1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum perikanan Indonesia bersifat terbuka open access, dimana nelayan dapat dengan bebas melakukan usaha penangkapan ikan di laut. Kondisi
yang demikian telah mendorong nelayan utuk menangkap ikan sebanyak mungkin sebelum didahului nelayan atau perusahaan yang lain. Bila tidak dilakukan campur
tangan pengelolaan sumberdaya ikan maka dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya penangkapan yang secara biologis berlebihan dan keuntungan usaha tidak
diperoleh lagi. Sumberdaya perikanan termasuk dalam sumberdaya yang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaharui dirinya renewable, namun apabila
dimanfaatkan sampai tingkat eksploitasi berlebihan, sumberdaya tersebut akan terganggu kelestariannya dan akhirnya dapat mengakibatkan kepunahan Ratnasari
2002. Masalah berlebihnya alat penangkapan ikan khususnya di perairan pesisir pantai
adalah masalah yang rumit dan penting untuk segera dicarikan pemecahannya. Pemanfaatan sumberdaya ikan yang tak terkendali di beberapa wilayah perairan telah
menyebabkan degradasi yang sangat tajam akan stok sumberdaya ikan dan ekologi perairan. Banyaknya alat tangkap baik dalam jenis maupun jumlah yang
terkonsentrasi di pantai, diyakini telah mendorong tingginya tekanan penangkapan dan kompetisi antar nelayan. Disisi lainnya, nasib nelayan sebagai pelaku utama
dalam perikanan, belum juga terentaskan. Bertambahnya nelayan yang tidak terkontrol di beberapa wilayah perairan ditengarai telah melampaui batas maksimum,
sehingga keberadaannya perlu dievaluasi lebih lanjut. Analisis optimasi manajemen sistem perikanan merupakan salah satu metode
yang banyak digunakan untuk mengetahui tingkat optimalisasi operasi penangkapan. Untuk dapat mengetahui pengaruh kebijakan terhadap sistem perikanan dapat
digunakan model simulasi dan teknik optimasi untuk alokasi sumberdaya terbatas
2 terhadap banyaknya tujuan yang harus dicapai dapat digunakan linear goal
programming. Kabupaten Pandeglang memiliki garis pantai 230 km mulai dari Pasauran di
sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang sampai Muara Binuangeun di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Dengan kewenangan
pengelolaan laut sejauh 4 mil laut maka luas perairan Kabupaten Pandeglang kurang lebih 1.700 km
2
. Panjang garis pantai yang dimiliki Kabupaten Pandeglang ini merupakan sumber kekayaan keanekaragaman hayati biodiversity yang sangat
tinggi di Provinsi Banten. Laporan statistik perikanan tahun 2006 Kabupaten Pandeglang menunjukkan
bahwa produksi utama perikanan laut didominasi oleh kelompok ikan pelagis , seperti tenggiri Scomberomorus spp, kembung
Rastrellinger spp
, tongkol
Auxis`thazard
, selar
Selaroides spp
, layang Decapterus spp dan lemuru
Sardinella longiceps
. Tabel 1 menunjukkan persentase produksi sepuluh jenis ikan utama yang dominan di
Kabupaten Pandeglang dari total produksi 23.606 ton . Tabel 1 Sepuluh jenis ikan ekonomis penting di Kabupaten Pandeglang
No Jenis ikan Nama Latin
Produksi Persentase Ton
1 Tenggiri Scomberomorus
2.122 9,0
2 Kembung Rastrellinger spp
1.903 8,1
3 Tongkol Auxis thazard
1.826 7,7
4 Peperek Leiognathidae
1.381 5,8
5 Biji nangkaKuniran Upeneus spp
1.312 5,6
6 Selar Selaroides spp
1.202 5,1
7 Kurisi Nemipterus spp
1.066 4,5
8 Tembang Sardinella fimbriata
1.030 4,4
9 Ikan layang
Decapterus spp 1.006
4,3 10 Lemuru
Sardinella longiceps 977
4,1 Ikan lainnya
Others 9.782
41,4 Jumlah
23.607 100,0
Sumber : Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Pandeglang 2006
3 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Pandeglang sebanyak 1.220 unit dengan
kecenderungan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan sangat beragam, tapi pada umumnya didominasi oleh pukat
pantai, dogol, pukat cincin, jaring insang, pancing, payang, bagan dan yang lainnya. Tabel 2 menunjukkan persentase jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan
Kabupaten Pandeglang. Tabel 2 Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Kabupaten Pandeglang
No Jenis alat penangkap ikan Nama Inggris
Jumlah Persentase Unit
1 Pancing yang lain Hook lines
215 17,6 2 Bagan perahu rakit
Boatraft nets 196 16,1
3 Bagan tancap termasuk kelong Lift net
174 14,3 4 Pukat
pantai Beach seine
139 11,4 5 Jaring
insang tetap
Set gillnet 126 10,3
6 Jaring insang
hanyut Drift gill net
116 9,5 7 Dogol
Danish seine 85 7,0
8 Payang termasuk lampara Boat seine
77 6,3 9 Alat pengumpul kerang
Shell collecting 42 3,4
10 Pukat cincin
Purse seine 32 2,6
11 Jaring klitik
Shrimp gillnet 18 1,5
Jumlah 1.220 100,0
Sumber : Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Pandeglang 2006
Menurut SEAFDEC 1999 diacu dalam FAO 2001 selektivitas alat tangkap merupakan kemampuan alat tangkap untuk meloloskanmengurangi ukuran dan jenis
ikan hasil tangkapan yang tidak diinginkan dan tidak sengaja tertangkap, dan melepaskan ikan dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Ada beberapa
pertimbangan studi selektivitas alat tangkap diperlukan antara lain : 1 meningkatkan tingkat keramahan lingkungan dalam hal pengurangan by-catch dan
discards 2 memastikan kelangsungan populasi ikan yang dieksplotasi 3 untuk meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan untuk mendapatkan hasil
tangkapan yang memiliki karakteristik tertentu 4 untuk mendapatkan hasil tangkapan dengan karakteristik yang diinginkan.
4 Dengan menentukan alokasi unit penangkapan ikan berdasarkan inputan yang
digunakan dalam menjalankan usaha penangkapan diharapkan akan mengoptimumkan hasil tangkap serta menjamin kelestarian sumberdaya ikan dan
peningkatan kesejahteraan nelayan khususnya di Kabupaten Pandeglang.
1.2 Perumusan Masalah