29 n-heksan ditambahkan dengan sedikit fase diam dan diaduk rata lalu dimasukkan
kedalam kolom secara perlahan-lahan. Setelah sampel turun tepat setinggi fase diam melalui dinding kolom secara perlahan-lahan dialiri dengan fase gerak
sambil kran kolom dibuka. Hasil elusi masing-masing ditampung sebanyak 5 ml dalam vial yang telah diberi nomor. Untuk pola kromatogram yang sama
digabung menjadi satu fraksi. Kromatogram analisis KLT hasil kromatografi kolom dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 51.
3.10 Pencucian Kristal
Kristal hasil isolasi Kromatografi Kolom dicuci berulang kali dengan metanol dingin tetes demi tetes sampai diperoleh kristal amorf berwarna putih.
3.11 Uji Kemurnian Isolat
Isolat hasil isolasi dilakukan KLT dua arah menggunakan fase gerak I yaitu n-heksan:etilasetat 70:30 dan fase gerak II toluen:etilasetat 80:20 dengan
fase diam plat lapis tipis silika gel GF
254
dan penampak bercak pereaksi Liebermann-Burchard.
Cara kerja: Isolat ditotolkan pada plat lapis silika gel GF
254
ukuran 10x10 lalu dielusi memakai fase gerak I yaitu n-heksan:etilasetat 70:30 hingga mencapai batas
pengembang, kemudian plat dikeluarkan dari dalam bejana dan dikeringkan. Setelah plat kering dielusi kembali dengan arah yang berbeda 90° memakai fase
gerak II yaitu toluen:etilasetat 80:20, disemprot dengan memakai penampak bercak Liebermann-Burchard, setelah itu plat dipanaskan pada suhu 105
℃ selama 10 menit lalu diamati warna yang terbentuk. Hasil uji kemurnian isolat dapat
dilihat pada Lampiran 10, halaman 55.
30
3.12 Identifikasi Isolat
Identifikasi isolat dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri inframerah yang dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas
Farmasi USU Medan. 3.12.1
Identifikasi isolat secara Spektofotometri UV
Cara kerja: Identifikasi isolat secara spektrofotometri UV dilakukan dengan cara isolat
dilarutkan dalam pelarut metanol, kemudian dimasukkan kedalam kuvet yang telah dibilas dengan larutan sampel. Absorbansi larutan sampel diukur pada
panjang gelombang 200-400 nm. Hasil identifikasi isolat secara Spektrofotometri UV dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 56.
3.12.2 Identifikasi isolat secara Spektrofotometri IR
Cara kerja: Identifikasi isolat secara spektrofotometri IR dilakukan dengan cara
mencampurkan 1 mg isolat dengan 150 mg kalium bromida menggunakan alat mixture vibrator, kemudian dicetak menjadi pelet pada tekanan 11,5 ton dan
dimasukkan ke dalam spektrofotometer inframerah serta diukur absorbansinya pada frekuensi 400-4000 cm
-1
. Hasil Identifikasi isolat secara Spektrofotometri IR dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 57.
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta adalah rumput laut jenis
Turbinaria ornata Turner J. Agardh, famili Sargassaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 41.
4.1 Hasil Karakterisasi
4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap tanaman segar rumput laut Turbinaria ornata Turner J. Agardh diperoleh berupa talus utama silindris, tegak
dan kasar, tinggi mencapai 17 cm, bentuk daun yang menyerupai terompet dengan pinggir tajam dengan organoleptik warna coklat tua dan memiliki rasa dan bau
yang khas dan hasil pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia rumput laut Turbinaria ornata Turner J. Agardh diperoleh simplisia berupa talus yang
mengecil dengan panjang 5-9 cm dan daun yang menciut dengan organoleptik warna coklat tua dan memiliki rasa dan bau yang khas. Gambar rumput laut segar
simplisia dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 43. Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap serbuk simplisia rumput laut
diperoleh serbuk kasar, organoleptik warna coklat serta memiliki rasa dan bau yang khas. Gambar serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 44.
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik
Hasil mikroskopik dari serbuk simplisia diperoleh adanya sel parenkim yang berisi pigmen berwarna coklat dan terdapat sel-sel propagule yang
32 merupakan sel-sel yang berperan dalam perkembangbiakan Stewart, 2006.
Gambar hasil mikroskopik serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 45.
4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik
Hasil pemeriksaan karakteristik dari serbuk simplisia rumput laut Turbinaria ornata Turner J. Agardh dapat diliat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia rumput laut
No Karakteristik
Hasil Pemeriksaan 1. Kadar air
9,94 2. Kadar sari larut dalam air
11,28 3. Kadar sari larut dalam etanol
2,34 4. Kadar abu total
16,45 5. Kadar abu tidak larut asam
0,68 Monografi simplisia rumput laut Turbinaria ornata Turner J. Agardh
belum tercantum dalam Materia Medika Indonesia MMI, sehingga tidak ada acuan dalam menentukan parameternya. Tabel 4.1 menunjukkan kadar air pada
simplisia rumput laut sebesar 9,94, kadar tersebut memenuhi persyaratan umum yaitu lebih kecil dari 10. Kadar air yang lebih besar dari 10 dapat menjadi
media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya Depkes, 2000. Penetapan kadar sari yang larut dalam air menyatakan jumlah zat yang
tersari dalam pelarut air seperti glikosida, gula, protein, enzim dan zat warna, sedangkan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan jumlah zat
yang tersari dalam pelarut etanol seperti glikosida, steroid, flavonoid, saponin, tanin Depkes, 1995.
Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa simplisia tidak mengandung logam berat tertentu
33 melebihi nilai yang ditetapkan karena dapat berbahaya toksik bagi kesehatan.
Penetapan kadar abu total menyatakan jumlah kandungan senyawa anorganik dalam simplisia misalnya Mg, Ca, Na, Zn dan K. Kadar abu tidak larut dalam
asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam misalnya silikat. Perhitungan pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia rumput
laut Turbinaria ornata Turner J. Agardh dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 58-62.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia terhadap rumput laut Turbinaria ornata Turner J. Agardh diketahui bahwa talus rumput laut mengandung senyawa-senyawa kimia
seperti terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia rumput laut
No Pemeriksaan
Hasil 1.
Alkaloid -
2. Flavonoid
- 3.
Glikosida +
4. Saponin
+ 5.
SteroidTriterpenoid +
6. Tanin
- Keterangan: + Positif
: mengandung golongan senyawa − Negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia diperoleh simplisia tidak mengandung alkaloid, penambahan pereaksi Mayer, Bourchardat maupun
Dragendroff tidak terbentuk endapan; mengandung glikosida, penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat membentuk cincin ungu; mengandung
saponin, terbentuknya busa lebih besar dari 1 cm yang stabil dengan pengocokkan dengan air panas dan tidak hilang pada penambahan HCl 2 N Depkes, 1995;
34 mengandung triterpenoid, penambahan pereaksi Liebermann-Burchad membentuk
warna merah ungu Robinson, 1995.
4.4 Hasil Isolasi Senyawa SteroidTriterpenoid