30 Hasil akhir dari simulasi umumnya adalah berupa informasi dalam bentuk
angka tentang kinerja sistem, sehingga belum memberikan kepada hubungan sebab- akibat. Simulasi lebih menunjukkan suatu estimasi statistik dan lebih cenderung
hanya merupakan suatu perbandingan dari berbagai alternatif untuk mencapai titik optimum dibanding hasil yang eksak Eriyatno 1999.
Beberapa asumsi yang sering dijadikan pertimbangan nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan, yaitu: 1 nelayan berasumsi bahwa produksi ikan tergantung
pada usaha dan hasil tangkapan dalam beberapa kasus 2 Pendapatan pada akhir musim digunakan untuk menutupi selisih biaya pada kegiatan penangkapan untuk
musim berikutnya. Investasi adalah fungsi dari keuntungan 3 Ada batas maksimum yang diizinkan untuk trip operasi di laut. Jumlah kapal, sama seperti kekuatan mesin,
juga dibatasi oleh pengelola 4 Nelayan berkeinginan melakukan penangkapan dengan jumlah hari yang maksimal dimana aturan dan pendapatan memungkinkan hal
tersebut Frank Brickman 2001 Menurut Dommen 1999 tujuan pembangunan berkelanjutan dalam sektor
perikanan memerlukan keputusan pengelolaan perikanan kedalam pertimbangan kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat yang tergantung pada perikanan
sebagaimana yang diperlukan negara berkembang untuk menjaga pendapatan dari perdagangan yang diperlukan untuk pembangunan. Hal ini menjelaskan bahwa dunia
bergerak menjauh dari gagasan sumberdaya laut sebagai ‘bebas dan terbuka’ untuk semua dan telah mengadopsi keadaan yang lebih baik digambarkan sebagai ‘warisan
bersama umat manusia’. Pemikiran warisan ini diadopsi dari UNCLOS III dan menyarankan kebutuhan untuk pengelolaan yang bertanggung jawab untuk
kepentingan semua makhluk hidup, termasuk generasi masa depan Russ 2003.
2.11 Penelitian Terdahulu tentang Alokasi Unit Penangkapan Ikan
Dalam pengkajian yang dilakukan Wiyono 2001 di Teluk Pelabuhan Ratu, Jawa Barat diusulkan 2 skenario kebijakan pengaturan alat tangkap. Di antara dua
skenario tersebut, skenario kedua, yaitu mengijinkan pengoperasian alat tangkap payang 52 unit, pancing 145 unit, bagan 103 unit, gillnet 0 unit dan rampus 13 unit
31 merupakan alternatif terbaik, karena baik secara ekonomi maupun biologi
memberikan keuntungan yang terbaik. Keuntungan yang diperoleh skenario 2 adalah sebesar Rp. 10.088.476,000 per tahun. Bila skenario kebijakan ini diterapkan
diharapkan kelestarian sumberdaya tetap terjaga dan keuntungan nelayan optimum. Untuk mengatasi berlebihnya alat tangkap yang didaratkan diusulkan untuk beralih
fungsi ke alat tangkap rawai atau membuka usaha baru di bidang pengolahan ikan. Agar dalam upaya pemanfaatan ikan pelagis kecil untuk jangka panjang tetap
memberikan hasil tangkapan yang maksimum dalam bentuk bobot dan dari segi pengusahaannya memberikan keuntungan, maka dilakukan pembatasan jumlah unit
penangkapan yang didasarkan atas nilai optimum masing-masing alat tangkap. Nilai optimum tersebut merupakan hasil perhitungan optimasi yang didasarkan atas upaya
penangkapan dan potensi lestari dari masing-masing sumberdaya ikan pelagis kecil Ratnasari 2002
Berdasarkan hasil analisis optimasi pada penelitian Ratnasari 2002 di Teluk Lampung, bila kepentingan yang diperhatikan adalah maksimum keuntungan usaha
penangkapan ikan pelagis kecil yang dominan di Teluk Lampung, maka jumlah unit penangkapan yang disarankan adalah bagan perahu sebanyak 1.545 unit, bagan
tancap sebanyak 1.459 unit dan jaring insang hanyut sebanyak 260 unit alat tangkap standar. Keuntungan optimum yang diperoleh dari pengoperasian semua unit
penangkapan ini adalah sebesar Rp 324.502.300 per tahun. Hasil analisis LP yang dilakukan Laapo 2004 yang ditampilkan dalam bentuk
skenario kebijakan perikanan dan perubahan eksternal dalam model ekonomi sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan perubahan ketersediaan
sumberdaya memberikan pilihan alternatif terbaik usaha pengembangan perikanan tangkap. Penetapan alternatif kebijakan perikanan tangkap terbaik untuk
diaplikasikan pada pelaku perikanan ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya perikanan tangkap.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya memiliki indikator sebagai berikut:
32 1 Secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan nelayan
2 Mampu memenuhi permintaan pasar ikan domestik dan ekspor 3 Dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja
4 Secara biologi, kelestarian sumberdaya perikanan tangkap tetap terjaga. Tiga indikator pertama dapat diidentifikasi melalui besaran target yang dicapai
dari tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap untuk setiap perubahan internal pelaku perikanan dan kebijakan pemerintah terhadap usaha perikanan.
Kriteria keempat dapat diidentifikasi melalui besaran nilai potensi sumberdaya ikan MSY yang termanfaatkan. Makin besar pencapaian pendapatan, pemenuhan
permintaan ikan dan kesempatan kerja, maka makin baik kesejahteraan masyarakat. Namun, jika pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan melebihi nilai MSY, maka
terjadi ancaman kelestarian sumberdaya. Untuk itu, pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang berkelanjutan tidak boleh melebihi MSY.
Penentuan alternatif kebijakan terbaik berdasarkan indikator disesuaikan dengan kondisi sumberdaya, perubahan dalam harga input-output perikanan dan penetapan
kebijakan retribusi usaha perikanan. Kondisi yang dimaksud terdiri atas 3 kombinasi dengan 11 skenario perubahan dalam koefisien tujuan akibat perubahan harga input-
output dan kebijakan pemerintah dan kendala sumberdaya akibat perubahan ketersediaan sumberdaya.
Lebih lanjut Laapo 2004 menjelaskan bahwa ketersediaan BBM minyak tanah dan es balok pada setiap skenario selalu terpakai habis. Hal ini mengindikasikan
pentingnya kendala input tersebut bagi usaha nelayan sehingga ketersediaannya perlu ditambah. Namun peningkatan ketersediaan BBM dan es akan meningkatkan
intensitas penangkapan pada sumberdaya ikan pelagis kecil, pelagis besar dan ikan karang sehingga ketersediaan sumberdaya menurun dan seluruhnya termanfaatkan.
Pada kondisi ini pemanfaatan sumberdaya perikanan mencapai titik MSY, sehingga diperlukan daerah penangkapan baru new fishing ground guna kelestarian
sumberdaya. Kebijakan peningkatan aksesibilitas penggunaan BBM dan es yang ditunjang
oleh peningkatan harga ikan berdampak pada pencapaian target pengelolaan
33 perikanan tangkap. Secara makro, pemberlakuan retribusi bagi usaha perikanan dapat
meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Morowali dari sektor perikanan. Secara biologi, pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap oleh nelayan dapat berlangsung
dalam jangka waktu yang relatif lama dan ketersediaan sumberdaya ikan tetap lestari. Hasil penelitian Kaleka 2007, guna mencegah terjadinya konflik atau
keresahan sosial, maka alokasi unit penangkapan ikan tidak dimaksudkan untuk meniadakan atau mengurangi jenis unit penangkapan ikan tertentu yang telah ada,
tetapi untuk mengatur komposisi yang tepat dan optimal serta membatasi jumlah unit penangkapan ikan yang tidak berpengaruh langsung dan jumlahnya dianggap sudah
cukup dalam aktifitas penangkapan di Kabupaten Kupang.
2.12 Penelitian Terdahulu tentang Potensi Lestari