Zonasi 2. Peraturan Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor

4 TINJAUAN PUSTAKA Gunung Pancar merupakan taman wisata alam yang sudah dibuka sejak tahun 1993. Penelitian ini melihat Gunung Pancar sebagai kawasan yang akan dikembangkan sebagai ekowisata demi tujuan melindungi dan menjaga SDA dan budaya lokal. Hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu ekowisata, pengetahuan lokal, sumber daya lokal, dan rencana manajemen . Uraian-urain di atas dijabarkan pada Sub-Bab di bawah ini. Ekowisata Secara sederhana ekowisata dapat diartikan sebagai wisata yang bersinergi dengan lingkungan. Akan tetapi ekowisata memiliki berbagai definisi, berbeda orang maka berbeda definisi juga. Berikut ini adalah beberapa definisi ekowisata. 1. Ekowisata adalah wisata berbasis alam dimana ada pendidikan dan interpretasi di dalamnya dan pengelolaan yang berkelanjutan serta terdapat komponen budaya, konservasi, dan pemberdayaan sumber daya local Allock, 1994. 2. Ekowisata adalah perjalanan yang beraggungjawab ke alam yang melindungi alam dan meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal Linberg dan Hawkins, 1993. 3. Ekowisata adalah wisata ekologis yang berkelanjutan dimana wisata tersebut berperan menjaga satwa dan habitatnya dan juga secara langsung berkontribusi dalam konservasi dan atau secara tidak langsung memberikan pendapatan pada penduduk lokal dan selanjutnya melindungi sumber daya setempat sebagai sumber penghasilan mereka Goodwin, 1996. 4. Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi tercemari dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh- tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini. Secara gamblang, ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata. Adanya unsur di atas yaitu kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh: 1. kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploitatif terhadap sumber daya alam, 2. asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat, 3. kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat setempat, 4. partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi economical benefit dari lingkungan yang lestari, 5. kehadiran wisatawan khususnya ekowisatawan ke tempat-tempat yang masih alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka 5 homestay, pondok ekowisata ecolodge, warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Beradasarkan Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan2001, prinsip dan kriteria ekowisata yang meliputi berbagai hal. Tabel 1 memperlihatkan 5 prinsip dalam ekowisata dengan kriteria-kriterianya. Tabel 1Prinsip dan kriteria ekowisata No. Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata 1 Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan. a. Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan zonasi. b. Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan. c. Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya. d. Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata. e. Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan. f. Mengelola usaha secara sehat. g. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. 2 Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat. a. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata. b. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. c. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata. d. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata. e. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada masyarakat setempat. f. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat multi stakeholders dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. 3 Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat. a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif. b. Memberdayakan masyarakat dalam upaya 6 peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat. c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. d. Menekan tingkat kebocoran pendapatan leakage serendah-rendahnya. 4 Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. a. Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. b. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainya multi-stakeholders dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. c. Melakukan pendekatan, meminta saran saran dan mencari masukan dari tokohpemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata. d. Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempatsebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. 5 Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional. a. Memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten: Dokumen-dokumenInternasional yang mengikat, GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang undang dan peraturan-peraturan yang berlaku. b. Menyusun peraturan-peraturan baru yang diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga secara keseluruhan membentuk sistem per-UU an dan system hukum yang konsisten. c. Memberlakukan peraturan yang berlaku dan memberikan sangsi atas pelanggarannya secara konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku law enforcement . d. Membentuk kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku. Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2001 Tujuan Ekowisata Konsep ekowisata telah banyak diterapkan di berbagai kawasan. Konsep tersebut memiliki tujuan tersendiri dan berdasarkan beberapa ahli. Beberapa pendapat di bawah ini merupakan tujuan-tujuan ekowisata dari ahli-ahli ekowisata. Lanjutan Tabel 1 7 1. sebagai objek untuk tujuan komersil Bukcley, 2009. 2. sebagai objek wisata sekaligus melindungi alam, sumber daya lokal, dan memberikan penghasilan pada penduduk lokal Weaver, 2001. 3. sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan manusia berwisata, ekonomi Damanik dan Weber, 2006. 4. menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya, melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial. Penetapan tujuan ekowisata di atas di dasarkan pada beberapa unsur utama. Unsur-unsur utama tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini. 1. Ekowisata sangat tergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kekayaan keaneka-ragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata. Pengembangan ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional, regional dan lokal. 2. Pelibatan Masyarakat. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan. 3. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. 4. Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kenyataan memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berprilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat. 5. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non- ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Perkembangan Permintaan Peningkatkan selera masyarakat terhadap wisata yang sifatnya mendidik dan natural menyebabkan permintaan wisata yang meningkat pula. Hal ini juga didukung oleh meningkatnya jumlah pendapatan dan tingkat pendidikan. Beberapa ahli wisata telah mengunkapkan permintaan wisata saat ini. 8 1. Runtuhnya sistem kelasdan kasta, semakin meratanya distribusi sumber daya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mercepat mobilitas manusia antar daerah, negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata Damanik dan Weber, 2006. 2. Distribusi pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat mendorong semakin banyaknya permintaan perjalanan wisata Damanik dan Weber, 2006. 3. Pendidikan yang semakin meningkat membuat wawasan seseorang semakin luas. Keingintahuan dan minat untuk mempelarai sesuatu yang baru ikut menigkat selain itu apresiasi terhadap tempat dan budaya yang berbeda semakin tinggi. Dalam hal tertentu mereka juga sangat kritis menilai lokasi, budaya, atau apa saja yang merek alihat dan kunjungi. Semua ini menjadi pendorong yang kuat bagi orang untuk berwisata Damanik dan Weber, 2006. 4. Waktu luang, uang, sarana, da prasarana merupakan permintaan potensial wisata Damanik dan Weber, 2006. Sumber Daya Lokal Sumber daya lokal merupakan aset suatu kawasan yang mempunyai dampak dan nilai tersendiri bagi kawasan tersebut sehingga sumber daya tersebut harus dijaga dengan baik Damanik dan Weber, 2006. Hal ini berguna bagi kelangsungan ekosistem dan sumber penghidupan bagi manusia dan hewan. Sumber air atau energi, flora fauna lokal dan lanskap alami merupakan contoh sumber daya lokal yang ada pada suatu kawasan. Ketiga sumber daya tersebut pada dasarnya saling membutuhkan dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Bila salah satu sumber daya tersebut rusak maka keseimbangan ekosistem kawasan akan terganggu dan pada akhirnya akan merusak ekosistem jika tidak diperbaiki. Oleh karena itu, menjaga sumber daya lokal sangatlah penting. Pengetahuan Lokal P engetahuan indigenous adalah sekumpulan pengetahuan yang diciptakanoleh sekelompok masyarakat dari generasi ke generasi yang hidup menyatudan selaras dengan alam Johnson 1992 disitasi oleh Sunaryo dan Joshi 2003. Pengetahuan seperti ini berkembang dalamlingkup lokal, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan inovasi atau uji cobasecara terus-menerus dengan melibatkan masukan internal dan pengaruheksternal dalam usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi baru setempat.Oleh karena itu pengetahuan indigenous ini tidak dapat diartikan sebagaipengetahuan kuno, terbelakang, statis atau tak berubah. Pengetahuan lokal indigenous dapat dilihat sebagai sebuah akumulasi pengalaman kolektif darigenerasi ke generasi yang dinamis dan yang selalu berubah terus-menerusmengikuti perkembangan jaman.Indigenous berarti asli atau pribumi. Kata indigenous dalampengetahuan indigenous merujuk pada masyarakat indigenous. Yangdimaksud dengan masyarakat indigenous di sini 9 adalah penduduk asli yangtinggal di lokasi geografis tertentu, yang mempunyai sistem budaya dankepercayaan yang berbeda dengan sistem pengetahuan duniaintelektualinternasional. Kenyataan ini menyebabkan banyak pihak yangberkeberatan dengan penggunaan istilah pengetahuan indigenous dan mereka lebih menyukai penggunaan istilah pengetahuan lokal Sunaryo danJoshi, 2003. Pengetahuan lokal merupakan konsep yang lebih luas yang merujukpada pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang hidup diwilayah tertentu untuk jangka waktu yang lama. Pada pendekatan ini, kitatidak perlu mengetahui apakah masyarakat tersebut penduduk asli atautidak. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana suatu pandanganmasyarakat dalam wilayah tertentu dan bagaimana mereka berinteraksidengan lingkungannya, bukan apakah mereka itu penduduk asli atau tidak.Hal ini penting dalam usaha memobilisasi pengetahuan mereka untukmerancang intervensi yang lebih tepat-guna. Pengetahuan lokal tidak tercipta secara praktis dan biasanya didapatkan secara turun-temurun. Adakalanya suatu teknologi yang dikembangkan di tempat lain dapat diselaraskan dengan kondisi lingkungannya sehingga menjadi bagian integral pengetahuan lokal. Pada perkembanganya pengetahuan lokal tidak seutuhnya bertahan, ada beberapa hal yang hilang yang mungkin disebabkan oleh pengaruh eksternal. Namun, pada hakekatnya pengethauan lokal dapat bertahan dengan upaya adaptasi atau penyesuaian-penyesuaiandengan mengikuti kondisi atau tuntutan yang berkembang. Rencana Manajemen Rencana manajemen atau pengelolaan merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama Kraus dan Curtis 1982. Adapun definisi lainnya, pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya Arifin dan Arifin 2005. Kegiatan dalam pengelolaan lanskap itu menjagalanskapagar tetap nyaman, bersih dan menarik, baik dalam maupun luar guna melindungi dan meningkatkan suatu fungsi dan estetika dari suatu lanskap. Fungsi dari pengelolaan lanskap adalah sebagai keberlanjutan dari kegiatan perencanaan dan desain suatu lanskap. Kegiatan pengelolaan lanskap dimulai dari pengembanganstrategipengelolaanyang berkelanjutandaridesain sampaipemeliharaandalamupayauntuk membangunlanskapyangberfungsilebihefisiendan meminimalkandampakterhadap lingkungan. Proses pengelolaan lanskap meliputi menentukan objek, merencanakan operasioanal, eksekusi rencana, dan monitoring dan bila dibutuhkan lakukan rencana ulang Parker dan Bryan 1989. Rencana manajemen lanskap seharusnya mencakup aspek sosial, ekonomi, dan ekologi. Hal ini berguna agar pengelolaan atau manajemen tersebut dapat menghasilkan dampak positif dan berkelanjutan. 10 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksakan di Gunung Pancar yang terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan luas 447,5 Ha ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 156Kpts-II1988 tanggal 21 Maret 1988. Secara geografis kawasan ini terletak antara 106°54’13”-106°54’58” BT dan 6°35’30”-6°35’38” LS, sedangkan secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Pada sebelah Utara berbatasan dengan desa Ciburial, sebelah Timur berbatasan dengan desa Cimandala, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Cimbimbin, dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Karang Tengah. Gunung Pancar merupakan hulu Daerah Aliran Sungai DAS Kali Bekasi. Kawasan ini terletak di sebelah Barat DAS Kali Bekasi Gambar 2. Ada beberapa aliran mata air disini dan aliran anak-anak sungai. Gunung Pancar terletak pada ketinggian 300-800 meter di atas permukaan laut mdpl dengan topografi landai sampai bergelombang terjal dengan kemiringan sekitar 15-40. Bagian tertinggi terletakdi puncak Gunung Pancar 800 mdpl dan Pasir Astana 700 mdpl. Kawasan TWA Gunung Pancar termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 3.000-4.500 mmth. Jumlah hari hujan per tahun berkisar antara 150-250 hari. Suhu udara minimum 24°C pada malam hari dan suhu tertinggi 33°C pada siang hari dengan kelembaban udara rata-rata 58-82. Penelitian “Evaluasi Kawasan Ekowisata Berbasis Sumber Daya dan Pengetahuan Lokal di Gunung Pancar, Kabupaten Bogor” ini telah dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Kemudian dilanjutkan dengan penulisan skripsi dari awal Agustus 2012 sampai Januari 2013. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, kamera, dan software AutoCad, Photoshop dan AutoCad Land Development. Bahan yang digunakan, yaitu kertas gambar, kertas tabular, dan sheet kuisioner. Secara lisan dilakukan wawancara mendalam terhadap pengelola, masyarakat lokal, dan pengunjung. Sumber: Arifin, 2011 Gambar 2Lokasi Penelitian 11 G. PANCAR Pendekatan Penelitian Pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dapat dilakukan dalam proses rencana manajemen ekowisata yang berkelanjutan. Pendekatan ekologi digunakan untuk mengetahui daya dukung dan biodiversitasdengan menentukan indikator kerusakan dari suatu ekosistem atau lingkungan sebagai akibat dari kegiatan manusia terutama pada tingkat jumlah pemakai yang berlebihan. Peluang ekonomi bagi pengelola dan masyarakat lokal juga penting untuk dijadikan pendekatan dalam penelitian ini. Pengelolaan juga menjadikan aspek sosial-budaya sebagai pendekatannya. Hal ini perlu untuk melihat sejauh mana suatu tempat wisata berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal dan mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap kelangsungan atau keseharian tempat wisata tersebut. Metode Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan ekowisata. Ekowisata terdiri atas tiga aspek, yaitu aspek biofisik ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi. Ketiga aspek tersebut dievaluasi dengan standar eowisata. Selain aspek ekowisata tersebut, dikaji juga aspek pengelolaan yang sudah ada. Dari hasil evaluasi tersebut kemudian disusun strategi pengelolaan untuk rekomendai pengelolaan. Evaluasi Kelayakan Ekowisata Wisata yang telah ada existing di TWA Gunung Pancar dibandingkan dengan standar ekowisata. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan wisata yang ada bila dijadikan sebagai kawasan ekowisata.

1. Biofisik

a. Daya Dukung Jumlah pengunjung harus disesuaikan dengan luas kawasan wisata dan jumlah optimal yang memungkinkan kontak pengunjung dengan kelimpahan alam Baud- Bovi dan Lawson, 2002. Hal ini bertujuan agar tercapai benefit optimal dalam berekowisata, di mana keadaan pemanfaatan alam tanpa merusak alam. Ekowisata berjalan dengan terjaminnya kelestrian biofisik kawasan. Untuk menghitung daya dukung jumlah pengunjung dapat menggunankan rumus berikut ini Arifin, 2011. Keterangan: adalah luas area yang dibutuhkan dalam acre; adalah demand aktivitas jumlah pengunjung; CD adalah capacity days jumlah hari wisatatahun; A adalah area per orang feet kuadrat TF adalah turnover factor; 43.560 adalah konstanta. 13 b. Iklim Iklim Gunung Pancar selama 10 tahun terakhir akan dikaji kesesuaiannya untuk ekowisata. Iklim yang dikaji yaitu curah hujan, suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban dihitung rata-ratanya agar diketahui tingkat kenyamanannya bagi pengunjung. Tingkat kenyamanan tersebut diketahui dengan melakukan penilaian terhadap Thermal Index Humanity THI. c. Vegetasi dan Satwa Biodiversitas yang baik bagi ekowisata adalah biodiversitas yang dijaga kelestariannya agar tidak terjadi penurunan kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas vegetasi dan satwa di Gunung Pancar yang ada sekarang dijaga jumlahnya dan secara kualitas vegetasi dan satwa dilindungi agar tidak rusak. d. Tanah dan Topografi Kesuburan tanah dan agregat tanah yang baik merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendukung rencana ekowisata. Begitu juga dengan kemiringan lahan diperhatikan untuk mengetahui potensi dan kendala serta kemungkinan bahaya bagi user. Bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan harus diminimalisir dan diantisipasi dengan baik agar user merasa aman dan nyaman. Kemiringan lahan yang ada disesuaikan dengan program wisata yangs sesuai, seperti kemiringan agak cukup e. Hidrologi Kelayakan hidrologi perlu dikaji untuk menjamin kualitas air seperti kadar racun dan debit air untuk kebutuhan manusia, vegetasi dan satwa. Kualitas air baik dan debitnya mencukupi maka air dapat dimanfaatkan untuk minum, mandi, dan irigasi. Kawasan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri.

2. Sosial-Budaya a. Keterlibatan Masyarakat Lokal

Dalam pelaksanaan ekowisata, masyarakat dilibatkan secara langsung dan berperan aktif. Perencanaan dan pengelolaan kawasan ekowisata dimusyawarahkan dan didiskusikan kepada masyarakat, mulai dari konsep sampai target yang akan dicapai. b. Pengetahuan dan Budaya Lokal Pengetahuan dan budaya lokal yang ada dihormatikan dan lebih lanjut lagi keduanya dijadikan sebagai atraksi dan daya tarik bagi pengunjung. Dilaksanakan perumusan kode etik berekowisata agar keduanya terjaga dengan melibatkan masyarakat lokal dan stakeholders. c. Pengunjung Suara dan pendapat pengunjung mengenai tingkat kepuasan, kenyamanan dan keamanan terhadap kawasan diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan memberikan sheet kuisioner dan wawancara.