27
3.6.6 Pemeriksaan steroidtriterpenoid
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru atau biru kehijauan yang terjadi menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah muda
atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid Harborne, 1987.
3.7 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak n-heksan rumput laut Turbinaria ornata Turner J. Agardh dilakukan dengan cara perkolasi. Prosedur pembuatan ekstrak secara
perkolasi, yaitu sebanyak 500 g serbuk simplisia dibasahi dengan n-heksan dan dibiarkan selama 3 jam kemudian dimasukkan ke dalam alat perkolator, lalu
dituang cairan penyari n-heksan sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan
alumunium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan 1 ml per menit, perkolat
ditampung. Cairan penyari ditambahkan berulang-ulang secukupnya sehingga selalu terdapat cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan setelah
tetesan perkolat terakhir tidak bereaksi lagi dengan pereaksi Liebermann- Bouchard. Ekstrak lalu dipekatkan dengan alat penguap vakum putar hingga
diperoleh ekstrak kental Depkes, 1979.
3.8 Analisis Ekstrak n-heksan secara Kromatografi Lapis Tipis KLT
Ekstrak n-heksan dianalisis secara KLT menggunkan fase diam silika gel GF
254
dan fase gerak campuran n-heksan:etilasetat dengan perbandingan 100:0,
28 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 dan 50:50. Sebagai penampak bercak
digunakan pereaksi Liebermann-Bouchard. Cara kerja:
Ekstrak dilarutkan dengan n-heksan lalu ditotolkan pada plat lapis tipis silika gel GF
254
, kemudian dimasukkan kedalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase gerak. Fase gerak dibiarkan naik sampai batas pengembang. Plat
dikeluarkan dan dikeringkan, lalu disemprot dengan penampak bercak Liebermann-Bouchard, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 110
○
C selama 10 menit lalu diamati warna yang terbentuk dan dihitung harga Rf.
Kromatogram hasil KLT dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 49. 3.9
Isolasi Ekstrak n-heksan dengan Kromatografi Kolom
Ekstrak n-heksan di kromatografi kolom menggunakan pelarut landaian yaitu n-heksan:etil asetat dengan perbandingan 100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40,
50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:90, 0:100 dan diakhiri dengan metanol. Cara kerja:
Seperangkat alat kromatografi kolom dipasang kemudian ke dalam dasar kolom dimasukkan kapas yang telah bebas lemak, kemudian dimasukkan larutan
fase gerak. Silika gel 60 H dibuat bubur dengan larutan fase gerak n-heksan diaduk sampai homogen dan bebas dari gelembung udara, kran dibuka kemudian
bubur silika dimasukkan kedalam kolom secara perlahan-lahan sambil dinding kolom diketuk-ketuk untuk menghilangkan gelembung udara dan fase gerak tetap
dialiri sampai semua silika gel turun, lalu didiamkan sampai kolom kompak, selanjutnya fase gerak turun sampai setinggi lebih kurang 1 cm diatas fase diam,
kran ditutup. Lapisi bagian atas fase diam dengan kertas saring kemudian ekstrak
29 n-heksan ditambahkan dengan sedikit fase diam dan diaduk rata lalu dimasukkan
kedalam kolom secara perlahan-lahan. Setelah sampel turun tepat setinggi fase diam melalui dinding kolom secara perlahan-lahan dialiri dengan fase gerak
sambil kran kolom dibuka. Hasil elusi masing-masing ditampung sebanyak 5 ml dalam vial yang telah diberi nomor. Untuk pola kromatogram yang sama
digabung menjadi satu fraksi. Kromatogram analisis KLT hasil kromatografi kolom dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 51.
3.10 Pencucian Kristal