11 c.
Mycosterol yaitu steroid yang berasal dari fungi, misalnya ergosterol.
Gambar 2.8 Ergosterol
d. Marinesterol yaitu steroid yang berasal dari organisme laut, misalnya
spongesterol.
Gambar 2.9 Spongesterol
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi
dilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu Harborne, 1987.
Menurut Depkes 2000, ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu:
a. Cara dingin
1. Maserasi Maserasi adalah penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut disertai sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus disebut maserasi
kinetik sedangkan yang dilakukan panambahan ulang pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
12 2. Perkolasi
Adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya
dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
penetesanpenampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh perkolat.
b. Cara panas
1. Refluks Adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya
menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.
2. Digesti Adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur
lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.
3. Sokletasi Adalah proses penyarian menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan
dengan menggunakan alat khusus soklet dimana pelarut akan terkondensasi. 4. Infundasi
Adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.
5. Dekoktasi Adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur
90°C selama 30 menit.
13
2.4 Kromatografi
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan untuk pemisahan komponen cuplikan yang komponen-komponennya terdistribusi antara dua fase,
salah satunya diam dan yang lainnya bergerak Rohman, 2009. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase
diam stationary phase dan fase gerak mobile phase. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat
padat atau zat cair Sastrohamidjojo, 1985.
2.4.1 Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi absobsi, sebagai fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben penyerap dan fase gerak adalah zat
cair yang disebut larutan pengembang. Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan campuran analit dengan mengelusi analit melalui suatu
lempeng kromatografi lalu melihat komponenanalit yang terpisah dengan penyemprotan atau pewarnaan Adnan, 1997.
Lapisan pemisah dari kromatografi lapis tipis terdiri atas bahan berbutir- butir fase diam, di tempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau
lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan baik berupa bercak ataupun pita. Setelah plat atau lapisan di masukkan ke dalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak,
pemisahan terjadi selama perambatan kapiler pengembangan Stahl, 1985.
Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Senyawa yang tidak berwarna dilakukan pengamatan dengan sinar ultraviolet.
Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar
14 ultraviolet gelombang pendek 254 nm atau gelombang panjang 366 nm, jika
dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan
kemudian bila perlu dengan pemanasan Gritter, dkk., 1991. a.
Fase diam
Fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca,
plastik atau logam Gritter, dkk., 1991. Partikel fase diam dengan butiran yang kasar tidak akan memberikan hasil
yang memuaskan. Salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan adalah dengan menggunakan fase diam yang butirannya halus. Penyerap yang banyak
dipakai untuk kromatografi lapis tipis adalah silika gel, alumunium oksida, selulosa dan poliamida Sastrohamidjojo, 1985.
b. Fase gerak
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like
dissolves like yaitu untuk memisahkan sampel yang bersifa non polar digunakan sistem pelarut yang bersifat non polar dan untuk memisahkan sampel yang
bersifat polar digunakan sistem pelarut yang bersifat polar Stahl, 1985.
c. Harga Rf