Hasil .1 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek biologi
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek biologi
1 Keragaan sumberdaya ikan pelagis kecil
Kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan aktivitas penting di Kabupaten Pandeglang. Ikan yang menjadi target tangkapan di Kabupaten
Pandeglang selama 6 tahun terakhir sangat beragam. Jumlah spesies ikan yang tertangkap sejak tahun 2000 hingga 2006 mencapai 31 spesies yang didominasi oleh
8 spesies yaitu ikan teri Stolephorus sp, kembung Rastrelliger sp, tembang Clupea sp, selar Caranx sp, layang Decapterus sp, julung-julung
Hemirhamphus sp, lemuru Sardinela sp, dan tetengkek Megalaspis cordyla
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten 2006. Spesies dominan yang berhasil ditangkap oleh nelayan selama kurun waktu 6 tahun disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Rata-rata produksi hasil tangkapan dominan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000 hingga 2006
No Jenis Ikan
Rata-rata Produksi Proporsi
Ton 1 Teri Stolephorus sp 2.364,5
22,6 2 Kembung
Rastrelliger sp 2.331,5 22,3
3 Tembang Clupea sp 1.690,4
16,2 4 Selar
Caranx sp 1.384,4 13,2
5 Layang Decapterus sp 1.169,4
11,2 6
Julung-julung Hemirhamphus sp
655,6 6,3
7 Lemuru Sardinella sp 628,2
6,0 8
Tetengkek Megalaspis cordyla
236,7 2,3
Jumlah 10.460,7
100,0
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten tahun 2006 diolah Berdasarkan tabel di atas, rata-rata produksi delapan spesies dominan yaitu teri
Stolephorus sp sebesar 2.364,5 ton atau 22,6, kembung Rastrelliger sp sebesar 2.331,5 ton atau 22.3, Tembang Clupea sp sebesar 1.690,4 ton atau 16,2 , selar
Caranx sp sebesar 1.384,4 ton atau 13,2 , Layang Decapterus sp sebesar 1.169,4
56 56
ton atau 11,2 Julung-julung Hemirphus sp sebesar 655,6 atau 6,3, lemuru Sardinela sp sebesar 628,2 ton atau 6 dan tetengkek Megalaspis cordyla sebesar
23,7 ton atau 2,3. Tingkat penurunan produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang
selama 10 tahun terakhir memiliki hubungan linier dengan persamaan y = 15900 - 168,89 x. Gambaran produktivitas perikanan Kabupaten Pandeglang disajikan pada
Gambar 5.
Gambar 5 Produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang 1991- 2006. Berdasarkan gambar di atas, total produksi ikan pelagis kecil tertinggi terjadi
pada tahun 1994 sebesar 16.884 ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 10.918 ton dengan rata-rata produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten
Pandeglang adalah sebesar 10,460.7 ton per tahun. Secara global sumberdaya ikan di Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu, kelompok ikan yang memiliki produktivitas menurun dan kelompok ikan dengan produktivitas tetap. Kelompok ikan yang memiliki
produktivitas menurun adalah teri Stolephorus sp, kembung Rastrelliger sp, tembang, julung-julung Hemirphus sp, lemuru Sardinela sp, sedangkan ikan yang
57 57
memiliki produktivitas tetap adalah selar Caranx sp, layang Decapterus sp dan tetengkek Megalaspis cordyla. Pola perubahan produksi delapan spesies utama
disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Pola perubahan produksi perikanan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang selama kurun waktu 1991-2006.
Berdasarkan data di atas produksi tertinggi teri Stolephorus sp terjadi pada tahun 1993 sebesar 5.797,7 tontahun, produksi terendah terjadi pada tahun 2006
sebesar 106,8 ton dengan tingkat produksi rata-rata mencapai 2.364,5 tontahun. Kembung Rastrelliger sp mempunyai produksi rata-rata sebesar 2.331,5 tontahun
dengan puncak produksi terjadi pada tahun 2001 sebesar 3.084,7 ton dan produksi terendah sebesar 1.524,9 ton terjadi pada tahun 1997. Tembang Clupea sp
mempunyai produksi rata-rata sebesar 1.690,4 tontahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1994 sebesar 2.579,9 ton dan produksi terendah pada tahun 2006
sebesar 1.029,8 ton. Julung-julung Hemirhamphus sp mempunyai produksi rata- rata sebesar 655,6 tontahun, dengan puncak produksi pada tahun 2004 sebesar
1,303.4 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 1995 sebesar 168,3 ton dan lemuru Sardinela sp mempunyai produksi rata-rata sebesar 628,2 tontahun, dengan
puncak produksi terjadi pada tahun 1994 sebesar 1,214.7 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 99,1 ton.
- 1,000.0
2,000.0 3,000.0
4,000.0 5,000.0
6,000.0
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
Tahun P
roduk s
i Ton
Layang Selar
Tetengkek Lemuru
Julung-julung Teri
Tembang Kembung
58 58
Kelompok kedua adalah ikan yang memiliki produktivitas tetap yaitu selar Caranx sp, layang Decapterus sp dan tetengek Megalaspis cordyla. Produksi
rata-rata ikan selar adalah 1.384,4 tontahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1995 2.417,6 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 2000 952,5 ton.
Layang Decapterus sp memiliki produksi rata-rata sebesar 1.169,4 tontahun, dengan puncak produksi pada terjadi tahun 1991 1.589,8 ton dan produksi terendah
pada tahun 1996 863,4 ton dan tetengkek Megalaspis cordyla mempunyai produksi rata-rata sebesar 236.7 tontahun, dengan puncak produksi terjadi pada
tahun 2005 574,3 ton dan produksi terendah pada tahun 1994 22,6 ton.
2 Keragaan hasil tangkapan
Produksi Kabupaten Pandeglang selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 1999 hingga 2002 produksi perikanan
Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan, sedangkan pada kurun waktu 2003 hingga 2004 mengalami penurunan drastis pada 9 alat penangkap ikan dominan di
Kabupaten Pandeglang dogol, jaring insang tetap, jaring insang hanyut, pukat cincin, bagan perahu atau rakit, bagan tancap, pukat pantai dan payang. Walaupun
kecenderungan produksi alat tangkap pada tahun 1999-2002 mengalami penurunan, tetapi hal itu tidak terjadi untuk alat tangkap bagan perahu, rakit, bagan tancap, jaring
insang, pukat cincin dan dogol. Perkembangan produksi perikanan tahun 1999 hingga 2004 di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 16.
1 Bagan
Bagan merupakan unit penangkapan yang banyak dioperasikan oleh nelayan Pandeglang dengan produksi mencapai 25,92 kgtriptahun. Selain itu bagan adalah
alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan dengan tingkat kesegaran tinggi karena metode pengoperasian yang dilakukan secara one day fishing. Unit
penangkapan bagan di Pandeglang umumnya dioperasikan sebanyak 140 trip per tahun. Ikan yang ditangkap oleh nelayan bagan di Pandeglang terdiri dari 14 speises
59 59
yaitu sebelah, tembang, teri, kembung, tetengkek, lemuru, layang, selar, pepetek, kuwe, tigawaja, julung-julung tenggiri dan cumi.
Tabel 16 Produksi perikanan Kabupaten Pandeglang tahun 1999-2004 ribuan ton
Alat Tangkap
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Dogol 4.658,80 4.338,80 2.236,10 2.288,80
3.995,00 3.742,90 Jaring
insang tetap
3.789,30 3.517,00 3.737,50 3.945,80 2.842,00 2.894,50
Jaring insang
hanyut 2.708,60 3.032,10 3.971,10 1.495,30
2.148,00 2.169,10 Pukat cincin
2.579,60 2.666,50
653,80 693,60
2.664,00 2.552,20
Bagan perahu dan rakit 3.860,50
3.731,00 2.768,40 2.702,10
3.003,60 2.906,50 Bagan tancap
3.797,00 3.356,70
121,80 117,20
2.973,70 2.920,30
Pukat pantai 592,80
753,30 3.418,40
- 942,00
1.957,80 Jaring
klitik 88,60 121,60 271,10 561,70
90,00 82,20 Payang 2.564,10
2.707,60 10.328,90
10.488,10 2.086,00
2.528,80 Lain-lain
4.788,70 4.588,30 2.085,20 7.931,50 3.403,00 3.600,40
JUMLAH 29.428,00 28.812,90 29.592,30 30.224,10
24.147,30 25.354,70
2 Payang
Sebagai salah satu jenis boat seine, payang memiliki efektivitas tinggi untuk menangkap ikan pelagis yang memiliki tingkah laku berkelompok shoaling
behavior. Efektivitas unit penangkapan payang terlihat dari produktivitasnya yang mencapai 30,25 kgtriptahun, dengan rata-rata trip mencapai 152 per tahun. Alat
tangkap payang di Pandeglang umumnya menangkap 14 jenis ikan yaitu manyung, selar, kuwe, tetengkek, bawal hitam, lemuru, teri, julung-julung, pepetek, biji nangka,
kembung, tenggiri, tongkol dan cumi.
3 Pukat cincin Purse seine
Purse seine merupakan unit penangkapan yang memiliki produktivitas tinggi untuk menangkap ikan pelagis dengan tingkah laku berkelompok shoaling
behavior. Nilai produktivitas unit penangkapan purse seine di Pandeglang adalah 80,09 kgtriptahun dengan rata-rata trip selama satu tahun adalah 134. Dari lima unit
penangkapan ikan pelagis kecil yang dikaji, Purse seine merupakan unit penangkapan yang memiliki komposisi hasil tangkapan terkecil yaitu sembilan jenis ikan. Ikan-
60 60
ikan tersebut adalah bawal hitam, julung-julung, kurisi, kembung, tengiri, tongkol, layur, cumi dan bawal putih.
4 Jaring insang gillnet
Jaring insang yang dioperasikan oleh nelayan Pandeglang merupakan alat tangkap yang tergolong memiliki produktivitas cukup tinggi yaitu 25,92
kgtriptahun. Umumnya dalam satu tahun unit penangkapan jaring insang dioperasikan sebanyak 206 trip, dengan hasil tangkapan yang diperoleh mencapai 15
jenis ikan. Jaring insang merupakan unit penangkapan yang menangkap ikan dengan komposisi terbanyak diantara empat alat tangkap lainnya, spesies tersebut adalah ikan
sebelah, selar, layang, tetengkek, tembang, julung-julung, kurisi, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, cumi, bawal putih dan bawal hitam.
5 Pancing
Unit penangkapan pancing di Pandeglang termasuk unit penangkapan yang banyak dioperasikan kerena metode pengoperasiannya yang relatif mudah tetapi unit
penangkapan pancing merupakan unit penangkapan yang memiliki produktivitas terendah bila dibandingkan unit penangkapan ikan pelagis kecil lainnya.
Produktivitas rata-rata pancing di Pandeglang adalah 12,76 kgtriptahun dengan jumlah trip rata-rata mencapai 112 per tahun. Unit penangkapan pancing di
Pandeglang mampu menangkap 10 spesies ikan yaitu manyung, kakap putih, bambangan, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, pari, dan kerapu.
3 Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil
Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk melihat apakah jenis alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis kecil di
Pandeglang merusak sumberdaya yang ada atau tidak. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil dititikberatkan pada lima kriteria yaitu CPUE catch
per unit effort, jumlah trip, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan yang tertangkap untuk masing-masing alat tangkap
61 61
Kriteria pertama yang dijadikan bahan penilaian aspek biologi adalah CPUE. Prioritas masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil ditentukan berdasarkan
nilai CPUE tertinggi, semain tinggi CPUE maka prioritasnya semakin besar. Dengan demikian purse seine merupakan alat yang menjadi prioritas untuk dikembangkan,
kemudian diikuti oleh payang, gillnet, bagan dan terakhir pancing. Kriteria ke-2 untuk menilai pengaruh kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil
terhadap kondisi biologis ikan pelagis kecil adalah jumlah trip selama satu tahun. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka unit penangkapan jaring insang gillnet
menempati urutan prioritas pertama, kemudian secara berturut-turut diikuti oleh payang, bagan, purse seine dan pancing di urutan terakhir.
Kriteria ke-3 yang digunakan adalah komposisi hasil tangkapan setiap unit penangkapan. Berdasarkan Tabel 17 unit penangkapan pukat cincin purse seine,
adalah alat tangkap yang diprioritaskan diikuti dengan pancing, kemudian bagan dan payang, serta unit penangkapan gillnet pada prioritas terakhir.
Kriteria terakhir dari penilaian aspek biologi adalah ukuran hasil tangkapan. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap masing-masing unit penangkapan
maka, pancing adalah alat tangkap yang memiliki prioritas utama skor 5 diikuti oleh gillnet skor 4, purse seine dan payang pada urutan ketiga skor 3 dan prioritas
terakhir adalah bagan. Kriteria aspek biologi penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 17.
Penilaian secara menyeluruh terhadap aspek biologi perikanan pelagis kecil di Pandeglang dilakukan dengan menstandarisasi nilai-nilai pada Tabel 17 dengan
fungsi nilai masing-masing kriteria. Berdasarkan hasil tersebut maka alat tangkap yang diprioritaskan adalah pukat cincin purse seine, diikuti oleh gillnet, pancing,
payang dan bagan.
4.1.2 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek teknis 1 Keragaan unit penangkapan ikan pelagis kecil
Kegiatan penangkapan ikan merupakan ujung tombak usaha penangkapan. Kegiatan tersebut membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung agar tingkat
keberhasilan operasi penangkapan lebih tinggi. Tingginya tingkat keberhasilan juga
62 62
tergantung pada unit penangkapan yang digunakan. Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari, alat tangkap, kapal dan nelayan.
Tabel 17 Penilaian dan standarisasi aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang
No Alat tangkap
Biologi WI
UP1 W2
UP 2 W3
UP 3 W4
UP4 1 Gilnet
25,92 3
206 1
15 4
4 2
2 Bagan 15,98
4 140
3 14
3 1
4 3 Pancing
12,76 5
112 5
10 2
5 1
4 Purse seine
80,09 1 134 4 9 1 3 3 5 Payang
30,21 2
152 2
14 3
3 3
Hasil standarisasi No
Alat tangkap Biologi
Total Rata-rata UP
VW1 VW2 VW3 VW4 1
Gillnet 0,20
1,00 0,00
0,75 1,94
0,65 2 2 Bagan
0,05 0,29
0,38 0,00
0,72 0,24
5 3 Pancing
0,00 0,00
0,87 1,00
1,88 0,63
3 4
Purse seine 1,00
0,23 1,00
0,50 2,73
0,91 1 5 Payang
0,26 0,43
0,38 0,50
1,56 0,52
4 Sumber data primer 2007
Keterangan : Wl
= catch per unit effort CPUEtahun W2
= jumlah trip tahun W3
= komposisi hasil tangkapan jumlah jenis W4
= ukuran ikan yang tertangkap skor UP
= urutan prioritas VWl = catch per unit effort CPUE yang distandarisasi dengan fungsi nilai
VW2 = jumlah trip yang distandarisasi dengan fungsi nilai VW3 = komposisi hasil tangkapan yang distandarisasi dengan fungsi nilai
VW4 = ukuran ikan yang tertangkap yang distandarisasi dengan fungsi nilai
1 Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Pandeglang terdiri atas payang, pukat cincin purse seine, jaring insang atau gillnet encircling gillnet, drift gillnet,
dan set gillnet, bagan perahu dan tancap dan pancing. Perkembangan alat penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang dari tahun 1997 hingga
2006 cenderung mengalami peningkatan Gambar 7. Pada tahun 2006 kelompok
63 63
alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan Kabupaten Pandeglang adalah kelompok jaring angkat lift net sebanyak 370 unit dengan rincian 174 unit bagan
tancap dan 196 unit bagan apung perahubagan rakit. Kelompok kedua adalah jaring insang gillnet yang berjumlah 260 unit dengan rincian 116 unit drift gillnet,
18 unit encircling gillnet dan 126 unit set gillnet. Kelompok ketiga adalah pancing sebanyak 215 unit diikuti oleh payang yang berjumlah 77 unit dan 32 unit
pukat cincin purse seine. Data perkembangan unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18
Perkembangan alat penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang
Jenis Alat Tangkap Tahun
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Payang 76 84 86 86 86 59 78 78 78 77
Pukat cincin
15 16 12 12 12 12 33 33 34 32 Jaring
insang hanyut
55 64 60 60 60 65 78 78 78 116 Jaring
klitik 79 72 72 72 72 84 22 22 22 18
Jaring insang
tetap 166 191 194 194 194 218 98 98 102 126
Bagan perahu
rakit 117 114
113 112 97 146 151 151 152 196 Bagan
tancap 113 104 101 101 116 113 200 200 203 174
Pancing 120 138 115 228 297 260 111 207 212 215
Jumlah 741 783 753 865 934 957 771 867 881 954
Gambar 7 Perkembangan alat penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang.
64 64
2 Nelayan
Nelayan adalah orang yang terjun langsung dalam kegiatan penangkapan ikan. Aktifitas penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang umumnya dilakukan oleh
nelayan setempat, walaupun terdapat juga nelayan yang berasal dari luar Kabupaten Pandeglang diantaranya Cirebon, Bugis dan Indramayu.
Jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang yang tercatat pada tahun 2006 adalah 4.849 orang. Nelayan tersebut dibagi ke dalam tiga golongan yaitu nelayan : penuh,
sambilan utama dan sambilan tambahan yang masing-masing berjumlah 3.967 orang, 540 orang, dan 342 orang. Data jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang tahun 2006
disajikan pada Gambar 8.
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
3,500 4,000
4,500
Penuh Sambilan utama
Sambilan tambahan
Ju m
lah
Gambar 8 Jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang tahun 2006.
3 Kapalperahu
Jenis kapal atau perahu di Kabupaten Pandeglang di kelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu, jukung, perahu motor tempel, dan kapal motor dengan jumlah berfluktuasi
setiap tahunnya. Jukung pada tahun 1997 hingga 1999 tidak ada di Kabupaten Pandeglang hal ini
kemungkinan besar karena belum tercatat, kemudian pada tahun 2000 hingga 2002 jukung mengalami peningkatan yang sangat besar tetapi berangsur-angsur mengalami
penurunan drastis dari 264 unit pada tahun 2002 menjadi 88 unit pada tahun 2006.
65 65
Jenis perahu lainnya yang digunakan oleh nelayan Pandeglang adalah perahu papan yang dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu kecil, sedang dan besar. Perahu
papan berukuran kecil memiliki kecenderungan meningkat walaupun sedikit, Sedangkan perahu papan ukuran sedang mengalami kecenderungan menurun dari 56
unit pada tahun 1997 menjadi 29 unit pada tahun 2002, sebaliknya parahu papan berukuran besar mengalami peningkatan dari tahun 1997 yang berjumlah 26 unit
menjadi 29 unit pada tahun 2002. Selain perahu papan, kapal motor juga dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu
kapal motor di bawah 5 GT, 5-10 GT dan 10-20 GT. Ketiga jenis kapal motor tersebut mengalami perkembangan yang berbeda selama tahun 1997 hingga 2006.
Kapal motor di bawah 5 GT mengalami penurunan dari 457 unit pada tahun 1997 menjadi 422 unit pada tahun 2006, sedangkan kapal motor berukuran 5-10 GT
memiliki kecenderungan meningkat dari 22 unit pada tahun 1997 menjadi 92 unit pada tahun 2006 dan kapal 10-20 GT berjumlah 4 unit pada tahun 1997 hingga1998.
Perkembangan perahu penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Perkembangan perahu penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang
Jenis Kapal Tahun
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jukung
215 238
264 71
79 79
88 Perahu papan
-Kecil 70 70 70 70 70
125 72 77 77 77 -Sedang
56 42 42 42 42 29 29 -Besar
26 18 37 37 37 29 29 0 0
Motor Tempel
125 269 258 258 258 220 121 115 115 115 Kapal Motor
- 5
GT 457 554 565 565 565 620 390 422 422 422
- 5-10
GT 22 51 37 37 37 28 69 84 84 92
- 10-20 GT 4
4 Jumlah
760 1.008 1.009 1.224 1.247 1.315 723 777 777 794
66 66
2 Keragaan daerah penangkapan ikan pelagis kecil
Daerah penangkapan ikan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan operasi penangkapan. Nelayan Kabupaten Pandeglang
pada umumnya menentukan daerah penangkapan ikan DPI berdasarkan pengalaman dan tanda-tanda alam. Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten
Pandeglang berada di sekitar Selat Sunda dengan radius 3 mil dari pantai. Kegiatan penangkapan ikan di daerah tersebut dapat dilakukan sepanjang tahun. Hal ini
menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan DPI potensial bagi masyarakat Pandeglang. Adapun rincian daerah penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan
pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Daerah penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan pelagis kecil
berdasarkan alat tangkapan di Kabupaten Pandeglang
Jenis Alat Tangkap Musim
Penangkapan Bulan
Daerah Penangkapan Ikan Payang
Sepanjang tahun P. Legundi, P. Tegal, P. Kubur, P.
Condong, P. Tangkil, Gn. Krakatau, P. Sebesi, P. Sebuku, P. Mengkudu
dan perairan Kabupaten Pandeglang
Bagan perahu Desember,
Januari-September Perairan Kabupaten Pandeglang
Bagan tancap Desember,
Januari-September Perairan Kabupaten Pandeglang
Jaring insang hanyut Maret - Nopember
P. Mutun, P. Kubur, P. Tangkil, P. Pendikil, P. Condong, P. Tegal, P.
Siuncal, P. Sentiga, Batu Alip, Gn. Krakatau, P. Sebesi dan perairan
Kabupaten Pandeglang
Sumber: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan 2000 Berdasarkan Tabel 20, terdapat tiga pergerakan daerah penangkapan
berdasarkan musim penangkapan yaitu, DPI nelayan pada musim peralihan berada di sekitar Kep. Rakata dan P. Panaitan, pada musim timur daerah penangkapan ikan
nelayan tersebar di antara P. Rakata dan P. Panaitan. Sedangkan pada Musim Barat daerah penagkapan ikan berada di sekitar P. Panaitan, P. Rakata dan P. Sebuku. Hal
ini disebabkan keadaan gelombang air laut pada musim ini 1,5 sampai 2,0 meter,
67 67
sehingga mereka umumnya mencari daerah-daerah dekat pulau untuk bersembunyi manakala ada gelombang yang besar. Pada musim ini kegiatan penangkapan sangat
kurang bahkan terhenti.
3 Penilaian aspek teknis unit penangkapan ikan pelagis kecil
Penilaian aspek teknis terhadap kegiatan perikanan pelagis kecil dititikberatkan pada lima alat tangkap dominan yaitu, jaring insang gillnet, bagan lift net, pancing
hook, pukat cincin purse seine dan payang boat seine. Penilaianscoring metode penangkapan didasarkan pada tingkat kemudahan
operasi penangkapan. Berdasarkan nilai skor tersebut, maka alat tangkap yang diprioritaskan adalah pancing, kemudian bagan dan gillnet serta terakhir purse seine
dan payang. Kriteria ke-2 adalah daya jangkau operasi penangkapan ikan. Penilaian
dilakukan berdasarkan kemampuan daya jangkau unit penangkapan dimana semakin jauh maka nilainya semakin baik. Berdasarkan hasil tersebut, maka unit penangkapan
yang diprioritaskan berdasarkan kemampuan daya jangkau terhadap daerah penangkapan ikan adalah purse seine, kemudian payang dan gillnet serta bagan dan
pancing pada prioritas terakhir. Kriteria ke-3 adalah pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian unit
penangkapan. Berdasarkan tersebut, maka unit penangkapan yang diprioritaskan adalah pancing, kemudian kelompok prioritas yang kedua adalah payang dan purse
seine dan alat tangkap yang menjadi prioritas terakhir adalah bagan dan gillnet. Kriteria ke-4 adalah selektivitas alat penangkapan. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, maka unit penangkapan yang memiliki selektivitas terbaik adalah pancing kemudian diikuti oleh gillnet, purse seine serta bagan dan payang sebagai prioritas
terakhir. Kriteria terakhir dari aspek teknis adalah tingkat penggunaan teknologi. Dari
lima unit penangkapan yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil di Pandeglang maka, yang diprioritaskan adalah purse seine skor 4, kemudian diikuti
oleh gillnet, bagan dan payang pada prioritas ke-2 skor 3, serta prioritas terakhir
68 68
adalah pancing skor 2. Kriteria penilaian aspek teknis kegiatan penangkapan ikan
pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 21.
Berdasarkan perhitungan aspek teknis secara menyeluruh yang distandarisasi dengan fungsi nilai, maka alat tangkap pancing merupakan unit penangkapan yang
menjadi prioritas utama, diikuti oleh gillnet dan purse seine pada prioritas kedua, payang pada prioritas ketiga dan bagan pada prioritas terakhir. Nilai-nilai parameter
teknis yang telah distandarisasi disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Penilaian dan standarisasi aspek teknis unit penangkapan ikan pelagis kecil
di Kabupaten Pandeglang
No Alat
tangkap Teknis
X1 UP1 X2 UP2 X3 UP3 X4
UP4 X5 UP5
1 Gillnet
3 2 4 2 3 2 4
2 3 2
2 Bagan
3 2 2 3 2 3 2
4 3 2
3 Pancing
5 1 2 3 5 1 5
1 2 3
4 Payang
2 3 4 2 3 2 2
4 3 2
5 Purse seine
2 3 5 1 3 2 3
3 4 1
Hasil standarisasi No
Alat tangkap
Teknis Total
rata-rata Urutan
VX1 VX2 VX3
VX4 VX5
1 Gillnet
0,30 0,67 0,33 0,70 0,50 2,50 0,50
2 2 Bagan
0,30 0,00 0,00 0,00 0,50 0,83 0,20
4 3 Pancing
1,00 0,00 1,00 1,00 0,00 3,00 0,60
1 4 Payang
0,00 0,67 0,30 0,00 0,50 1,50 0,30
3 5
Purse seine 0,00 1,00 0,30 0,30 1,00 2,67
0,50 2
Sumber data primer 2007 Keterangan :
X1 = Metode pengoperasian alat tangkap skor
X2 = Daya jangkau unit penangkapan mil
X3 = Pengaruh lingkungan fisik terhadap alat tangkap skor
X4 = Selektivitas skor
X5 = Penggunaan teknologi skor
UP = Urutan prioritas
VX1 = metode pengoperasian alat tangkap yang distandarisasi dengan fungsi nilai VX2 = daya jangkau unit penangkapan yang distandarisasi dengan fungsi nilai
69 69
VX3 = pengaruh lingkungan fisik terhadap alat tangkap yang distandarisasi dengan fungsi nilai
VX4 = selektivitas yang distandarisasi dengan fungsi nilai VX5 = penggunaan teknologi yang distandarisasi dengan fungsi nilai
4.1.3 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek sosial 1 Keragaan sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil
Kegiatan usaha yang banyak dilakukan oleh masyarakat di wilayah pesisir dan laut di Pandeglang adalah kegiatan usaha di bidang perikanan dengan bentuk dan
skala usaha yang beragam. Eksistensi kegiatan usaha perikanan di wilayah pesisir disebabkan karena kultur nelayan yang sulit untuk menerima alternatif pekerjaan lain
di luar kegiatan perikanan khususnya penangkapan. Sebagai suatu unit usaha, kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang sudah
sepatutnya dikelola dangan baik, sehingga dampak yang timbul dari kegiatan tersebut bersifat positif terhadap perkembangan masyarakat khususnya nelayan tradisional
Pandeglang. Dampak positif yang dapat ditingkatkan dari kegiatan usaha penangkapan ikan pelagis kecil adalah tingkat penyerapan tenaga kerja dan
pendapatan nelayan yang meningkat serta semakin minimnya konflik sosial antar nelayan. Dampak sosial tersebut, digunakan sebagai kriteria untuk menentukan
prioritas pengembangan perikanan pelagis kecil dari aspek sosial. Kriteria pertama dari aspek sosial yang diamati adalah tingkat penyerapan
tenaga kerja dari lima jenis alat tangkap yang diusahakan oleh nelayan. Jumlah tenaga kerja dibutuhkan oleh masing-masing kegiatan usaha bervariasi dari dari 4
hingga 20 orang tergantung jenis dan skala usaha yang dikelola. Unit penangkapan gillnet dan pancing mampu menyerap tenaga kerja hingga 5 orangunit, bagan 4
orangunit, payang 15 orangunit dan purse seine 20 orangunit. Kriteria kedua adalah tingkat pendapatan yang diterima oleh nelayan.
Berdasarkan wawancara dan perhitungan yang dilakukan, tingkat pendapatan yang diterima oleh nelayan untuk masing-masing unit penangkapan bervariasi dari Rp
79.778.465 unittahun hingga Rp 176.656.239 unittahun, dimana unit penangkapan
70 70
gillnet mampu memberikan pendapatan kepada nelayan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 79.778.465, bagan sebesar Rp 87.590.831, pancing sebesar
Rp 117.421.200, payang sebesar Rp 161.509.312 dan purse seine sebesar Rp 176.656.239.
Kriteria terakhir yang digunakan sebagian indikator penilaian aspek sosial kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah konflik sosial akibat
pengoperasian unit penangkapan. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan di Pandeglang selama ini belum pernah terjadi konflik antar nelayan yang
mengoperasikan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine.
2 Penilaian aspek sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil
Berdasarkan pada kriteria sosial yang diamati, maka penilaian aspek sosial didasarkan pada dua kriteria yaitu penyerapan tenaga kerja dan tingkat pendapatan
yang diterima oleh nelayan. Penentuan prioritas pengembangan perikanan pelagis kecil di Pandeglang berdasarkan aspek sosial ditentukan berdasarkan dua kriteria
tersebut, dimana semakin tinggi tingkat penyerapan dan pandapatan yang diterima maka prioritas suatu unit penangkapan semakin baik.
Alat tangkap yang diprioritaskan untuk ditingkatkan atau dikembangkan berdasarkan tingkat penyerapan tenaga kerja adalah purse seine diikuti oleh payang,
pancing, dan gillnet serta bagan sebagai prioritas terakhir. Sedangkan berdasarkan jumlah pendapatan yang diterima oleh nelayan maka unit penangkapan purse seine
lebih diutamakan dibandingkan dengan unit penangkapan lainnya. Baru kemudian payang, pancing, bagan dan gillnet. Aspek sosial perikanan pelagis kecil di
Pandeglang disajikan pada Tabel 22. Penentuan prioritas pengembangan perikanan pelagis kecil di Pandeglang yang
didasarkan pada aspek sosial dilakukan dengan cara menstandarisasi nilai-nilai aspek sosial pada Tabel 22 dengan fungsi nilai masing-masing kriteria. Secara keseluruhan
unit penangkapan purse seine merupakan unit penangkapan terbaik dari segi sosial, kemudian payang sebagai alternatif kedua diikuti oleh pancing, bagan dan gillnet.
71 71
Data-data aspek sosial yang telah distandarisasi dengan fungsi nilai disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Penilaian dan standarisasi aspek sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang
No Alat tangkap
Sosial Z1 UP1
Z2 UP2
1 Gillnet
5 3 79.778.465,00
5 2 Bagan
4 4
87.590.831,25 4
3 Pancing 5
3 117.421.200,00
3 4 Payang
15 2
161.509.312,50 2
5 Purse seine
20 1 176.656.239,63 1
Hasil standarisasi
No Alat tangkap
Sosial Total Rata-rata
UP VZ1 VZ2
1 Gilnet 0,06 0,00
0,00 0,00
5 2 Bagan
0,00 0,08 0,08
0,04 4
3 Pancing 0,06 0,39
0,39 0,19
3 4 Payang
0,69 0,84 0,84
0,42 2
5 Purse seine
1,00 1,00 2,00
1,00 1 Sumber data primer 2007
Keterangan : Zl
= jumlah tenaga kerja orang Z2
= pendapatan ABK dalam satu tahun UP
= urutan prioritas VZl = pendapatan ABK dalam satu tahun yang distandarkan
VZ2 = jumlah tenaga kerja orang yang distandarkan
4.1.4 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek ekonomi 1 Keragaan ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil
Komponen yang menjadi parameter penilaian keragaan ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah investasi, biaya, keuntungan,
nilai RC, Break Event Point BEP, Payback Periode PP, Net BC dan Net Present Value NPV.
72 72
1 Modal investasi
Modal investasi yang diperlukan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang dengan menggunakan 5 jenis alat tangkap gillnet, bagan,
pancing, payang dan purse seine memiliki nilai yang berbeda. Nilai rata-rata investasi untuk alat tangkap gillnet adalah Rp 55.640.000, bagan Rp 55.800.000,
pancing Rp 41.800.000, payang Rp 70.975.000 dan purse seine mencapai Rp 127.600.000. Nilai investasi tersebut rata-rata digunakan untuk pengadaan kapal
dengan kapasitas di bawah 10 GT, mesin di bawah 40 PK dan satu set alat tangkapan. Khusus untuk pukat cincin purse seine kapal yang digunakan mencapai 10 GT
dengan kekuatan mesin penggerak mencapai 150 PK. Rincian nilai investasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Nilai investasi usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang
No Jenis investasi
Alat tangkap
Gillnet x 1000
Bagan x 1000
Pancing x 1000
Payang x 1000
Purse seine x
1000
1. Kapal dan perlengkapannya
26.750 37.500
33.000 39.500
52.000 2.
Mesin 3.475
9.300 4.000
11.500 23.000
3. Alat tangkap
22.500 6.500
2.700 13.325
45.000 4.
Perlengkapan pendukung 2.915
2.500 2.100
6.650 7.600
Total 55.640
55.800 41.800
70.975 127.600
2 Biaya usaha
Biaya usaha merupakan pengeluaran usaha yang digunakan untuk keperluan kegiatan penangkapan ikan, umumnya dihitung selama satu tahun. Rincian biaya
usaha unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang disajikan pada Tabel 24. Berdasarkan table tersebut, unit penangkapan purse seine merupakan unit
penangkapan yang membutuhkan biaya usaha tertinggi Rp 481.748.535 per tahun, yang terbagi kedalam biaya tetap sebesar Rp 51.452.500 dan biaya operasional
sebesar Rp 430.296.035, sedangkan unit penangkapan ikan pelagis kecil yang membutuhkan biaya terendah adalah gillnet yaitu sebesar Rp 141.328.535 per tahun
yang terbagi kedalam biaya tetap sebesar Rp 16.438.000 per tahun dan biaya variabel
73 73
sebesar Rp 124.890.535 per tahun. Sama halnya dengan Purse seine dan gillnet, biaya usaha unit penangkapan bagan juga terbagi menjadi biaya tetap dan biaya
variabel dimana biaya tetap unit penangkapan bagan mencapai Rp 21.710.000 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 160.865.419
per tahun sehingga biaya totalnya mencapai Rp 182.035.419 per tahun. Unit penangkapan pancing membutuhkan biaya
usaha sebesar Rp 244.430.200 per tahun dengan biaya tetap sebesar Rp 11.015.000 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 233.415.200 per tahun dan unit penangkapan
payang membutuhkan biaya sebesar Rp 362.054.438 per tahun dengan rincian biaya tetap sebesar Rp 22.726.250 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 339.328.188 per
tahun. Tabel 24 Perbandingan biaya unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang
No Uraian
Alat tangkap Gillnet
Bagan Pancing
Payang Purse seine
Biaya Tetap
1 Penyusutan kapal dan
perlengkapannya 2,675,000 3,750,000 3,300,000 3,950,000
5200000 2
Penyusutan mesin
868,750 1,860,000 1,000,000 2,300,000 4,600,000
3 Penyusutan
Alat tangkap
1,500,000 3,250,000 1,350,000 2,665,000 11250000
4 Penyusutan
perlengkapan 1,157,500 625,000 925,000
2,197,500 2,572,500
5 Perawatan
Kapal 5,350,000 7,500,000 3,300,000 5,925,000
10,400,000 6
Perawatan Alat
Tangkap 868,750 2,325,000 600,000 2,300,000
11,250,000 7
Perawatan Mesin Utama 3,375,000
1,300,000 270,000
1,998,750 4,600,000
8 Perawatan perlengkapan
583,000 500,000 210,000 1,330,000
1,520,000 9
Pas Biru
60,000 60,000 60,000 60,000 60,000
Total 16,438,000 21,170,000 11,015,000 22,726,250
51,452,500 Biaya variabel
1 BBM -
53,298,600 67,850,000 71,550,000 130,050,000
2 Oli
- 462,300 1,067,200 1,680,000
1,256,000 3 Es
- -
9,080,000 7,980,000 19,880,000
4 Ransum
- 12,060,000
1,160,000 31,500,000
23,550,000 5
Retribusi 3 -
7,453,688 8,500,800
15,025,125 18,208,568
6 Langgara 10
- -
28,336,000 50,083,750 60,695,228
7 Bagi hasil dengan
nelayan 79,778,465 87,590,831 117,421,200 161,509,313
176,656,240
Total biaya
variabel 124,890,535 160,865,419 233,415,200 339,328,188
430,296,035 Total biaya usaha
141,328,535 182,035,419
244,430,200 362,054,438
481,748,535
74 74
3 Penerimaan usaha
Penerimaan usaha merupakan manfaat yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha. Penerimaan yang diperoleh masing-masing unit penangkapan ikan pelagis
kecil merupakan jumlah dari penerimaan selama 3 musim yang berbeda yaitu barat, timur dan pancaroba. Penerimaan dihitung dengan cara mengalikan jumlah trip
dengan harga rata-rata hasil tangkapan per satuan produk pada tahun 2007. Rincian penerimaan unit penangkapan ikan pelagis kecil disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Penerimaan usaha masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil.
No Uraian Penerimaan per musim
total Barat
Timur Pancaroba
1 Gillnet
55.069.000 116.000.000 33.600.000 204.669.000
2 Bagan 40.950.000 54.506.250 153.000.000
248.456.250 3
Pancing 11.830.000
164.430.000 107.100.000
283.360.000 4
Payang 44.587.500
176.000.000 280.250.000
500.837.500 5
Purse seine 101.062.500 199.357.275 306.532.500
606.952.275
Berdasarkan pada tabel diatas penerimaan usaha yang didapatkan oleh nelayan pada musim pancaroba rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan musim lainnya.
Hal ini terjadi kerena pada musim pancaroba jumlah trip pada musim tersebut lebih banyak dibandingkan dengan musim lainya. Unit penangkapan purse seine
merupakan alat tangkap yang memberikan pendapatan tertinggi yaitu Rp 606.952.275 per tahun dan peneriman terendah adalah gillnet sebesar Rp 204.669.000 per tahun.
4 Kriteria finansial penangkapan ikan pelagis kecil
Nilai kriteria finansial yang dibandingkan dari 5 jenis unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah investasi, biaya, keuntungan, RC, PP Payback
Periode dan BEP Break Event Point. Unit penangkapan gillnet memiliki nilai RC tertinggi yaitu 1,45 artinya, setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,45 sedangkan unit penangkapan yang memiliki nilai RC terendah adalah pancing sebesar 1,16 artinya unit penangkapan
pancing akan menghasilkan 1,16 rupiah untuk setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan secara keseluruhan unit
75 75
penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang masih menguntungkan karena nilai RC 1 Sugiarto et al 2001.
Dari lima unit penangkapan ikan pelagis kecil yang diamati, usaha penangkapan dengan menggunakan payang merupakan usaha penangkapan yang memberikan
tingkat pengembalian usaha tercepat 0.62 tahun dan tingkat pengembalian usaha yang paling lama adalah purse seine 1.02 tahun. Sedangkan tiga unit penangkapan
ikan lainnya memberikan tingkat pengembalian 0,88 tahun untuk gillnet, 0,84 tahun untuk bagan, 0,62 tahun untuk pancing.
Nilai BEP untuk masing-masing unit penangkapan ikan tercapai pada saat nilai produksi hasil tangkapan mencapai Rp 42.55.962,59 untuk gillnet, bagan
Rp 60.049.878,94, pancing Rp 39.871.978,82, payang Rp 70.473.696,27 dan purse
seine sebesar Rp 176.779.557,83. Kriteria finansial unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26 Perbandingan nilai-nilai finansial unit penangkapan ikan pelagis kecil di
Kabupaten Pandeglang
No Uraian
Alat tangkap Gillnet
Bagan Pancing
Payang Purse seine
1. Penerimaan
204.669.000,00 248.456.250,00 283.360.000,00 500.837.500,00 606.952.275,00
2. Total biaya
141.328.535,00 182.035.418,75 244.430.200,00 362.054.437,50 481.748.535,38
3. Keuntungan
63.340.465,00 66.420.831,25 38.929.800,00 138.783.062,50 125.203.739,63
4. RC
1,45 1,36
1,16 1,38
1,26 5.
PP 0,88
0,84 0,62
0,51 1,02
6. BEP
42.555.962,59 60.049.878,94 39.871.978,82 70.473.696,27 176.779.557,83
5 Kriteria investasi
Analisis kriteria investasi digunakan untuk membuat keputusan apakah suatu kegiatanproyek dapat atau tidak untuk dijalankan serta digunakan untuk menilai dan
mengevaluasi kegiatan tersebut. Tabel 27 Perbandingan kriteria investasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di
Pandeglang
No Uraian
Alat tangkap Gillnet
Bagan Pancing
Payang Purse seine
1 NPV 250.633.571,52 241.845.769,80 105.343.302,30 724.885.065,67
531.140.412,68 2
IRR 121,55 128,18 96,48 239,58
117,30 3 Net
BC 5,53
5,33 3,52
11,21 5,32
76 76
Berdasarkan perhitungan kriteria investasi unit penangkapan ikan pelagis kecil, nilai NPV jaring insang sebesar 250.633.571,52 dengan discount factor pada tingkat
suku bunga pinjaman sebesar 17 . Nilai ini menunjukkan bahwa pada akhir tahun proyek tahun ke-10 usaha unit penangkapan gillnet akan memperoleh nilai manfaat
sebesar Rp 250.633.571,52, sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Net BC merupakan indikator untuk melihat tingkat benefit yang diperoleh dengan biaya
yang dikeluarkan. Nilai net BC jaring insang adalah sebesar 5,33 dengan demikian usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang masih menguntungkan.
Indikasi lain yang menunjukan usaha penangkapan ikan dengan jaring insang layak dijalankan adalah nilai IRR yang mencapai 121.55. Nilai IRR tersebut bermakna
setiap penambahan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan jaring insang akan meningkat keuntungan sebesar 121,55 setiap tahunnya.
Sedangkan usaha penangkapan dengan bagan memiliki nilai NPV sebesar 241.845.769,80 artinya pada akhir tahun proyek tahun ke-10 usaha penangkapan
dengan bagan akan memperoleh nilai manfaat sebesar Rp 241.845.769,80 bila dilihat
pada kondisi saat ini, sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Kriteria kedua yang dihitung untuk menilai kelayakan investasi adalah net BC. Nilai net
BC unit penangkapan bagan mencapai 5,53 dengan demikian usaha penangkapan ikan dengan menggunakan bagan layak dijalankan karena tingkat benefit usaha lebih
besar dari nilai investasinya. Kriteria ketiga yang diamati adalah nilai IRR, dari hasil perhitungan nilai usaha penangkapan bagan sebesar 128,18 berarti penambahan
nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan gillnet akan meningkat keuntungan sebesar 128,18 setiap tahunnya.
Selain dengan gillnet dan bagan usaha pemanfaatan ikan pelagis kecil di Pandeglang juga dilakukan dengan alat tangkap pancing. Nilai NPV usaha
penangkapan dengan pancing mencapai
105.343.302,30
jika discount factor pada tingkat suku bunga pinjaman saat ini sebesar 17 maka pada akhir proyek tahun ke-
10 usaha penangkapan dengan alat tangkap pancing akan memperoleh nilai manfaat sebesar Rp
105.343.302,30
, sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan nilai Net BC yang diperoleh sebesar 3,52, nilai tersebut menunjukkan benefit yang
77 77
diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Selain itu nilai IRR yang diperoleh selama umur proyek mencapai 96,48 artinya bahwa penambahan nilai investasi
yang ditanamkan pada usaha penangkapan pancing akan meningkat keuntungan sebesar 96,48 setiap tahunnya.
Usaha penangkapan ke-4 yang diamati adalah payang. Usaha penangkapan dengan alat tangkap payang memiliki nilai NPV sebesar 724.885.065,67
dengan discount factor pada tingkat suku bunga saat sebesar 17 . Maka usaha penangkapan
dengan payang pada akhir tahun proyek tahun ke-10 akan memberikan manfaat sebesar Rp 724.885.065,67. Net BC yang diperoleh sebesar 11,21. Hal ini
menunjukkan benefit yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan IRR yang diperoleh selama tahun proyek mencapai 239,58 dengan demikian
penambahan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan gillnet akan meningkat keuntungan sebesar 239.58 setiap tahunnya. Dari lima jenis alat
penangkapan ikan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine, payang adalah unit penangkapan yang memberikan nilai kriteria investasi yang terbaik.
Usaha penangkapan ke-5 yang dikaji adalah pukat cincin purse seine. Pukat cincin memiliki nilai-nilai kriteria investasi yang tidak berbeda dengan alat tangkap
lainnya. Nilai NPV purse seine sebesar 531.140.412,68 dengan tingkat suku bunga
pinjaman sebesar 17 . Maka pada tahun ke-10 usaha penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine akan memberikan manfaat sebesar Rp 531.140.412,68,
sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Nilai Net BC usaha penangkapan ikan dengan mengunakan purse seine adalah sebesar 5,32. Hal ini menunjukkan
bahwa benefit yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Selain itu, nilai IRR yang diperoleh sebesar 117.3, berarti penambahan nilai investasi yang
ditanamkan pada usaha penangkapan gillnet akan meningkat keuntungan sebesar 117,3 setiap tahunnya.
Berdasarkan Tabel 27 maka usaha penangkapan ikan pelagis kecil yang dilakukan oleh nelayan Pandeglang dengan menggunakan lima jenis alat tangkap
gillnet, bagan, pancing, payang, dan purse seine layak untuk tetap dijalankan. Hal
78 78
ini didasarkan pada nilai NPV 0, Net BC 1 dan IRR tingkat suku bunga pinjaman.
2 Penilaian aspek ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil
Penilaian secara menyeluruh terhadap aspek ekonomi perikanan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang dilakukan terhadap kriteria-kriteria finansial dan investasi.
Kriteria tersebut adalah nilai investasi, biaya, keuntungan, RC, payback periode, NPV dan IRR.
Penentuan prioritas unit penangkapan dengan menggunakan nilai investasi didasarkan pada nilai investasi terendah. Berdasarkan pada hal tersebut, unit
penangkapan pancing merupakan unit penangkapan yang terbaik kemudian diikuti bagan, gillnet, payang, dan terakhir purse seine.
Kriteria kedua yang digunakan adalah biaya usaha. Berdasarkan perhitungan, usaha penangkapan dengan gillnet memiliki biaya terendah, diikuti oleh bagan,
pancing, payang dan terakhir purse seine. Berbeda dengan dua kriteria sebelumnya, nilai prioritas yang didasarkan pada
kriteria keuntungan ditentukan berdasarkan nilai keuntungan terbesar. Berdasarkan hasil perhitungan, unit penangkapan payang dalam satu tahun dapat menghasilkan
keuntungan sebesar Rp 138.783.063 ini merupakan nilai keuntungan paling tinggi dibandingkan dengan 4 alat tangkap lainnya dan unit penangkapan yang memiliki
tingkat keuntungan terendah adalah pancing Rp 38.929.800. Dengan demikian prioritas utama unit penangkapan ikan berdasarkan kriteria keuntungan usaha adalah
payang, diikuti purse seine, bagan, gillnet dan pancing. Prioritas usaha penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan nilai RC ditentukan
dengan melihat nilai RC terbesar. Unit penangkapan gillnet menempati prioritas pertama diikuti oleh payang, bagan, purse seine dan pancing pada prioritas terakhir.
Nilai payback periode perikanan pelagis kecil di Pandeglang berbeda setiap alat tangkap. Berdasarkan hal tersebut, unit penangkapan yang diprioritaskan adalah
payang, diikuti oleh pancing, bagan, gillnet dan purse seine.
79 79
Kriteria lain yang digunakan untuk menganalisis aspek ekonomi adalah nilai NPV. maka unit penangkapan payang adalah yang terbaik diikuti oleh purse seine,
gillnet, bagan dan pancing. Nilai-nilai NPV untuk masing alat tangkap disajikan pada Tabel 28.
Kriteria terakhir yang digunakan untuk menganalisis kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil dari sudut pandang ekonomi adalah Internal Rate of Return IRR.
Berdasarkan hasil perhitungan, terhadap lima unit penangkapan ikan yaitu gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine, unit tangkap payang memiliki nilai IRR
yang tertinggi dengan demikian payang merupakan alat tangkap yang menjadi prioritas utama dikuti oleh bagan, gillnet, purse seine dan pancing. Data kriteria
aspek ekonomi perikanan pelagis kecil di Kabupaten Pandelang disajikan Tabel 28. Penentuan prioritas unit penangkapan ikan pelagis kecil yang tepat
dikembangkan berdasarkan aspek ekonomi dilakukan dengan mempertimbangkan semua kritria ekonomi investasi, biaya, keuntungan, nilai RC, payback periode,
NVP, BEP, dan IRR. Nilai-nilai kriteria ekonomi yang telah distandarisasi disajikan pada Tabel 28. Dari tabel tersebut diperoleh urutan prioritas untuk setiap unit
penangkapan dimana unit penangkapan payang adalah unit penangkapan yang diprioritaskan untuk dikembangkan, kemudian diikuti oleh gillnet, bagan, pancing
dan purse seine pada prioritas terakhir.
4.1.5 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan penilaian gabungan aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial
Penentuan prioritas pengembangan kegiatan perikanan disuatu daerah tidak hanya dilihat dari satu atau dua aspek, tetapi dari berbagai macam aspek yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kegiatan tersebut. Begitu pula dengan kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang, prioritas
pengembangan ditentukan dengan menganalisis semua aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial.
80 Tabel 28 Penilaian dan standarisasi aspek ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang
No Alat
tangkap Ekonomi
Y1 UP1 Y2 UP2 Y3 UP3
Y4 UP4
Y5 UP5 Y6 UP6 Y7 UP7
Y8 UP8
1 Gillnet
55.640 2 141.328.535 1 63.340.465 4 1,45 1 0,88 4 250.633.572 3
42.555.963 4 121,55 4 2 Bagan
55.800 3 182.035.419 2 66.420.831 3 1,36 3 0,84 3 241.845.770 4
60.049.879 3 128,18 3 3 Pancing
41.800 1 244.430.200 3 38.929.800 5 1,16 5 0,62 2 105.343.302 5
39.871.979 5 96,48 5 4 Payang
70.975 4 362.054.438 4 138.783.063 1 1,38 2 0,51 1 724.885.066 1 70.473.696 2 239,58 1
5 Purse seine
127.600 5 481.748.535 5 125.203.740 2 1,26 4 1,02 5 531.140.413 2 176.779.558 1 117,30 2 Hasil standarisasi
No Alat
tangkap Ekonomi
Total Rata-rata UP
VY1 VY2 VY3 VY4 VY5 VY6 VY7 VY8 1
Gillnet 0,84 1,00 0,24 1,00 0,27 0,23 0,98 0,18 4,57
0,65 2
2 Bagan
0,84 0,88 0,28 0,71 0,35 0,22 0,85 0,22 4,13 0,59
3 3
Pancing 1,00 0,70 0,00 0,00 0,78 0,00 1,00 0,00 3,48
0,50 4
4 Payang
0,66 0,35 1,00 0,78 1,00 1,00 0,78 1,00 5,56 0,79
1 5
Purse seine 0,00 0,00 0,86 0,35 0,00 0,69 0,00 0,15 1,90
0,27 5
Sumber data primer 2007
Keterangan : Y1 = biaya investasi Ribu Rupiah
Y2 = biaya usaha
Rupiah Y3 = keuntungan
Rupiah Y4 = RC
Y5 = payback periode PP Y6 = NPV
Rupiah Y7 = BEP
Rupiah Y8 = IRR
VY1 = biaya investasi Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai.
VY2 = biaya usaha Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai.
VY3 = keuntungan Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai.
VY4 = RC yang distandarisasi dengan fungsi nilai.
VY5 = payback periode PP yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY6 =
NPV Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY7 =
BEP Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY8 =
IRR yang distandarisasi dengan fungsi nilai.
81 Tabel 29 Penilaian gabungan dan standarisasi aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil di
Pandeglang
No Alat
tangkap Biologi
Teknis Ekonomi
Sosial W1
W2 W3 W4 X1 X2 X3 X4 X5 Y1
Y2 Y3
Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Z2 Z1
1 Gillnet
25,92 206
15 4 3
4 3
4 3
55.640 141.328.535 63.340.465
1,45 0,88
250.633.572 42.555.963 121,55 79.778.465 5
2 Bagan
15,98 140
14 1 3
2 2
2 3
55.800 182.035.419 66.420.831
1,36 0,84
241.845.770 60.049.879 128,18 87.590.831 4
3 Pancing 12,76 112 10 5 5 2 5 5 2 41.800 244.430.200 38.929.800 1,16 0,62 105.343.302 39.871.979
96,48 117.421.200 5 4 Payang
30,21 152 14 3 2 4 3 2 3 70.975 362.054.438 138.783.063 1,38 0,51 724.885.066 70.473.696 239,58 161.509.312 15
5 Purse
seine 80,09 134
9 3 2 5 3 3 4 127.600 481.748.535 125.203.740 1,26 1,02 531.140.413 176.779.558 117,30 176.656.239 20
Hasil standarisasi No
Alat tangkap
Biologi Teknis Ekonomi
Sosial Total
Rata- rata
UP W1 W2 W3 W4 X1
X2 X3
X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Z1 Z2
1 Gillnet
0,20 1,00
0,00 0,75
0,3 0,7
0,3 0,7 0,5 0,84 1,00 0,24 1,00 0,27 0,23 0,98 0,18 0,06 0,00 6,58 0,35 4
2 Bagan
0,05 0,29
0.38 0,00
0,3 0,0
0,0 0,0 0,5 0,84 0,88 0,28 0,71 0,35 0,22 0,85 0,22 0,00 0,08 7,02 0,37 3
3 Pancing
0,00 0.00
0.87 1,00
1,0 0,0
1,0 1,0 0,0 1,00 0,70 0,00 0,00 0,78 0,00 1,00 0,00 0,06 0,39 6,39 0,34 5
4 Payang
0,26 0,43
0,38 0,50
0,0 0,7
0,3 0,0 0,5 0,66 0,35 1,00 0,78 1,00 1,00 0,78 1,00 0,69 0,84
10,89 0,57 2 5
Purse seine
1,00 0,23
1,00 0,50
0,0 1,0
0,3 0,3 1,0 0,00 0,00 0,86 0,35 0,00 0,69 0,00 0,15 1,00 1,00
12,31 0,65 1
82 Berdasarkan analisis terhadap empat aspek tersebut diatas maka unit
penangkapan yang terbaik dan tepat untuk dikembangkan di Pandeglang adalah purse seine. Walaupun demikian beberapa unit penangkapan yang telah ada tidak perlu
untuk dihapuskan melainkan dapat dijadikan alternatif lain yang disesuaikan dengan kondisi dan alokasi yang tepat. Alternatif unit penangkapan ikan pelagis kecil lainnya
yang dapat dikembangkan selain purse seine secara berturut-turut adalah payang, bagan, gillnet dan pancing. Penilaian gabungan pengembangan perikanan pelagis
kecil dari segi teknis, biologi, ekonomi, dan sosial di Pandeglang disajikan pada
Tabel 29. 4.1.6 Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil
1 Alokasi unit penangkapan berdasarkan luas wilayah
Salah satu perhitungan alokasi unit penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan mempertimbangkan luas wilayah perairan Pandeglang, jumlah
inputan, serta nilai ekonomi kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil. Faktor wilayah pengoperasian unit penangkapan ikan dihitung dengan asumsi
bahwa secara simultan unit penangkapan melakukan penangkapan secara bersamaan dan alat tangkap jenis lain diasumsikan tidak beroperasi. Wilayah pengoperasian
untuk lima jenis alat tangkap tersebut dibagi menjadi tiga yaitu wilayah bagan, kemudian wilayah gillnet, pancing dan payang, serta wilayah purse seine.
Berdasarkan perhitungan luas daerah operasi maka wilayah Pandeglang mampu mengoperasikan purse seine, gillnet, pancing, payang dan bagan masing-masing 526,
786, 2.548, 1.769 dan 11.898 unit. Perhitungan alokasi unit penangkapan ikan di Pandeglang disajikan pada Tabel 30.
83 Tabel 30 Alokasi unit penangkapan ikan menurut luas wilayah kewenangan
pengelolaan laut Kabupaten Pandeglang
No Jenis alat
tangkap Diameter
rata-rata m
Kebutuhan luas rata- rata alat tangkap
m
2
Jarak antar alat
tangkap m
Kapasitas alat
tangkap unit
Jumlah alat tangkap yang
beroperasi tahun 2006
unit 1
Purse Sein 600 949,850
500 526 32
2 Gillnet
400 635,850 500
786 242
3 Pancing 196,250
500 2,548
215 4 Payang
100 282,600
500 1,769
77 5 Bagan
5 42,025
200 11,898
370
2 Alokasi unit penangkapan berdasarkan fungsi tujuan dan pembatas
Faktor inputan yang digunakan untuk menduga alokasi unit penangkapan ikan di Pandeglang adalah stok minyak tanah, es, target pendapatan sektor perikanan
sedangkan break event point BEP yang digunakan untuk menduga faktor ekonomi. Berdasarkan pada data yang diperoleh dilapangan maka fungsi-fungsi yang
digunakan untuk menentukan jumlah unit penangkapan yang dapat dioperasikan berdasarkan batasan yang adalah sebagai berikut :
1 Fungsi tujuan
Fungsi tujuan yang ingin dicapai adalah memaksimumkan produksi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang yang ditentukan berdasarkan
kemampuan rata-rata produksi masing-masing alat tangkap per trip, perhitungan fungsi tujuan tersebut dilakukan berdasarkan data produksi tahun 2006 dalam satuan
ton. Persamaan produksi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah : Z = 0.209 py + 0.649 ps + 0.132 gn + 0.105 bg + 0.124 pc
2 Fungsi pembatas
Fungsi pembatas kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil ditentukan berdasarkan jenis inputan yang digunakan untuk menjalankan usaha penangkapan
ikan pelagis kecil di Pandeglang, diantaranya adalah ketersediaan minyak tanah, ketersediaan es, target penyerapan tenaga kerja, target pendapatan daerah Kabupaten
Pandeglang, BEP usaha penangkapan yang diusahakan mendekati target produksi
84 ikan, dan fungsi non negatif. Selain itu, jumlah alokasi unit penangkapan ikan di
Pandeglang diharapkan tidak melebihi kondisi eksisting pada tahun 2006, sehingga jumlah unit penangkapan ikan pada tahun 2006 juga dimasukan menjadi faktor
pembatas alokasi unit penangkapan di Pandeglang. Fungsi pembatas kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah :
1 Ketersediaan minyak tanah 8,08gn + 3,47bg + 18,30pc + 23,85py + 43,35ps = 40.000
2 Ketersediaan es 6,48gn + 36,32pc + 22,80py + 56,8ps = 18.000
3 Penyerapan tenaga kerja 6gn + 4bg + 5pc + 15py + 20ps = 4.849
4 Target PAD sektor perikanan laut raman 6,14gn + 7,45bg + 8,51pc + 15,03py + 18,21ps = 32.500
5 Break event point kegiatan usaha penangkapan 25,53gn + 36,02bg + 23,92pc + 42,28py + 106,06ps = 27.769
6 Fungsi pembatas kondisi jumlah unit penangkapan ikan tahun 2006
py= 77, ps = 32, gn = 242, pc = 215 dan bg = 370 7
Fungsi pembatas non negatif 1gn = 0 , 1bg = 0, 1pc = 0, 1py = 0, 1ps = 0
keterangan : gn
: jumlah armada penangkapan gillnet bg
: jumlah armada penangkapan bagan pc
: jumlah armada penangkapan pancing py
: jumlah armada penangkapan payang ps
: jumlah armada penangkapan purse seine ba
: batas atas fungsi bb
: batas bawah fungsi
3 Keluaran
Berdasarkan hasil analisis optimasi dengan Linear Goal Programming LP terhadap fungsi tujuan dan pembatas yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh hasil
bahwa jumlah unit penangkapan yang optimum berdasarkan batasan dan tujuan yang ingin dicapai untuk masing-masing alat tangkap adalah gillnet 242 unit, pancing 215 unit,
85 payang 77 unit, bagan 272 unit dan purse seine 32 unit. Berdasarkan hasil tersebut maka,
unit penangkapan bagan harus dikurangi dari kondisi eksisting sebesar 370 menjadi 272 unit sedangkan unit penangkapan gillnet, pancing, purse seine dan payang berdasarkan
batasan dan tujuan yang ada sudah sesuai.
4.1.7 Prakiraan dampak alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil 1 Simulasi kegiatan penangkapan ikan
Simulasi penangkapan sumberdaya ikan dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efek kegiatan penangkapan ikan akan memberikan manfaat terhadap nelayan dan
pemerintah. Pada tahun 2006 jumlah unit penangkapan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine berturut-turut adalah 242, 370, 215, 77 dan 32. Berdasarkan komposisi
tersebut, kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang memperoleh keuntungan sebesar Rp 62.966.822.573 dari pendapatan kotor sebesar Rp
260.368.070.800 dan pengeluaran mencapai Rp 197.401.248.227 Komposisi unit penangkapan tersebut mampu menyerap tenaga kerja mencapai 5.805 orang, dengan
Pendapatan Asli Daerah PAD mencapai Rp 7.811.042.124 per tahun. Selanjutnya hasil kajian optimalisasi menghasilkan kondisi optimum jumlah
unit penangkapan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine masing-masing berjumlah 242, 272, 215, 77, dan 32. Pada kondisi tersebut, akan diperoleh tingkat
keuntungan nelayan sebesar Rp 56.457.581.110,50 dari pendapatan kotor sebesar Rp 236.019.358.300,00 dan pengeluaran sebesar Rp 179.561.777.189,50. Selain itu,
kondisi optimum mampu menyerap tenaga kerja hingga 5.410 orang dengan PAD mencapai Rp 7.080.580.749 per tahun.
2 Simulasi manajemen usaha penangkapan ikan bila terjadi kenaikan BBM
Dalam banyak kasus perikanan, bahan bakar minyak BBM memberikan kontribusi hampir 75 dari seluruh biaya operasi penangkapan ikan. Kondisi yang sama juga terjadi
pada perikanan pelagis kecil di Pandeglang. Sebagai akibatnya, kenaikan harga BBM memberikan pengaruh negatif terhadap kegiatan penangkapan. Kondisi ini juga akan
memberikan pengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan Kabupaten Pandeglang baik pada kondisi aktual tahun 2006 ataupun pada kondisi optimum.
86 Tabel 31 Simulasi pengelolaan operasi penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang
No. uraian Kondisi
tahun 2006 Kondisi optimum
1. Gillnet
242 242 2. Bagan
370 272
3. Pancing 215
215 4. Payang
77 77
5. Purse seine
32 32 Jumlah tenaga kerja
5.802 5.410
Pendapatan kotor 260.368.070.800
236.019.358.300,00 Pengeluaran
197.401.248.227 179.561.777.189,50
Keuntungan 62.966.822.573
56.457.581.110,50 PAD 3 dari pendapatan
kontor nelayan 7.811.042.124
7.080.580.749 Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa pada kondisi aktual kenaikan BBM
sebesar 10 akan meningkatkan pengeluaran nelayan hingga
mencapai Rp 193.842.887.124,38. Sebagai akibatnya, kondisi ini akan menurunkan keuntungan,
sehingga menjadi Rp 66.525.183.675,62. Selanjutnya kenaikan BBM sebesar 50 dari kondisi tahun 2006 akan meningkatkan pengeluaran nelayan hingga mencapai
Rp 203.833.202.713,90 dan menurunkan keuntungan menjadi Rp 56.534.868.086,10
dan bila kondisi kenaikan BBM mencapai 75 dari kondisi aktual pada tahun 2006 kegiatan penangkapan akan mengalami kerugian hingga mencapai
Rp 18.731.841.730,36 atau tingkat keuntungan yang didapatkan oleh nelayan hanya
sebesar Rp 50.290.920.842,64 per tahun. Simulasi perubahan harga BBM terhadap
kondisi aktual pada tahun 2006 disajikan pada Tabel 32. Tabel 32 Simulasi perubahan BBM terhadap skenario kondisi aktual tahun 2006
Kategori
Persentase kenaikan Tahun 2006
10 50
75 Pendapatan
260.368.070.800,00 260.368.070.800,00 260.368.070.800,00 260.368.070.800,00
Pengeluaran 191.345.308.227,00 193.842.887.124,38 203.833.202.713,90 210.077.149.957,36
Keuntungan 62.022.762.573,00 66.525.183.675,62 56.534.868.086,10 50.290.920.842,64
Tingkat kerugian dari kondisi tahun 2006
2.497.578.897,38 12.487.894.486,90 18.731.841.730,36
87 Tabel 33 Simulasi perubahan BBM terhadap skenario optimum.
Kategori
Persentase kenaikan Kondisi optimum
10 50
75 Pendapatan
236.019.358.300,00 236.019.358.300,00 236.019.358.300,00 236.019.358.300,00
Pengeluaran 179.561.777.189,50 175.742.252.946,88 184.687.915.976,40 190.278.955.369,86
Keuntungan 56.457.581.110,50 60.277.105.353,12 51.331.442.323,60 45.740.402.930,14
Tingkat kerugian dari kondisi optimum
2.236.415.757,38 11.182.078.786,90 16.773.118.180,36
Tabel 33 menjelaskan simulasi kenaikan harga BBM pada kondisi optimum. Kenaikan harga BBM dari harga normal pada kondisi optimum juga memberikan pengaruh
terhadap tingkat pendapatan dan pengeluaran nelayan secara total. Peningkatan harga BBM sebesar 10 akan meningkatkan biaya operasional selama satu tahun menjadi
Rp 175.742.252.946,88 sehingga keuntungan yang diperoleh nelayan sebesar
Rp 60.277.105.353,12 sedangkan peningkatan BBM sebesar 50 akan
mengakibatkan peningkatan biaya operasional kegiatan perikanan pelagis kecil di Pandeglang menjadi Rp 184.687.915.976,40
sehingga keuntungan yang diproleh nelayan menjadi Rp 51.331.442.323,60
dan bila tingkat kenaikan harga BBM menjadi 75 dari harga aktual maka kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten
Pandeglang, akan mengalami kerugian hingga mencapai Rp 16.773.118.180,36 sehingga
pendapatan yang didapatkan oleh nelayan pertahun
menjadi Rp 45.740.402.930,14.