yang bekerja mencari ikan atau melaut tetapi
tidak memiliki kapal maupun alat tangkap. Terjadi kenaikan jumlah nelayan
pemilik dan nelayan buruh dari tahun 2006 ke tahun 2007, setelah itu jumlah cenderung tetap hingga tahun 2009 Tabel 3. Nelayan kapal penangkapan ikan 5
GT terdapat 4-5 orang nelayan, kapal 30 GT terdapat 11-12 orang nelayan, dan pada kapal 40 GT dan 60 GT terdapat 13 orang nelayan.
Tabel 3 Jumlah nelayan di Indramayu tahun 2005-2009
Tahun Nelayan Pemilik
Nelayan Buruh Jumlah
2005 4271
30411 34682
2006 4271
30411 34682
2007 4283
31124 35407
2008 4283
31124 35407
2009 4283
31124 35407
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2005-2009
4.4.3 Koperasi
Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra adalah pihak pengelola dari PPI Karangsong. Koperasi menyediakan unit-unit usaha untuk mendukung keperluan
nelayan, yaitu: unit waserda, unit BAPspare parts, unit perbekalan, dan unit depot es.
. Nelayan yang membutuhkan keperluan melautnya dapat mengambil
barang dari unit tersebut dan pembayarannya dikurangi dari pendapatan hasil tangkapan. Untuk peningkatan permodalan usaha, KPL Mina Sumitra
mengembangkan unit simpan pinjam bagi anggota untuk permodalan nelayan operasi penangkapan ikan di laut maupun permodalan bagi bakulpedagang.
Fasilitas-fasilitas di PPI Karangsong dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.4.4 Produksi dan nilai produksi
Perkembangan produksi dan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 34.585.015,65 kg, dengan nilai produksi sebesar Rp241.998.234.340,19.
Namun pada tahun 2006 hingga tahun 2010 produksi dan nilai mengalami fluktuasi, harga rata-rata ikan naik turun setiap tahun dikarenakan perbedaan
harga ikan dan jumlah ikan ekonomis yang didaratkan Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi di Indramayu tahun 2006-2010
Tahun Produksi kg
Nilai Rupiah Rp Rpkg
2006 25.205.291,10
134.380.384.100,00 5.331,44
2007 23.851.487,70
145.360.954.975,00 6.094,41
2008 30.668.798,00
206.969.729.400,00 6.748,54
2009 29.325.048,50
197.024.396.300,00 6.718,63
2010 34.585.015,65
241.998.234.340,00 6.997,19
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2006-2010
Volume dan nilai produksi yang terjadi di PPI Karangsong merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan pusat pendaratan ikan yang ada di Kabupaten
Indramayu. Volume produksi pada tahun 2010 sebesar 16.525.820 kg dan nilai produksi Rp180.943.935.000,00 Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra, 2010.
Alat tangkap yang mendominasi di PPI Karangsong adalah jaring millenium dan jaring rampus. Volume dari jaring millenium dan jaring rampus dihasilkan
sebesar 15.638.784 kg dan nilai produksi Rp171.123.881.900,00 pada tahun 2010. Alat tangkap lain yang beroperasi yaitu payang, jaring sotong, dan pancing. Ikan
tongkol merupakan hasil tangkapan terbesar yang didaratkan di PPI Karangsong yang tertangkap oleh jaring millenium dan jaring rampus.
. Jenis ikan yang
tertangkap pada jaring millenium lebih beragam. Berikut perbandingan volume dan nilai produksi pada jaring millenium dan jaring rampus rampus di PPI
Karangsong pada Tabel 5. Tabel 5 Volume dan nilai produksi di PPI Karangsong Indramayu berdasarkan
alat tangkap jaring millenium dan jaring rampus menurut catatan KPL Mina Sumitra Indramayu
Tahun Jaring Millenium
Jaring Rampus kg
Rp kg
Rp
2008 7.803.557
86.387.073.100,00 4.873.863
59.984.182.000,00 2009
7.724.301 74.783.493.500,00
5.397.378 62.452.647.000,00
2010 9.593.113
97.410.050.100,00 6.045.671
73.713.831.800,00 2011
bulan 1-5 5.457.852
66.959.644.500,00 2.690.071
34.646.236.000,00
4.4.5 Daerah penangkapan ikan
Wilayah penangkapan ikan kapal 5 GT terletak di sekitar pantai Indramayu sampai Pulau Biawak. Wilayah penangkapan ikan kapal 20 GT di Laut Jawa
hingga Selat Karimata. Kapal 30 GT melakukan operasi penangkapan ikan di
perairan Karimunjawa, Masalembu, dan Selat Karimata. Operasi penangkapan ikan kapal 40-60 GT di perairan Masalembu, Karimun Jawa, Selat Karimata, dan
Natuna Lintang 1-3. .
Posisi daerah penangkapan ikan dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan: Pulau Biawak
Perairan Masalembu Laut Jawa
Laut Cina Selatan Selat Karimata
Gambar 4 Daerah penangkapan ikan.
Indonesia
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Teknis Perikanan
Gillnet Millenium 5.1.1 Unit penangkapan ikan
1 Kapal
Kapal gillnet millenium yang beroperasi di PPI Karangsong adalah kapal berbahan dasar kayu dengan ukuran 5 GT, 20 GT, 30 GT, 40 GT dan 60 GT.
Kapal 5 GT memakai mesin motor tempel dengan kekuatan mesin 24 pk. Dimensi kapal 7 m x 2,5 m x 1,5 m. Banyak trip per bulan 20-30 kali tergantung
pada musim, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 50 liter. Kapal 20 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 120
pk. .
Dimensi kapal 20 GT yaitu 14 m x 4,1 m x 1,8 m. Lama trip 20 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 1.200 liter. Kapal 30 GT memakai mesin
motor inboard dengan kekuatan mesin 160 pk. Dimensi kapal 30 GT yaitu 18 m x 4,7 m x 1,8 m
.
Lama trip 30-40 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 5.000 liter. Kapal 40-60 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan
mesin 220 pk. Dimensi kapal 40 GT 20 m x 5,3 m x 2,2 m dan 60 GT 22,5 m x 6 m x 2,6 m. Lama trip 40-60 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 11.000
liter. Gambar kapal gillnet millenium dapat dilihat pada Lampiran 5.
2 Alat tangkap
Jaring millenium dibuat dari bahan polyamide monofilament berwarna putih transparan dengan ukuran mata jaring 4 inchi.
Pelampung jaring terbuat dari bahan polyurethane, jumlah pelampung 10 buah per piece. Pemberat terbuat dari
bahan semen seberat 400 gr dengan jarak antar pemberat 10 m. Pelampung umbul dibuat dari bahan gabus atau styrofoam dengan jarak antar pelampung umbul 30
m. Ukuran jaring millenium pada masing-masing kapal yaitu: 1 Jaring millenium kapal 5 GT sepanjang 20 pieces panjang 120 mpiece,
tinggi 9 m; 2 Jaring millenium kapal 20 GT sepanjang 60 pieces panjang 120 mpiece,
tinggi 9 m;
aa a
aa a
a
3 Jaring millenium kapal 30 GT sepanjang 80 pieces panjang 98 mpiece, tinggi 21-24 m; dan
4 Jaring millenium kapal 40-60 GT sepanjang 110 pieces panjang 98 mpiece, tinggi 24-27 m.
Gambar 5 Konstruksi jaring millenium kapal 5 GT.
3 Nelayan
Nelayan di Karangsong sebagian besar merupakan nelayan penuh atau nelayan yang menghabiskan seluruh waktu kerja dalam kegiatan perikanan.
Nelayan dibagi berdasarkan struktur sosialnya yaitu juragan, jurumudi, dan bendega.
. Nelayan juragan adalah pemilik kapal dan yang menyediakan
permodalan dalam melaut, juragan memperkerjakan nelayan yang terdiri dari satu orang jurumudi dan bendega ABK.
. Jumlah nelayan pada kapal 5 GT sebanyak
4 orang, 20 GT sebanyak 9 orang, 30 GT sebanyak 12 orang, dan 40-60 GT sebanyak 13 orang.
Sistem bagi hasil merupakan pendapatan dari penjualan hasil tangkapan dikurangi biaya perbekalan dan retribusi. Berdasarkan kesepakatan rapat anggota
30 m
tahunan antara para juragan, bakul, KUD, dan pihak TPI bahwa nelayan di PPI Karangsong dikenakan biaya retribusi sebesar 3 yang merupakan lebih besar
dari ketetapan pemerintah yaitu sebesar 1,65.
5.1.2 Kegiatan operasi penangkapan ikan 1
Persiapan
Diawali pada tahap persiapan, nelayan akan memeriksa jaring dan memperbaiki jaring yang rusak, kemudian jaring disusun dengan rapih. Setelah
itu, dilakukan pemeriksaan terhadap mesin dan pengisian bahan bakar, pengisian bahan bakar dimudahkan dengan adanya pom bensin Pertamina yang berada di
tepi sungai. .
Balok-balok es dimasukkan ke dalam kapal dan sebagian dihancurkan menjadi es curah dengan menggunakan mesin penghancur es.
Setelah persiapan nelayan selesai maka kapal akan berangkat pada pukul 14.00 WIB.
1 2
3 4
Gambar 6 Proses persiapan perbekalan melaut 1 Nelayan memperbaiki jaring
2 Memasukkan balok es ke dalam kapal, 3 Menghancurkan balok es menjadi es curah, 4 Pengisian bahan bakar.
2 Metode operasi
Kapal melakukan perjalanan menuju fishing ground sekitar 3-4 jam, daerah fishing ground umumnya telah dikenal dan diketahui oleh para nelayan. Pukul
16.00-18.00 WIB jaring millenium diturunkan setting, pertama pelampung tanda yang berada di ujung tali selambar diturunkan, kemudian kapal bergerak secara
perlahan dan nelayan menurunkan piece pertama badan jaring hingga piece terakhir. Jaring millenium dapat dioperasikan di permukaan air, kolom air, dan
dasar perairan. .
Hal ini dilakukan dengan cara mengatur panjang dari tali pelampung umbul. Setelah perendaman jaring selama 6 jam atau pukul 24.00
WIB maka jaring diangkat hauling, penarikan jaring dilakukan dengan menggunakan mesin line hauler.
. Proses hauling pada kapal 30 GT dapat
berlangsung hingga pukul 08.00 WIB atau selama 8 jam. .
Hasil tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam palka yang berisi es curah.
1 2
3 Gambar 7 Alat bantu gillnet millenium 1 Line hauler pada kapal 5 GT, 2
Serok, 3 mesin line hauler.
3 Penanganan hasil tangkapan
Penanganan hasil tangkapan yaitu hasil tangkapan yang terjerat pada jaring langsung dilepas saat penarikan, lalu disortir untuk dimasukkan ke dalam palka
yang telah berisi es curah. .
Sebagian dari hasil tangkapan sampingan dimanfaatkan nelayan untuk dikonsumsi.
4 Pendaratan hasil tangkapan
Kapal berlabuh di PPI Karangsong, kemudian melakukan pengbongkaran hasil tangkapan.
. Hasil tangkapan ikan langsung diangkut menuju TPI
Karangsong untuk dilelang. Adapun proses lelang di TPI adalah sebagai berikut. 1 Kapal mengantri untuk mendapatkan nomor lelang. Nelayan membawa hasil
tangkapannya dan mengantri untuk menimbang ikan; 2 Setelah ikan ditimbang, maka nelayan mendapatkan keranjang yang sudah
ditandai berdasarkan nama juragan dan diberikan nomor urut lelang; 3 Proses lelang dilaksanakan;
4 Harga tertinggi mendapatkan keranjang yang diinginkan, kemudian bakul mengemas sendiri ikan yang didapatkan dari lelang, lalu membayar ke pihak
TPI; 5 Pihak TPI kemudian membayarkan hasil pelelangan ikan ke juragan.
Gambar 8 Kegiatan lelang di PPI Karangsong.
5.2 Analisis Usaha Penangkapan
Gillnet Millenium
Analisis usaha pada unit penangkapan gillnet millenium menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya Revenue-Cost ratio, analisis payback
period, dan analisis return of investment. Analisis-analisis tersebut memberikan informasi mengenai kondisi usaha yang terjadi pada unit penangkapan gillnet
millenium.
5.2.1 Modal investasi
Biaya investasi meliputi biaya kapal termasuk perlengkapannya, biaya mesin, dan biaya alat tangkap. Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa
nelayan menyatakan bahwa modal investasi berasal dari dana juragan kapal, milik sendiri, maupun dari pihak koperasi yang memberikan bantuan modal kepada
nelayan anggota. Tabel 6 merupakan modal investasi yang diperlukan untuk
memulai usaha unit penangkapan ikan gillnet millenium. Tabel 6 Perbandingan biaya investasi pada masing-masing ukuran kapal
No. Ukuran kapal
Biaya investasi Rp 1
5 GT 85.000.000,00
2 20 GT
850.000.000,00 3
30 GT 1.660.000.000,00
4 40 GT
2.570.000.000,00 5
60 GT 2.870.000.000,00
5.2.2 Biaya operasional usaha
Biaya usaha meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. .
Biaya tetap merupakan penjumlahan dari biaya perawatan kapal, mesin, dan alat tangkap,
biaya penyusutan kapal, mesin, dan alat tangkap, pajak, dan surat ijin. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya operasional solar, oli, es, makanan, air tawar,
retribusi, dan TPI. Nelayan yang bekerja dengan juragan diberikan modal biaya operasional untuk melaut.
Pendapatan dari penjualan hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan akan dibagikan kepada pemilik modal sesuai kesepakatan
setelah dikurangi jumlah biaya operasional, retribusi, dan biaya TPI. Biaya usaha yang terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap pada masing-masing ukuran kapal
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Perbandingan biaya usaha pada masing-masing ukuran kapal per tahun No.
Ukuran kapal
Biaya tetap Rp Biaya tidak tetap Rp
Jumlah Rp 1
5 GT 18.105.000,00
119.881.350,00 137.986.350,00
2 20 GT
85.903.333,00 174.209.250,00
260.112.583,00 3
30 GT 160.763.333,00
319.077.500,00 479.840.833,00
4 40 GT
232.323.333,00 500.075.000,00
732.398.333,00 5
60 GT 251.943.333,00
558.262.500,00 810.205.833,00
5.2.3 Pendapatan usaha
Pendapatan hasil tangkapan oleh kapal yang berukuran 5 GT tergantung dari musim, hal ini terjadi karena daerah penangkapan yang dapat dilalui tidak terlalu
jauh dari pantai yaitu di sekitar pantai Indramayu sampai pulau Biawak, kapal 5 GT juga melakukan trip penangkapan ikan selama satu hari.
. Kapal yang
berukuran 20 GT tidak tergantung musim, trip penangkapan ikan selama 20 hari hingga 60 hari, daerah penangkapan yang lebih jauh yaitu perairan Laut Jawa,
Selat Karimata, Karimun Jawa, hingga perairan Natuna Lintang 1-3. Pendapatan hasil tangkapan tergantung dari komposisi ikan yang didapat,
produksi rata-rata kapal per trip dapat dilihat dari Tabel 8. Tabel 8 Pendapatan usaha gillnet millenium per trip
No. Ukuran
kapal Per trip Rp
Triptahun Jumlah per tahun Rp
1 5 GT
1.914.286,00 210
402.000.000,00 2
20 GT 70.532.142,00
14 987.450.000,00
3 30 GT
251.400.000,00 7
1.759.800.000,00 4
40 GT 461.250.000.00
5 2.306.250.000,00
5 60 GT
620.330.000.00 5
3.101.650.000,00
5.2.4 Sistem bagi hasil
Sistem bagi hasil pada nelayan tergantung dari kesepakatan antara pemilik modal juragan dengan nelayan.
. Bagi hasil didapat dari jumlah pendapatan
penjualan hasil tangkapan dikurangi dengan biaya tidak tetap, kemudian dibagi kepada pemilik modal dan nelayan.
Wawancara yang dilakukan terhadap nelayan yang menggunakan kapal berukuran 5 GT dan 20 GT yaitu 50 untuk juragan dan 50 untuk nelayan.
Nahkoda pada kapal 5 GT mendapatkan 1,5 kali lebih besar dari pendapatan per ABK, nahkoda kapal 20 GT mendapatkan 2 kali lebih besar dari pendapatan per
ABK. Sistem bagi hasil kapal berukuran 30 GT dan 40-60 GT yaitu 60 untuk juragan dan 40 untuk nelayan. Nahkoda kapal mendapat 2 kali lebih besar dari
pendapatan per ABK. Jumlah nelayan pada kapal 5 GT, 20 GT, 30 GT, dan 40-60 GT masing-masing adalah 4, 10, 11, dan 13 nelayan. Hasil pendapatan nelayan
dan juragan per tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Pendapatan sistem bagi hasil per tahun
No. Ukuran
Kapal Pendapatan
Rp Juragan Rp
Nahkoda Rp Per ABK
Rp 1
5 GT
282.118.650,00 141.059.325,00
47.019.775,01 31.346.516,67
2 20 GT
813.240.750,00 406.620.375,00
73.930.777,28 36.965.488,64
3 30 GT
1.440.722.500,00 864.433.500,00
96.048.166,67 48.024.083,33
4 40 GT
1.806.175.000,00 1.083.705.000,00
103.210.000,00 51.605.000,00
5 60 GT
2.543.387.500,00 1.526.032.500,00
145.336.428,60 72.668.214,29
5.2.5 Analisis finansial usaha
Nilai RC yang didapat dari hasil perhitungan menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu RC 1 artinya kegiatan perikanan gillnet millenium layak
diusahakan dan menguntungkan. Nilai RC pada kapal 5 GT sebesar 2,91 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar
Rp2,91. Analisis payback period PP yaitu periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi yang dikeluarkan, pada kapal 5 GT nilai PP sebesar
0,64 artinya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi selama 0,6 tahun atau 7,7 bulan. Analisis ROI digunakan untuk mengetahui seberapa persen
kemungkinan pengembalian modal investasi yang ditanamkan, untuk kapal 5 GT nilai ROI sebesar 155 yang berarti bahwa dalam satu tahun modal telah kembali
dan mendapat keuntungan dari usaha yang ditanamkan yaitu sebesar 55. Hasil analisis finansial pada masing-masing kapal gillnet millenium dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10 Analisis finansial usaha gillnet millenium No.
Ukuran kapal Pendapatan usaha
Rp RC
PP ROI
1 5 GT
132.006.825,00 2,91
0,64 1,55
2 20 GT
363.668.708,00 3,79
2,33 0,42
3 30 GT
767.975.500,00 3,67
2,16 0,46
4 40 GT
944.311.000,00 3,15
2,72 0,36
5 60 GT
1.374.866.500,00 3,83
2,08 0,48
Keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing ukuran kapal berbanding lurus dengan besarnya ukuran kapal.
Kapal yang berukuran lebih besar akan mendapat pendapatan yang lebih besar.
Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran kapal maka hasil tangkapan yang dapat diangkut lebih besar dan waktu
pengoperasian lebih lama dibandingkan dengan kapal yang berukuran lebih kecil. Berdasarkan analisis RC semua ukuran kapal layak untuk diusahakan, nilai yang
didapat dari masing-masing kapal tidak jauh berbeda yaitu setiap rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp2,91 hingga Rp3,83,
artinya besarnya pendapatan total akan dipengaruhi pada besarnya jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan.
Hasil dari analisis payback period dan dengan asumsi pendapatan tetap per tahun maka kapal yang berukuran 5 GT hanya membutuhkan 7 bulan 21 hari
dalam mengembalikan modal investasi dan sudah mendapatkan keuntungan dalam satu tahun. Kapal 20-60 GT membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun
untuk mendapatkan kembali modal investasi dan meraih keuntungan dimulai pada tahun ketiga. Analisis ROI pada kapal berukuran 5 GT memiliki nilai yang besar
yaitu 155 yang berarti dalam satu tahun pertama nilai investasi telah kembali dan telah memperoleh keuntungan sebesar 55 dari nilai investasi, sedangkan
kapal 20-60 GT memiliki nilai ROI sebesar 36 hingga 48 yang berarti bahwa dalam satu tahun nilai investasi belum dapat kembali.
5.3 Analisis Faktor-Faktor Produksi Penangkapan
Gillnet Millenium
Faktor-faktor produksi yang dipilih pada penelitian ini mempengaruhi dalam usaha gillnet millenium, dan yang diambil sebanyak 30 sampel Lampiran
6. Berikut faktor-faktor produksi yang mempengaruhi dalam usaha gillnet
millenium: 1 Ukuran kapal X1
Ukuran kapal dapat diduga sebagai faktor yang mempengaruhi hasil produksi, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran kapal
maka jumlah hasil produksi semakin besar. Kapal diukur berdasarkan
volume yaitu gross tonnage GT. 2 Jumlah tenaga kerja X2
Tenaga kerja pada setiap kapal dibagi menjadi nahkoda dan anak buah kapal. Jumlah tenaga kerja pada masing-masing kapal sebanyak 3 hingga
13 orang. 3 Jumlah bahan bakarBBM X3
Jumlah BBM yang digunakan berkisar dari 10.500 liter hingga 55.000 liter per tahun.
, Pemakaian rata-rata kapal yang berukuran 5 GT
menggunakan BBM sebesar 50 litertrip, kapal 20 GT sebesar 1.200 litertrip, kapal 30 GT sebesar 5.000 litertrip, dan kapal 60 GT sebesar
11.000 litertrip. 4 Investasi X4
Investasi terdiri dari biaya kapal, biaya mesin, dan biaya alat penangkapan ikan. Harga kapal dan mesin berkisar Rp35.000.000,00 untuk
kapal 5 GT hingga Rp2.100.000.000,00 untuk kapal 60 GT, harga alat tangkap sebesar Rp2.500.000,00 per piece untuk kapal berukuran 5-20 GT
dan Rp7.000.000,00 untuk kapal yang berukuran 30-60 GT. Berdasarkan Tabel 11 Lampiran 7 hasil regresi pada faktor ABK X2 dan
faktor investasi X4 mempunyai nilai koefisien negatif. Faktor-faktor yang
berpengaruh nyata pada usaha penangkapan gillnet millenium adalah GT kapal X1 dan jumlah BBM X3. Model pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas
dari unit penangkapan gillnet millenium dengan persamaan sebagai berikut: Y= 7.3236 X1
0.7281
X2
-0.1716
X3
0.4286
X4
- 0.1030
Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan bantuan logaritma menjadi sebagai berikut:
Log Y = log 7.3236 + 0.7281 log X
1
- 0.1716 log X
2
+ 0.4286 log X
3
log 0.1030 X
4
Tabel 11 Nilai koefisien regresi bi, standard error koefisien regresi Sbi dan t-
hitung fungsi produksi unit penangkapan gillnet millenium di Karangsong
Variabel Coefficients
Standard Error
T Hitung T Tabel
0.05 Intersep
7.323659218 1.508192751
4.85592726 1.708
GT kapal X1 0.728188867
0.208897096
3.485873583
Jumlah ABK X2 -0.171677785
0.40726071 -0.421554271
Jumlah BBM X3 0.428689939
0.093989185 4.561056053
Investasi X4 -0.103026691
0.226114742 -0.455638981
Hasil regresi terdapat koefisien yang bernilai negatif, maka dilakukan regresi kembali tanpa menyertakan faktor ABK dan investasi Lampiran 8.
Regresi pada faktor yang berpengaruh nyata yaitu GT kapal dan jumlah BBM dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Nilai koefisien regresi pada faktor GT kapal dan jumlah BBM Variabel
Coefficients Standard Error
T Hitung T Tabel
0.05 Intersep
6.33564824 0.289791797
21.86275909 1.703
GT kapal X1 0.429156852
0.067424102 6.365036276
BBM X3 0.497962078
0.084127522 5.919134047
Hasil dari regresi pada variabel X1 dan X3 bernilai positif. .
Model pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas dari unit penangkapan gillnet
millenium pada faktor X1 dan X3 didapat dengan persamaan sebagai berikut: log Y = log 6.3356 + 0.4291 log X
1
+ 0.4979 log X
3
Analisis Cobb-Douglas yang dilakukan memperoleh nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 96,99 Lampiran 9. Hal ini menunjukkan bahwa
96,99 variasi produksi disebabkan oleh pengaruh dari variabel-variabel bebas dan 3,01 dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Nilai F lebih besar dari
nilai F tabel yang berarti bahwa semua faktor-faktor produksi di dalam model
berpengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan gillnet millenium. Berikut merupakan analisis varian uji koefisien regresi fungsi produksi pada Tabel 13.
Tabel 13 Analisis varian untuk uji koefisien regresi fungsi produksi unit
penangkapan gillnet millenium di Karangsong Sumber
Df Sum of
Squares Mean Square
f Hitung F Tabel
Regression 2
1.937051993 0.968525997
436.085496 3.35
Residual 27
0.059965768 0.002220954
Total 29
1.997017762 Uji t-student digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-
variabel terhadap produksi hasil tangkapan. Berdasarkan analisis di atas dengan selang kepercayaan 95 diketahui bahwa ukuran kapal X
1
dan jumlah bahan bakar X
3
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan, faktor ukuran kapal X
1
bernilai 0.4291 yang berarti dalam setiap penambahan satu GT ukuran kapal akan meningkatkan produksi sebesar Rp429,1 dan faktor jumlah bahan bakar per tahun
X
3
bernilai 0.4979 yang berarti dalam setiap penambahan satu liter bahan bakar akan meningkatkan produksi sebesar Rp497,9 dalam keadaan ceteris paribus.
Variabel ABK X
2
dan investasi X
4
tidak berpengaruh nyata secara sendiri- sendiri namun berpengaruh nyata dalam keadaan bersama-sama dengan
keseluruhan faktor. Persamaan garis antara faktor produksi GT kapal X1
terhadap produksi Y dapat dilihat pada Gambar 9.
y = 5E + 07x + 1E + 08 R
2
= 0.9517
500000000 1000000000
1500000000 2000000000
2500000000 3000000000
3500000000 4000000000
10 20
30 40
50 60
GT Kapal Y
P r
o d
u k
si t
a h
u n
Produksi y Linear Produksi y
Gambar 9 Grafik hubungan antara GT kapal X1 terhadap produksi Y. Gambar 9 menunjukkan bahwa GT kapal memiliki hubungan parsial yang
bersifat liner terhadap produksi hasil tangkapan, nilai optimum dihasilkan dari kapal berukuran 60 GT. Hal ini sesuai dengan kapasitas yang dapat diperoleh
oleh kapal, semakin besar ukuran kapal maka akan semakin besar daya angkut hasil tangkapan yang diperoleh. Persamaan garis antara faktor produksi jumlah
X3 terhadap produksi Y dapa dilihat pada Gambar 10.
y = 47710x + 1E+08 R
2
= 0.8931
500000000 1000000000
1500000000 2000000000
2500000000 3000000000
3500000000 4000000000
10000 20000 30000 40000 50000 60000
Jumlah BBMtahun liter Y
P r
o d
u k
si t
a h
u n
Produksi y Linear Produksi
Gambar 10 Grafik hubungan antara jumlah BBM X3 terhadap produksi Y. Gambar 10 menunjukkan bahwa jumlah BBM memiliki hubungan parsial
yang bersifat liner terhadap produksi hasil tangkapan, nilai optimum dihasilkan dengan jumlah bahan bakar sebesar 55.000 liter per tahun dimana jumlah bahan
bakar yang dibawa sebesar 11.000 liter per trip. Faktor-faktor produksi usaha penangkapan ikan gillnet millenium memiliki nilai koefisien yang berbeda.
Berikut merupakan pembahasan setiap variabel dari hasil regresi:
1 Ukuran GT kapal
Koefisien regresi GT kapal bernilai 0.4291 yang berarti dalam setiap dalam setiap penambahan satu GT ukuran kapal akan meningkatkan produksi sebesar
Rp429,1. Kemampuan angkut kapal mempengaruhi kapasitas hasil tangkapan
yang dapat dibawa. Hal ini akan menunjukkan kemampuan-kemampuan kapal antara lain yaitu jumlah tenaga kerja, jumlah BBM yang dapat diangkut,
perbekalan, alat tangkap, dan kekuatan kapal di laut. Sehingga semakin besar ukuran kapal maka kemampuannya lebih baik.
2 Jumlah BBM per tahun
Jumlah bahan bakar per tahun bernilai 0.4979 yang berarti dalam setiap penambahan satu liter bahan bakar akan meningkatkan produksi sebesar Rp497,9.
Bahan bakar yang dibawa oleh kapal akan mempengaruhi jarak tempuh dan waktu
perjalanan yang dapat dilakukan oleh kapal. Jumlah BBM yang dipakai akan tergantung pada seberapa jauh pelayaran kapal menuju ke fishing ground, jumlah
bahan bakar yang digunakan harus diperhitungkan oleh nelayan ketika dipakai untuk melakukan pelayaran dan ketika kapal kembali ke PPI Karangsong.
5.4 Analisis Sistem Perikanan