Hasil .1 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek biologi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek biologi 1 Keragaan sumberdaya ikan pelagis kecil Kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan aktivitas penting di Kabupaten Pandeglang. Ikan yang menjadi target tangkapan di Kabupaten Pandeglang selama 6 tahun terakhir sangat beragam. Jumlah spesies ikan yang tertangkap sejak tahun 2000 hingga 2006 mencapai 31 spesies yang didominasi oleh 8 spesies yaitu ikan teri Stolephorus sp, kembung Rastrelliger sp, tembang Clupea sp, selar Caranx sp, layang Decapterus sp, julung-julung Hemirhamphus sp, lemuru Sardinela sp, dan tetengkek Megalaspis cordyla Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten 2006. Spesies dominan yang berhasil ditangkap oleh nelayan selama kurun waktu 6 tahun disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata produksi hasil tangkapan dominan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000 hingga 2006 No Jenis Ikan Rata-rata Produksi Proporsi Ton 1 Teri Stolephorus sp 2.364,5 22,6 2 Kembung Rastrelliger sp 2.331,5 22,3 3 Tembang Clupea sp 1.690,4 16,2 4 Selar Caranx sp 1.384,4 13,2 5 Layang Decapterus sp 1.169,4 11,2 6 Julung-julung Hemirhamphus sp 655,6 6,3 7 Lemuru Sardinella sp 628,2 6,0 8 Tetengkek Megalaspis cordyla 236,7 2,3 Jumlah 10.460,7 100,0 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten tahun 2006 diolah Berdasarkan tabel di atas, rata-rata produksi delapan spesies dominan yaitu teri Stolephorus sp sebesar 2.364,5 ton atau 22,6, kembung Rastrelliger sp sebesar 2.331,5 ton atau 22.3, Tembang Clupea sp sebesar 1.690,4 ton atau 16,2 , selar Caranx sp sebesar 1.384,4 ton atau 13,2 , Layang Decapterus sp sebesar 1.169,4 56 56 ton atau 11,2 Julung-julung Hemirphus sp sebesar 655,6 atau 6,3, lemuru Sardinela sp sebesar 628,2 ton atau 6 dan tetengkek Megalaspis cordyla sebesar 23,7 ton atau 2,3. Tingkat penurunan produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang selama 10 tahun terakhir memiliki hubungan linier dengan persamaan y = 15900 - 168,89 x. Gambaran produktivitas perikanan Kabupaten Pandeglang disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 Produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang 1991- 2006. Berdasarkan gambar di atas, total produksi ikan pelagis kecil tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 16.884 ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 10.918 ton dengan rata-rata produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang adalah sebesar 10,460.7 ton per tahun. Secara global sumberdaya ikan di Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, kelompok ikan yang memiliki produktivitas menurun dan kelompok ikan dengan produktivitas tetap. Kelompok ikan yang memiliki produktivitas menurun adalah teri Stolephorus sp, kembung Rastrelliger sp, tembang, julung-julung Hemirphus sp, lemuru Sardinela sp, sedangkan ikan yang 57 57 memiliki produktivitas tetap adalah selar Caranx sp, layang Decapterus sp dan tetengkek Megalaspis cordyla. Pola perubahan produksi delapan spesies utama disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Pola perubahan produksi perikanan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang selama kurun waktu 1991-2006. Berdasarkan data di atas produksi tertinggi teri Stolephorus sp terjadi pada tahun 1993 sebesar 5.797,7 tontahun, produksi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 106,8 ton dengan tingkat produksi rata-rata mencapai 2.364,5 tontahun. Kembung Rastrelliger sp mempunyai produksi rata-rata sebesar 2.331,5 tontahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 2001 sebesar 3.084,7 ton dan produksi terendah sebesar 1.524,9 ton terjadi pada tahun 1997. Tembang Clupea sp mempunyai produksi rata-rata sebesar 1.690,4 tontahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1994 sebesar 2.579,9 ton dan produksi terendah pada tahun 2006 sebesar 1.029,8 ton. Julung-julung Hemirhamphus sp mempunyai produksi rata- rata sebesar 655,6 tontahun, dengan puncak produksi pada tahun 2004 sebesar 1,303.4 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 1995 sebesar 168,3 ton dan lemuru Sardinela sp mempunyai produksi rata-rata sebesar 628,2 tontahun, dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1994 sebesar 1,214.7 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 99,1 ton. - 1,000.0 2,000.0 3,000.0 4,000.0 5,000.0 6,000.0 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 Tahun P roduk s i Ton Layang Selar Tetengkek Lemuru Julung-julung Teri Tembang Kembung 58 58 Kelompok kedua adalah ikan yang memiliki produktivitas tetap yaitu selar Caranx sp, layang Decapterus sp dan tetengek Megalaspis cordyla. Produksi rata-rata ikan selar adalah 1.384,4 tontahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1995 2.417,6 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 2000 952,5 ton. Layang Decapterus sp memiliki produksi rata-rata sebesar 1.169,4 tontahun, dengan puncak produksi pada terjadi tahun 1991 1.589,8 ton dan produksi terendah pada tahun 1996 863,4 ton dan tetengkek Megalaspis cordyla mempunyai produksi rata-rata sebesar 236.7 tontahun, dengan puncak produksi terjadi pada tahun 2005 574,3 ton dan produksi terendah pada tahun 1994 22,6 ton. 2 Keragaan hasil tangkapan Produksi Kabupaten Pandeglang selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 1999 hingga 2002 produksi perikanan Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan, sedangkan pada kurun waktu 2003 hingga 2004 mengalami penurunan drastis pada 9 alat penangkap ikan dominan di Kabupaten Pandeglang dogol, jaring insang tetap, jaring insang hanyut, pukat cincin, bagan perahu atau rakit, bagan tancap, pukat pantai dan payang. Walaupun kecenderungan produksi alat tangkap pada tahun 1999-2002 mengalami penurunan, tetapi hal itu tidak terjadi untuk alat tangkap bagan perahu, rakit, bagan tancap, jaring insang, pukat cincin dan dogol. Perkembangan produksi perikanan tahun 1999 hingga 2004 di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 16. 1 Bagan Bagan merupakan unit penangkapan yang banyak dioperasikan oleh nelayan Pandeglang dengan produksi mencapai 25,92 kgtriptahun. Selain itu bagan adalah alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan dengan tingkat kesegaran tinggi karena metode pengoperasian yang dilakukan secara one day fishing. Unit penangkapan bagan di Pandeglang umumnya dioperasikan sebanyak 140 trip per tahun. Ikan yang ditangkap oleh nelayan bagan di Pandeglang terdiri dari 14 speises 59 59 yaitu sebelah, tembang, teri, kembung, tetengkek, lemuru, layang, selar, pepetek, kuwe, tigawaja, julung-julung tenggiri dan cumi. Tabel 16 Produksi perikanan Kabupaten Pandeglang tahun 1999-2004 ribuan ton Alat Tangkap 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Dogol 4.658,80 4.338,80 2.236,10 2.288,80 3.995,00 3.742,90 Jaring insang tetap 3.789,30 3.517,00 3.737,50 3.945,80 2.842,00 2.894,50 Jaring insang hanyut 2.708,60 3.032,10 3.971,10 1.495,30 2.148,00 2.169,10 Pukat cincin 2.579,60 2.666,50 653,80 693,60 2.664,00 2.552,20 Bagan perahu dan rakit 3.860,50 3.731,00 2.768,40 2.702,10 3.003,60 2.906,50 Bagan tancap 3.797,00 3.356,70 121,80 117,20 2.973,70 2.920,30 Pukat pantai 592,80 753,30 3.418,40 - 942,00 1.957,80 Jaring klitik 88,60 121,60 271,10 561,70 90,00 82,20 Payang 2.564,10 2.707,60 10.328,90 10.488,10 2.086,00 2.528,80 Lain-lain 4.788,70 4.588,30 2.085,20 7.931,50 3.403,00 3.600,40 JUMLAH 29.428,00 28.812,90 29.592,30 30.224,10 24.147,30 25.354,70 2 Payang Sebagai salah satu jenis boat seine, payang memiliki efektivitas tinggi untuk menangkap ikan pelagis yang memiliki tingkah laku berkelompok shoaling behavior. Efektivitas unit penangkapan payang terlihat dari produktivitasnya yang mencapai 30,25 kgtriptahun, dengan rata-rata trip mencapai 152 per tahun. Alat tangkap payang di Pandeglang umumnya menangkap 14 jenis ikan yaitu manyung, selar, kuwe, tetengkek, bawal hitam, lemuru, teri, julung-julung, pepetek, biji nangka, kembung, tenggiri, tongkol dan cumi. 3 Pukat cincin Purse seine Purse seine merupakan unit penangkapan yang memiliki produktivitas tinggi untuk menangkap ikan pelagis dengan tingkah laku berkelompok shoaling behavior. Nilai produktivitas unit penangkapan purse seine di Pandeglang adalah 80,09 kgtriptahun dengan rata-rata trip selama satu tahun adalah 134. Dari lima unit penangkapan ikan pelagis kecil yang dikaji, Purse seine merupakan unit penangkapan yang memiliki komposisi hasil tangkapan terkecil yaitu sembilan jenis ikan. Ikan- 60 60 ikan tersebut adalah bawal hitam, julung-julung, kurisi, kembung, tengiri, tongkol, layur, cumi dan bawal putih. 4 Jaring insang gillnet Jaring insang yang dioperasikan oleh nelayan Pandeglang merupakan alat tangkap yang tergolong memiliki produktivitas cukup tinggi yaitu 25,92 kgtriptahun. Umumnya dalam satu tahun unit penangkapan jaring insang dioperasikan sebanyak 206 trip, dengan hasil tangkapan yang diperoleh mencapai 15 jenis ikan. Jaring insang merupakan unit penangkapan yang menangkap ikan dengan komposisi terbanyak diantara empat alat tangkap lainnya, spesies tersebut adalah ikan sebelah, selar, layang, tetengkek, tembang, julung-julung, kurisi, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, cumi, bawal putih dan bawal hitam. 5 Pancing Unit penangkapan pancing di Pandeglang termasuk unit penangkapan yang banyak dioperasikan kerena metode pengoperasiannya yang relatif mudah tetapi unit penangkapan pancing merupakan unit penangkapan yang memiliki produktivitas terendah bila dibandingkan unit penangkapan ikan pelagis kecil lainnya. Produktivitas rata-rata pancing di Pandeglang adalah 12,76 kgtriptahun dengan jumlah trip rata-rata mencapai 112 per tahun. Unit penangkapan pancing di Pandeglang mampu menangkap 10 spesies ikan yaitu manyung, kakap putih, bambangan, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, pari, dan kerapu. 3 Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk melihat apakah jenis alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis kecil di Pandeglang merusak sumberdaya yang ada atau tidak. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil dititikberatkan pada lima kriteria yaitu CPUE catch per unit effort, jumlah trip, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan yang tertangkap untuk masing-masing alat tangkap 61 61 Kriteria pertama yang dijadikan bahan penilaian aspek biologi adalah CPUE. Prioritas masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil ditentukan berdasarkan nilai CPUE tertinggi, semain tinggi CPUE maka prioritasnya semakin besar. Dengan demikian purse seine merupakan alat yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, kemudian diikuti oleh payang, gillnet, bagan dan terakhir pancing. Kriteria ke-2 untuk menilai pengaruh kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil terhadap kondisi biologis ikan pelagis kecil adalah jumlah trip selama satu tahun. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka unit penangkapan jaring insang gillnet menempati urutan prioritas pertama, kemudian secara berturut-turut diikuti oleh payang, bagan, purse seine dan pancing di urutan terakhir. Kriteria ke-3 yang digunakan adalah komposisi hasil tangkapan setiap unit penangkapan. Berdasarkan Tabel 17 unit penangkapan pukat cincin purse seine, adalah alat tangkap yang diprioritaskan diikuti dengan pancing, kemudian bagan dan payang, serta unit penangkapan gillnet pada prioritas terakhir. Kriteria terakhir dari penilaian aspek biologi adalah ukuran hasil tangkapan. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap masing-masing unit penangkapan maka, pancing adalah alat tangkap yang memiliki prioritas utama skor 5 diikuti oleh gillnet skor 4, purse seine dan payang pada urutan ketiga skor 3 dan prioritas terakhir adalah bagan. Kriteria aspek biologi penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 17. Penilaian secara menyeluruh terhadap aspek biologi perikanan pelagis kecil di Pandeglang dilakukan dengan menstandarisasi nilai-nilai pada Tabel 17 dengan fungsi nilai masing-masing kriteria. Berdasarkan hasil tersebut maka alat tangkap yang diprioritaskan adalah pukat cincin purse seine, diikuti oleh gillnet, pancing, payang dan bagan. 4.1.2 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek teknis 1 Keragaan unit penangkapan ikan pelagis kecil Kegiatan penangkapan ikan merupakan ujung tombak usaha penangkapan. Kegiatan tersebut membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung agar tingkat keberhasilan operasi penangkapan lebih tinggi. Tingginya tingkat keberhasilan juga 62 62 tergantung pada unit penangkapan yang digunakan. Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari, alat tangkap, kapal dan nelayan. Tabel 17 Penilaian dan standarisasi aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang No Alat tangkap Biologi WI UP1 W2 UP 2 W3 UP 3 W4 UP4 1 Gilnet 25,92 3 206 1 15 4 4 2 2 Bagan 15,98 4 140 3 14 3 1 4 3 Pancing 12,76 5 112 5 10 2 5 1 4 Purse seine 80,09 1 134 4 9 1 3 3 5 Payang 30,21 2 152 2 14 3 3 3 Hasil standarisasi No Alat tangkap Biologi Total Rata-rata UP VW1 VW2 VW3 VW4 1 Gillnet 0,20 1,00 0,00 0,75 1,94 0,65 2 2 Bagan 0,05 0,29 0,38 0,00 0,72 0,24 5 3 Pancing 0,00 0,00 0,87 1,00 1,88 0,63 3 4 Purse seine 1,00 0,23 1,00 0,50 2,73 0,91 1 5 Payang 0,26 0,43 0,38 0,50 1,56 0,52 4 Sumber data primer 2007 Keterangan : Wl = catch per unit effort CPUEtahun W2 = jumlah trip tahun W3 = komposisi hasil tangkapan jumlah jenis W4 = ukuran ikan yang tertangkap skor UP = urutan prioritas VWl = catch per unit effort CPUE yang distandarisasi dengan fungsi nilai VW2 = jumlah trip yang distandarisasi dengan fungsi nilai VW3 = komposisi hasil tangkapan yang distandarisasi dengan fungsi nilai VW4 = ukuran ikan yang tertangkap yang distandarisasi dengan fungsi nilai 1 Alat tangkap Alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Pandeglang terdiri atas payang, pukat cincin purse seine, jaring insang atau gillnet encircling gillnet, drift gillnet, dan set gillnet, bagan perahu dan tancap dan pancing. Perkembangan alat penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang dari tahun 1997 hingga 2006 cenderung mengalami peningkatan Gambar 7. Pada tahun 2006 kelompok 63 63 alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan Kabupaten Pandeglang adalah kelompok jaring angkat lift net sebanyak 370 unit dengan rincian 174 unit bagan tancap dan 196 unit bagan apung perahubagan rakit. Kelompok kedua adalah jaring insang gillnet yang berjumlah 260 unit dengan rincian 116 unit drift gillnet, 18 unit encircling gillnet dan 126 unit set gillnet. Kelompok ketiga adalah pancing sebanyak 215 unit diikuti oleh payang yang berjumlah 77 unit dan 32 unit pukat cincin purse seine. Data perkembangan unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Perkembangan alat penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang Jenis Alat Tangkap Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Payang 76 84 86 86 86 59 78 78 78 77 Pukat cincin 15 16 12 12 12 12 33 33 34 32 Jaring insang hanyut 55 64 60 60 60 65 78 78 78 116 Jaring klitik 79 72 72 72 72 84 22 22 22 18 Jaring insang tetap 166 191 194 194 194 218 98 98 102 126 Bagan perahu rakit 117 114 113 112 97 146 151 151 152 196 Bagan tancap 113 104 101 101 116 113 200 200 203 174 Pancing 120 138 115 228 297 260 111 207 212 215 Jumlah 741 783 753 865 934 957 771 867 881 954 Gambar 7 Perkembangan alat penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang. 64 64 2 Nelayan Nelayan adalah orang yang terjun langsung dalam kegiatan penangkapan ikan. Aktifitas penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang umumnya dilakukan oleh nelayan setempat, walaupun terdapat juga nelayan yang berasal dari luar Kabupaten Pandeglang diantaranya Cirebon, Bugis dan Indramayu. Jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang yang tercatat pada tahun 2006 adalah 4.849 orang. Nelayan tersebut dibagi ke dalam tiga golongan yaitu nelayan : penuh, sambilan utama dan sambilan tambahan yang masing-masing berjumlah 3.967 orang, 540 orang, dan 342 orang. Data jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang tahun 2006 disajikan pada Gambar 8. 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 Penuh Sambilan utama Sambilan tambahan Ju m lah Gambar 8 Jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang tahun 2006. 3 Kapalperahu Jenis kapal atau perahu di Kabupaten Pandeglang di kelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu, jukung, perahu motor tempel, dan kapal motor dengan jumlah berfluktuasi setiap tahunnya. Jukung pada tahun 1997 hingga 1999 tidak ada di Kabupaten Pandeglang hal ini kemungkinan besar karena belum tercatat, kemudian pada tahun 2000 hingga 2002 jukung mengalami peningkatan yang sangat besar tetapi berangsur-angsur mengalami penurunan drastis dari 264 unit pada tahun 2002 menjadi 88 unit pada tahun 2006. 65 65 Jenis perahu lainnya yang digunakan oleh nelayan Pandeglang adalah perahu papan yang dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu kecil, sedang dan besar. Perahu papan berukuran kecil memiliki kecenderungan meningkat walaupun sedikit, Sedangkan perahu papan ukuran sedang mengalami kecenderungan menurun dari 56 unit pada tahun 1997 menjadi 29 unit pada tahun 2002, sebaliknya parahu papan berukuran besar mengalami peningkatan dari tahun 1997 yang berjumlah 26 unit menjadi 29 unit pada tahun 2002. Selain perahu papan, kapal motor juga dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu kapal motor di bawah 5 GT, 5-10 GT dan 10-20 GT. Ketiga jenis kapal motor tersebut mengalami perkembangan yang berbeda selama tahun 1997 hingga 2006. Kapal motor di bawah 5 GT mengalami penurunan dari 457 unit pada tahun 1997 menjadi 422 unit pada tahun 2006, sedangkan kapal motor berukuran 5-10 GT memiliki kecenderungan meningkat dari 22 unit pada tahun 1997 menjadi 92 unit pada tahun 2006 dan kapal 10-20 GT berjumlah 4 unit pada tahun 1997 hingga1998. Perkembangan perahu penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Perkembangan perahu penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang Jenis Kapal Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jukung 215 238 264 71 79 79 88 Perahu papan -Kecil 70 70 70 70 70 125 72 77 77 77 -Sedang 56 42 42 42 42 29 29 -Besar 26 18 37 37 37 29 29 0 0 Motor Tempel 125 269 258 258 258 220 121 115 115 115 Kapal Motor - 5 GT 457 554 565 565 565 620 390 422 422 422 - 5-10 GT 22 51 37 37 37 28 69 84 84 92 - 10-20 GT 4 4 Jumlah 760 1.008 1.009 1.224 1.247 1.315 723 777 777 794 66 66 2 Keragaan daerah penangkapan ikan pelagis kecil Daerah penangkapan ikan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan operasi penangkapan. Nelayan Kabupaten Pandeglang pada umumnya menentukan daerah penangkapan ikan DPI berdasarkan pengalaman dan tanda-tanda alam. Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang berada di sekitar Selat Sunda dengan radius 3 mil dari pantai. Kegiatan penangkapan ikan di daerah tersebut dapat dilakukan sepanjang tahun. Hal ini menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan DPI potensial bagi masyarakat Pandeglang. Adapun rincian daerah penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Daerah penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan alat tangkapan di Kabupaten Pandeglang Jenis Alat Tangkap Musim Penangkapan Bulan Daerah Penangkapan Ikan Payang Sepanjang tahun P. Legundi, P. Tegal, P. Kubur, P. Condong, P. Tangkil, Gn. Krakatau, P. Sebesi, P. Sebuku, P. Mengkudu dan perairan Kabupaten Pandeglang Bagan perahu Desember, Januari-September Perairan Kabupaten Pandeglang Bagan tancap Desember, Januari-September Perairan Kabupaten Pandeglang Jaring insang hanyut Maret - Nopember P. Mutun, P. Kubur, P. Tangkil, P. Pendikil, P. Condong, P. Tegal, P. Siuncal, P. Sentiga, Batu Alip, Gn. Krakatau, P. Sebesi dan perairan Kabupaten Pandeglang Sumber: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan 2000 Berdasarkan Tabel 20, terdapat tiga pergerakan daerah penangkapan berdasarkan musim penangkapan yaitu, DPI nelayan pada musim peralihan berada di sekitar Kep. Rakata dan P. Panaitan, pada musim timur daerah penangkapan ikan nelayan tersebar di antara P. Rakata dan P. Panaitan. Sedangkan pada Musim Barat daerah penagkapan ikan berada di sekitar P. Panaitan, P. Rakata dan P. Sebuku. Hal ini disebabkan keadaan gelombang air laut pada musim ini 1,5 sampai 2,0 meter, 67 67 sehingga mereka umumnya mencari daerah-daerah dekat pulau untuk bersembunyi manakala ada gelombang yang besar. Pada musim ini kegiatan penangkapan sangat kurang bahkan terhenti. 3 Penilaian aspek teknis unit penangkapan ikan pelagis kecil Penilaian aspek teknis terhadap kegiatan perikanan pelagis kecil dititikberatkan pada lima alat tangkap dominan yaitu, jaring insang gillnet, bagan lift net, pancing hook, pukat cincin purse seine dan payang boat seine. Penilaianscoring metode penangkapan didasarkan pada tingkat kemudahan operasi penangkapan. Berdasarkan nilai skor tersebut, maka alat tangkap yang diprioritaskan adalah pancing, kemudian bagan dan gillnet serta terakhir purse seine dan payang. Kriteria ke-2 adalah daya jangkau operasi penangkapan ikan. Penilaian dilakukan berdasarkan kemampuan daya jangkau unit penangkapan dimana semakin jauh maka nilainya semakin baik. Berdasarkan hasil tersebut, maka unit penangkapan yang diprioritaskan berdasarkan kemampuan daya jangkau terhadap daerah penangkapan ikan adalah purse seine, kemudian payang dan gillnet serta bagan dan pancing pada prioritas terakhir. Kriteria ke-3 adalah pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian unit penangkapan. Berdasarkan tersebut, maka unit penangkapan yang diprioritaskan adalah pancing, kemudian kelompok prioritas yang kedua adalah payang dan purse seine dan alat tangkap yang menjadi prioritas terakhir adalah bagan dan gillnet. Kriteria ke-4 adalah selektivitas alat penangkapan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka unit penangkapan yang memiliki selektivitas terbaik adalah pancing kemudian diikuti oleh gillnet, purse seine serta bagan dan payang sebagai prioritas terakhir. Kriteria terakhir dari aspek teknis adalah tingkat penggunaan teknologi. Dari lima unit penangkapan yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil di Pandeglang maka, yang diprioritaskan adalah purse seine skor 4, kemudian diikuti oleh gillnet, bagan dan payang pada prioritas ke-2 skor 3, serta prioritas terakhir 68 68 adalah pancing skor 2. Kriteria penilaian aspek teknis kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 21. Berdasarkan perhitungan aspek teknis secara menyeluruh yang distandarisasi dengan fungsi nilai, maka alat tangkap pancing merupakan unit penangkapan yang menjadi prioritas utama, diikuti oleh gillnet dan purse seine pada prioritas kedua, payang pada prioritas ketiga dan bagan pada prioritas terakhir. Nilai-nilai parameter teknis yang telah distandarisasi disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Penilaian dan standarisasi aspek teknis unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang No Alat tangkap Teknis X1 UP1 X2 UP2 X3 UP3 X4 UP4 X5 UP5 1 Gillnet 3 2 4 2 3 2 4 2 3 2 2 Bagan 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2 3 Pancing 5 1 2 3 5 1 5 1 2 3 4 Payang 2 3 4 2 3 2 2 4 3 2 5 Purse seine 2 3 5 1 3 2 3 3 4 1 Hasil standarisasi No Alat tangkap Teknis Total rata-rata Urutan VX1 VX2 VX3 VX4 VX5 1 Gillnet 0,30 0,67 0,33 0,70 0,50 2,50 0,50 2 2 Bagan 0,30 0,00 0,00 0,00 0,50 0,83 0,20 4 3 Pancing 1,00 0,00 1,00 1,00 0,00 3,00 0,60 1 4 Payang 0,00 0,67 0,30 0,00 0,50 1,50 0,30 3 5 Purse seine 0,00 1,00 0,30 0,30 1,00 2,67 0,50 2 Sumber data primer 2007 Keterangan : X1 = Metode pengoperasian alat tangkap skor X2 = Daya jangkau unit penangkapan mil X3 = Pengaruh lingkungan fisik terhadap alat tangkap skor X4 = Selektivitas skor X5 = Penggunaan teknologi skor UP = Urutan prioritas VX1 = metode pengoperasian alat tangkap yang distandarisasi dengan fungsi nilai VX2 = daya jangkau unit penangkapan yang distandarisasi dengan fungsi nilai 69 69 VX3 = pengaruh lingkungan fisik terhadap alat tangkap yang distandarisasi dengan fungsi nilai VX4 = selektivitas yang distandarisasi dengan fungsi nilai VX5 = penggunaan teknologi yang distandarisasi dengan fungsi nilai 4.1.3 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek sosial 1 Keragaan sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil Kegiatan usaha yang banyak dilakukan oleh masyarakat di wilayah pesisir dan laut di Pandeglang adalah kegiatan usaha di bidang perikanan dengan bentuk dan skala usaha yang beragam. Eksistensi kegiatan usaha perikanan di wilayah pesisir disebabkan karena kultur nelayan yang sulit untuk menerima alternatif pekerjaan lain di luar kegiatan perikanan khususnya penangkapan. Sebagai suatu unit usaha, kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang sudah sepatutnya dikelola dangan baik, sehingga dampak yang timbul dari kegiatan tersebut bersifat positif terhadap perkembangan masyarakat khususnya nelayan tradisional Pandeglang. Dampak positif yang dapat ditingkatkan dari kegiatan usaha penangkapan ikan pelagis kecil adalah tingkat penyerapan tenaga kerja dan pendapatan nelayan yang meningkat serta semakin minimnya konflik sosial antar nelayan. Dampak sosial tersebut, digunakan sebagai kriteria untuk menentukan prioritas pengembangan perikanan pelagis kecil dari aspek sosial. Kriteria pertama dari aspek sosial yang diamati adalah tingkat penyerapan tenaga kerja dari lima jenis alat tangkap yang diusahakan oleh nelayan. Jumlah tenaga kerja dibutuhkan oleh masing-masing kegiatan usaha bervariasi dari dari 4 hingga 20 orang tergantung jenis dan skala usaha yang dikelola. Unit penangkapan gillnet dan pancing mampu menyerap tenaga kerja hingga 5 orangunit, bagan 4 orangunit, payang 15 orangunit dan purse seine 20 orangunit. Kriteria kedua adalah tingkat pendapatan yang diterima oleh nelayan. Berdasarkan wawancara dan perhitungan yang dilakukan, tingkat pendapatan yang diterima oleh nelayan untuk masing-masing unit penangkapan bervariasi dari Rp 79.778.465 unittahun hingga Rp 176.656.239 unittahun, dimana unit penangkapan 70 70 gillnet mampu memberikan pendapatan kepada nelayan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 79.778.465, bagan sebesar Rp 87.590.831, pancing sebesar Rp 117.421.200, payang sebesar Rp 161.509.312 dan purse seine sebesar Rp 176.656.239. Kriteria terakhir yang digunakan sebagian indikator penilaian aspek sosial kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah konflik sosial akibat pengoperasian unit penangkapan. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan di Pandeglang selama ini belum pernah terjadi konflik antar nelayan yang mengoperasikan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine. 2 Penilaian aspek sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil Berdasarkan pada kriteria sosial yang diamati, maka penilaian aspek sosial didasarkan pada dua kriteria yaitu penyerapan tenaga kerja dan tingkat pendapatan yang diterima oleh nelayan. Penentuan prioritas pengembangan perikanan pelagis kecil di Pandeglang berdasarkan aspek sosial ditentukan berdasarkan dua kriteria tersebut, dimana semakin tinggi tingkat penyerapan dan pandapatan yang diterima maka prioritas suatu unit penangkapan semakin baik. Alat tangkap yang diprioritaskan untuk ditingkatkan atau dikembangkan berdasarkan tingkat penyerapan tenaga kerja adalah purse seine diikuti oleh payang, pancing, dan gillnet serta bagan sebagai prioritas terakhir. Sedangkan berdasarkan jumlah pendapatan yang diterima oleh nelayan maka unit penangkapan purse seine lebih diutamakan dibandingkan dengan unit penangkapan lainnya. Baru kemudian payang, pancing, bagan dan gillnet. Aspek sosial perikanan pelagis kecil di Pandeglang disajikan pada Tabel 22. Penentuan prioritas pengembangan perikanan pelagis kecil di Pandeglang yang didasarkan pada aspek sosial dilakukan dengan cara menstandarisasi nilai-nilai aspek sosial pada Tabel 22 dengan fungsi nilai masing-masing kriteria. Secara keseluruhan unit penangkapan purse seine merupakan unit penangkapan terbaik dari segi sosial, kemudian payang sebagai alternatif kedua diikuti oleh pancing, bagan dan gillnet. 71 71 Data-data aspek sosial yang telah distandarisasi dengan fungsi nilai disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Penilaian dan standarisasi aspek sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang No Alat tangkap Sosial Z1 UP1 Z2 UP2 1 Gillnet 5 3 79.778.465,00 5 2 Bagan 4 4 87.590.831,25 4 3 Pancing 5 3 117.421.200,00 3 4 Payang 15 2 161.509.312,50 2 5 Purse seine 20 1 176.656.239,63 1 Hasil standarisasi No Alat tangkap Sosial Total Rata-rata UP VZ1 VZ2 1 Gilnet 0,06 0,00 0,00 0,00 5 2 Bagan 0,00 0,08 0,08 0,04 4 3 Pancing 0,06 0,39 0,39 0,19 3 4 Payang 0,69 0,84 0,84 0,42 2 5 Purse seine 1,00 1,00 2,00 1,00 1 Sumber data primer 2007 Keterangan : Zl = jumlah tenaga kerja orang Z2 = pendapatan ABK dalam satu tahun UP = urutan prioritas VZl = pendapatan ABK dalam satu tahun yang distandarkan VZ2 = jumlah tenaga kerja orang yang distandarkan 4.1.4 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek ekonomi 1 Keragaan ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil Komponen yang menjadi parameter penilaian keragaan ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah investasi, biaya, keuntungan, nilai RC, Break Event Point BEP, Payback Periode PP, Net BC dan Net Present Value NPV. 72 72 1 Modal investasi Modal investasi yang diperlukan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang dengan menggunakan 5 jenis alat tangkap gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine memiliki nilai yang berbeda. Nilai rata-rata investasi untuk alat tangkap gillnet adalah Rp 55.640.000, bagan Rp 55.800.000, pancing Rp 41.800.000, payang Rp 70.975.000 dan purse seine mencapai Rp 127.600.000. Nilai investasi tersebut rata-rata digunakan untuk pengadaan kapal dengan kapasitas di bawah 10 GT, mesin di bawah 40 PK dan satu set alat tangkapan. Khusus untuk pukat cincin purse seine kapal yang digunakan mencapai 10 GT dengan kekuatan mesin penggerak mencapai 150 PK. Rincian nilai investasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Nilai investasi usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang No Jenis investasi Alat tangkap Gillnet x 1000 Bagan x 1000 Pancing x 1000 Payang x 1000 Purse seine x 1000 1. Kapal dan perlengkapannya 26.750 37.500 33.000 39.500 52.000 2. Mesin 3.475 9.300 4.000 11.500 23.000 3. Alat tangkap 22.500 6.500 2.700 13.325 45.000 4. Perlengkapan pendukung 2.915 2.500 2.100 6.650 7.600 Total 55.640 55.800 41.800 70.975 127.600 2 Biaya usaha Biaya usaha merupakan pengeluaran usaha yang digunakan untuk keperluan kegiatan penangkapan ikan, umumnya dihitung selama satu tahun. Rincian biaya usaha unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang disajikan pada Tabel 24. Berdasarkan table tersebut, unit penangkapan purse seine merupakan unit penangkapan yang membutuhkan biaya usaha tertinggi Rp 481.748.535 per tahun, yang terbagi kedalam biaya tetap sebesar Rp 51.452.500 dan biaya operasional sebesar Rp 430.296.035, sedangkan unit penangkapan ikan pelagis kecil yang membutuhkan biaya terendah adalah gillnet yaitu sebesar Rp 141.328.535 per tahun yang terbagi kedalam biaya tetap sebesar Rp 16.438.000 per tahun dan biaya variabel 73 73 sebesar Rp 124.890.535 per tahun. Sama halnya dengan Purse seine dan gillnet, biaya usaha unit penangkapan bagan juga terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel dimana biaya tetap unit penangkapan bagan mencapai Rp 21.710.000 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 160.865.419 per tahun sehingga biaya totalnya mencapai Rp 182.035.419 per tahun. Unit penangkapan pancing membutuhkan biaya usaha sebesar Rp 244.430.200 per tahun dengan biaya tetap sebesar Rp 11.015.000 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 233.415.200 per tahun dan unit penangkapan payang membutuhkan biaya sebesar Rp 362.054.438 per tahun dengan rincian biaya tetap sebesar Rp 22.726.250 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 339.328.188 per tahun. Tabel 24 Perbandingan biaya unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang No Uraian Alat tangkap Gillnet Bagan Pancing Payang Purse seine Biaya Tetap 1 Penyusutan kapal dan perlengkapannya 2,675,000 3,750,000 3,300,000 3,950,000 5200000 2 Penyusutan mesin 868,750 1,860,000 1,000,000 2,300,000 4,600,000 3 Penyusutan Alat tangkap 1,500,000 3,250,000 1,350,000 2,665,000 11250000 4 Penyusutan perlengkapan 1,157,500 625,000 925,000 2,197,500 2,572,500 5 Perawatan Kapal 5,350,000 7,500,000 3,300,000 5,925,000 10,400,000 6 Perawatan Alat Tangkap 868,750 2,325,000 600,000 2,300,000 11,250,000 7 Perawatan Mesin Utama 3,375,000 1,300,000 270,000 1,998,750 4,600,000 8 Perawatan perlengkapan 583,000 500,000 210,000 1,330,000 1,520,000 9 Pas Biru 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 Total 16,438,000 21,170,000 11,015,000 22,726,250 51,452,500 Biaya variabel 1 BBM - 53,298,600 67,850,000 71,550,000 130,050,000 2 Oli - 462,300 1,067,200 1,680,000 1,256,000 3 Es - - 9,080,000 7,980,000 19,880,000 4 Ransum - 12,060,000 1,160,000 31,500,000 23,550,000 5 Retribusi 3 - 7,453,688 8,500,800 15,025,125 18,208,568 6 Langgara 10 - - 28,336,000 50,083,750 60,695,228 7 Bagi hasil dengan nelayan 79,778,465 87,590,831 117,421,200 161,509,313 176,656,240 Total biaya variabel 124,890,535 160,865,419 233,415,200 339,328,188 430,296,035 Total biaya usaha 141,328,535 182,035,419 244,430,200 362,054,438 481,748,535 74 74 3 Penerimaan usaha Penerimaan usaha merupakan manfaat yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha. Penerimaan yang diperoleh masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil merupakan jumlah dari penerimaan selama 3 musim yang berbeda yaitu barat, timur dan pancaroba. Penerimaan dihitung dengan cara mengalikan jumlah trip dengan harga rata-rata hasil tangkapan per satuan produk pada tahun 2007. Rincian penerimaan unit penangkapan ikan pelagis kecil disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 Penerimaan usaha masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil. No Uraian Penerimaan per musim total Barat Timur Pancaroba 1 Gillnet 55.069.000 116.000.000 33.600.000 204.669.000 2 Bagan 40.950.000 54.506.250 153.000.000 248.456.250 3 Pancing 11.830.000 164.430.000 107.100.000 283.360.000 4 Payang 44.587.500 176.000.000 280.250.000 500.837.500 5 Purse seine 101.062.500 199.357.275 306.532.500 606.952.275 Berdasarkan pada tabel diatas penerimaan usaha yang didapatkan oleh nelayan pada musim pancaroba rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan musim lainnya. Hal ini terjadi kerena pada musim pancaroba jumlah trip pada musim tersebut lebih banyak dibandingkan dengan musim lainya. Unit penangkapan purse seine merupakan alat tangkap yang memberikan pendapatan tertinggi yaitu Rp 606.952.275 per tahun dan peneriman terendah adalah gillnet sebesar Rp 204.669.000 per tahun. 4 Kriteria finansial penangkapan ikan pelagis kecil Nilai kriteria finansial yang dibandingkan dari 5 jenis unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah investasi, biaya, keuntungan, RC, PP Payback Periode dan BEP Break Event Point. Unit penangkapan gillnet memiliki nilai RC tertinggi yaitu 1,45 artinya, setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,45 sedangkan unit penangkapan yang memiliki nilai RC terendah adalah pancing sebesar 1,16 artinya unit penangkapan pancing akan menghasilkan 1,16 rupiah untuk setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan secara keseluruhan unit 75 75 penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang masih menguntungkan karena nilai RC 1 Sugiarto et al 2001. Dari lima unit penangkapan ikan pelagis kecil yang diamati, usaha penangkapan dengan menggunakan payang merupakan usaha penangkapan yang memberikan tingkat pengembalian usaha tercepat 0.62 tahun dan tingkat pengembalian usaha yang paling lama adalah purse seine 1.02 tahun. Sedangkan tiga unit penangkapan ikan lainnya memberikan tingkat pengembalian 0,88 tahun untuk gillnet, 0,84 tahun untuk bagan, 0,62 tahun untuk pancing. Nilai BEP untuk masing-masing unit penangkapan ikan tercapai pada saat nilai produksi hasil tangkapan mencapai Rp 42.55.962,59 untuk gillnet, bagan Rp 60.049.878,94, pancing Rp 39.871.978,82, payang Rp 70.473.696,27 dan purse seine sebesar Rp 176.779.557,83. Kriteria finansial unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Perbandingan nilai-nilai finansial unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang No Uraian Alat tangkap Gillnet Bagan Pancing Payang Purse seine 1. Penerimaan 204.669.000,00 248.456.250,00 283.360.000,00 500.837.500,00 606.952.275,00 2. Total biaya 141.328.535,00 182.035.418,75 244.430.200,00 362.054.437,50 481.748.535,38 3. Keuntungan 63.340.465,00 66.420.831,25 38.929.800,00 138.783.062,50 125.203.739,63 4. RC 1,45 1,36 1,16 1,38 1,26 5. PP 0,88 0,84 0,62 0,51 1,02 6. BEP 42.555.962,59 60.049.878,94 39.871.978,82 70.473.696,27 176.779.557,83 5 Kriteria investasi Analisis kriteria investasi digunakan untuk membuat keputusan apakah suatu kegiatanproyek dapat atau tidak untuk dijalankan serta digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan tersebut. Tabel 27 Perbandingan kriteria investasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang No Uraian Alat tangkap Gillnet Bagan Pancing Payang Purse seine 1 NPV 250.633.571,52 241.845.769,80 105.343.302,30 724.885.065,67 531.140.412,68 2 IRR 121,55 128,18 96,48 239,58 117,30 3 Net BC 5,53 5,33 3,52 11,21 5,32 76 76 Berdasarkan perhitungan kriteria investasi unit penangkapan ikan pelagis kecil, nilai NPV jaring insang sebesar 250.633.571,52 dengan discount factor pada tingkat suku bunga pinjaman sebesar 17 . Nilai ini menunjukkan bahwa pada akhir tahun proyek tahun ke-10 usaha unit penangkapan gillnet akan memperoleh nilai manfaat sebesar Rp 250.633.571,52, sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Net BC merupakan indikator untuk melihat tingkat benefit yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Nilai net BC jaring insang adalah sebesar 5,33 dengan demikian usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang masih menguntungkan. Indikasi lain yang menunjukan usaha penangkapan ikan dengan jaring insang layak dijalankan adalah nilai IRR yang mencapai 121.55. Nilai IRR tersebut bermakna setiap penambahan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan jaring insang akan meningkat keuntungan sebesar 121,55 setiap tahunnya. Sedangkan usaha penangkapan dengan bagan memiliki nilai NPV sebesar 241.845.769,80 artinya pada akhir tahun proyek tahun ke-10 usaha penangkapan dengan bagan akan memperoleh nilai manfaat sebesar Rp 241.845.769,80 bila dilihat pada kondisi saat ini, sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Kriteria kedua yang dihitung untuk menilai kelayakan investasi adalah net BC. Nilai net BC unit penangkapan bagan mencapai 5,53 dengan demikian usaha penangkapan ikan dengan menggunakan bagan layak dijalankan karena tingkat benefit usaha lebih besar dari nilai investasinya. Kriteria ketiga yang diamati adalah nilai IRR, dari hasil perhitungan nilai usaha penangkapan bagan sebesar 128,18 berarti penambahan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan gillnet akan meningkat keuntungan sebesar 128,18 setiap tahunnya. Selain dengan gillnet dan bagan usaha pemanfaatan ikan pelagis kecil di Pandeglang juga dilakukan dengan alat tangkap pancing. Nilai NPV usaha penangkapan dengan pancing mencapai 105.343.302,30 jika discount factor pada tingkat suku bunga pinjaman saat ini sebesar 17 maka pada akhir proyek tahun ke- 10 usaha penangkapan dengan alat tangkap pancing akan memperoleh nilai manfaat sebesar Rp 105.343.302,30 , sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan nilai Net BC yang diperoleh sebesar 3,52, nilai tersebut menunjukkan benefit yang 77 77 diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Selain itu nilai IRR yang diperoleh selama umur proyek mencapai 96,48 artinya bahwa penambahan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan pancing akan meningkat keuntungan sebesar 96,48 setiap tahunnya. Usaha penangkapan ke-4 yang diamati adalah payang. Usaha penangkapan dengan alat tangkap payang memiliki nilai NPV sebesar 724.885.065,67 dengan discount factor pada tingkat suku bunga saat sebesar 17 . Maka usaha penangkapan dengan payang pada akhir tahun proyek tahun ke-10 akan memberikan manfaat sebesar Rp 724.885.065,67. Net BC yang diperoleh sebesar 11,21. Hal ini menunjukkan benefit yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan IRR yang diperoleh selama tahun proyek mencapai 239,58 dengan demikian penambahan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan gillnet akan meningkat keuntungan sebesar 239.58 setiap tahunnya. Dari lima jenis alat penangkapan ikan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine, payang adalah unit penangkapan yang memberikan nilai kriteria investasi yang terbaik. Usaha penangkapan ke-5 yang dikaji adalah pukat cincin purse seine. Pukat cincin memiliki nilai-nilai kriteria investasi yang tidak berbeda dengan alat tangkap lainnya. Nilai NPV purse seine sebesar 531.140.412,68 dengan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 17 . Maka pada tahun ke-10 usaha penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine akan memberikan manfaat sebesar Rp 531.140.412,68, sehingga usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Nilai Net BC usaha penangkapan ikan dengan mengunakan purse seine adalah sebesar 5,32. Hal ini menunjukkan bahwa benefit yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Selain itu, nilai IRR yang diperoleh sebesar 117.3, berarti penambahan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan gillnet akan meningkat keuntungan sebesar 117,3 setiap tahunnya. Berdasarkan Tabel 27 maka usaha penangkapan ikan pelagis kecil yang dilakukan oleh nelayan Pandeglang dengan menggunakan lima jenis alat tangkap gillnet, bagan, pancing, payang, dan purse seine layak untuk tetap dijalankan. Hal 78 78 ini didasarkan pada nilai NPV 0, Net BC 1 dan IRR tingkat suku bunga pinjaman. 2 Penilaian aspek ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil Penilaian secara menyeluruh terhadap aspek ekonomi perikanan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang dilakukan terhadap kriteria-kriteria finansial dan investasi. Kriteria tersebut adalah nilai investasi, biaya, keuntungan, RC, payback periode, NPV dan IRR. Penentuan prioritas unit penangkapan dengan menggunakan nilai investasi didasarkan pada nilai investasi terendah. Berdasarkan pada hal tersebut, unit penangkapan pancing merupakan unit penangkapan yang terbaik kemudian diikuti bagan, gillnet, payang, dan terakhir purse seine. Kriteria kedua yang digunakan adalah biaya usaha. Berdasarkan perhitungan, usaha penangkapan dengan gillnet memiliki biaya terendah, diikuti oleh bagan, pancing, payang dan terakhir purse seine. Berbeda dengan dua kriteria sebelumnya, nilai prioritas yang didasarkan pada kriteria keuntungan ditentukan berdasarkan nilai keuntungan terbesar. Berdasarkan hasil perhitungan, unit penangkapan payang dalam satu tahun dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 138.783.063 ini merupakan nilai keuntungan paling tinggi dibandingkan dengan 4 alat tangkap lainnya dan unit penangkapan yang memiliki tingkat keuntungan terendah adalah pancing Rp 38.929.800. Dengan demikian prioritas utama unit penangkapan ikan berdasarkan kriteria keuntungan usaha adalah payang, diikuti purse seine, bagan, gillnet dan pancing. Prioritas usaha penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan nilai RC ditentukan dengan melihat nilai RC terbesar. Unit penangkapan gillnet menempati prioritas pertama diikuti oleh payang, bagan, purse seine dan pancing pada prioritas terakhir. Nilai payback periode perikanan pelagis kecil di Pandeglang berbeda setiap alat tangkap. Berdasarkan hal tersebut, unit penangkapan yang diprioritaskan adalah payang, diikuti oleh pancing, bagan, gillnet dan purse seine. 79 79 Kriteria lain yang digunakan untuk menganalisis aspek ekonomi adalah nilai NPV. maka unit penangkapan payang adalah yang terbaik diikuti oleh purse seine, gillnet, bagan dan pancing. Nilai-nilai NPV untuk masing alat tangkap disajikan pada Tabel 28. Kriteria terakhir yang digunakan untuk menganalisis kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil dari sudut pandang ekonomi adalah Internal Rate of Return IRR. Berdasarkan hasil perhitungan, terhadap lima unit penangkapan ikan yaitu gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine, unit tangkap payang memiliki nilai IRR yang tertinggi dengan demikian payang merupakan alat tangkap yang menjadi prioritas utama dikuti oleh bagan, gillnet, purse seine dan pancing. Data kriteria aspek ekonomi perikanan pelagis kecil di Kabupaten Pandelang disajikan Tabel 28. Penentuan prioritas unit penangkapan ikan pelagis kecil yang tepat dikembangkan berdasarkan aspek ekonomi dilakukan dengan mempertimbangkan semua kritria ekonomi investasi, biaya, keuntungan, nilai RC, payback periode, NVP, BEP, dan IRR. Nilai-nilai kriteria ekonomi yang telah distandarisasi disajikan pada Tabel 28. Dari tabel tersebut diperoleh urutan prioritas untuk setiap unit penangkapan dimana unit penangkapan payang adalah unit penangkapan yang diprioritaskan untuk dikembangkan, kemudian diikuti oleh gillnet, bagan, pancing dan purse seine pada prioritas terakhir. 4.1.5 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan penilaian gabungan aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial Penentuan prioritas pengembangan kegiatan perikanan disuatu daerah tidak hanya dilihat dari satu atau dua aspek, tetapi dari berbagai macam aspek yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kegiatan tersebut. Begitu pula dengan kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang, prioritas pengembangan ditentukan dengan menganalisis semua aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial. 80 Tabel 28 Penilaian dan standarisasi aspek ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang No Alat tangkap Ekonomi Y1 UP1 Y2 UP2 Y3 UP3 Y4 UP4 Y5 UP5 Y6 UP6 Y7 UP7 Y8 UP8 1 Gillnet 55.640 2 141.328.535 1 63.340.465 4 1,45 1 0,88 4 250.633.572 3 42.555.963 4 121,55 4 2 Bagan 55.800 3 182.035.419 2 66.420.831 3 1,36 3 0,84 3 241.845.770 4 60.049.879 3 128,18 3 3 Pancing 41.800 1 244.430.200 3 38.929.800 5 1,16 5 0,62 2 105.343.302 5 39.871.979 5 96,48 5 4 Payang 70.975 4 362.054.438 4 138.783.063 1 1,38 2 0,51 1 724.885.066 1 70.473.696 2 239,58 1 5 Purse seine 127.600 5 481.748.535 5 125.203.740 2 1,26 4 1,02 5 531.140.413 2 176.779.558 1 117,30 2 Hasil standarisasi No Alat tangkap Ekonomi Total Rata-rata UP VY1 VY2 VY3 VY4 VY5 VY6 VY7 VY8 1 Gillnet 0,84 1,00 0,24 1,00 0,27 0,23 0,98 0,18 4,57 0,65 2 2 Bagan 0,84 0,88 0,28 0,71 0,35 0,22 0,85 0,22 4,13 0,59 3 3 Pancing 1,00 0,70 0,00 0,00 0,78 0,00 1,00 0,00 3,48 0,50 4 4 Payang 0,66 0,35 1,00 0,78 1,00 1,00 0,78 1,00 5,56 0,79 1 5 Purse seine 0,00 0,00 0,86 0,35 0,00 0,69 0,00 0,15 1,90 0,27 5 Sumber data primer 2007 Keterangan : Y1 = biaya investasi Ribu Rupiah Y2 = biaya usaha Rupiah Y3 = keuntungan Rupiah Y4 = RC Y5 = payback periode PP Y6 = NPV Rupiah Y7 = BEP Rupiah Y8 = IRR VY1 = biaya investasi Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY2 = biaya usaha Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY3 = keuntungan Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY4 = RC yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY5 = payback periode PP yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY6 = NPV Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY7 = BEP Rupiah yang distandarisasi dengan fungsi nilai. VY8 = IRR yang distandarisasi dengan fungsi nilai. 81 Tabel 29 Penilaian gabungan dan standarisasi aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang No Alat tangkap Biologi Teknis Ekonomi Sosial W1 W2 W3 W4 X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Z2 Z1 1 Gillnet 25,92 206 15 4 3 4 3 4 3 55.640 141.328.535 63.340.465 1,45 0,88 250.633.572 42.555.963 121,55 79.778.465 5 2 Bagan 15,98 140 14 1 3 2 2 2 3 55.800 182.035.419 66.420.831 1,36 0,84 241.845.770 60.049.879 128,18 87.590.831 4 3 Pancing 12,76 112 10 5 5 2 5 5 2 41.800 244.430.200 38.929.800 1,16 0,62 105.343.302 39.871.979 96,48 117.421.200 5 4 Payang 30,21 152 14 3 2 4 3 2 3 70.975 362.054.438 138.783.063 1,38 0,51 724.885.066 70.473.696 239,58 161.509.312 15 5 Purse seine 80,09 134 9 3 2 5 3 3 4 127.600 481.748.535 125.203.740 1,26 1,02 531.140.413 176.779.558 117,30 176.656.239 20 Hasil standarisasi No Alat tangkap Biologi Teknis Ekonomi Sosial Total Rata- rata UP W1 W2 W3 W4 X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Z1 Z2 1 Gillnet 0,20 1,00 0,00 0,75 0,3 0,7 0,3 0,7 0,5 0,84 1,00 0,24 1,00 0,27 0,23 0,98 0,18 0,06 0,00 6,58 0,35 4 2 Bagan 0,05 0,29 0.38 0,00 0,3 0,0 0,0 0,0 0,5 0,84 0,88 0,28 0,71 0,35 0,22 0,85 0,22 0,00 0,08 7,02 0,37 3 3 Pancing 0,00 0.00 0.87 1,00 1,0 0,0 1,0 1,0 0,0 1,00 0,70 0,00 0,00 0,78 0,00 1,00 0,00 0,06 0,39 6,39 0,34 5 4 Payang 0,26 0,43 0,38 0,50 0,0 0,7 0,3 0,0 0,5 0,66 0,35 1,00 0,78 1,00 1,00 0,78 1,00 0,69 0,84 10,89 0,57 2 5 Purse seine 1,00 0,23 1,00 0,50 0,0 1,0 0,3 0,3 1,0 0,00 0,00 0,86 0,35 0,00 0,69 0,00 0,15 1,00 1,00 12,31 0,65 1 82 Berdasarkan analisis terhadap empat aspek tersebut diatas maka unit penangkapan yang terbaik dan tepat untuk dikembangkan di Pandeglang adalah purse seine. Walaupun demikian beberapa unit penangkapan yang telah ada tidak perlu untuk dihapuskan melainkan dapat dijadikan alternatif lain yang disesuaikan dengan kondisi dan alokasi yang tepat. Alternatif unit penangkapan ikan pelagis kecil lainnya yang dapat dikembangkan selain purse seine secara berturut-turut adalah payang, bagan, gillnet dan pancing. Penilaian gabungan pengembangan perikanan pelagis kecil dari segi teknis, biologi, ekonomi, dan sosial di Pandeglang disajikan pada Tabel 29. 4.1.6 Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil 1 Alokasi unit penangkapan berdasarkan luas wilayah Salah satu perhitungan alokasi unit penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan mempertimbangkan luas wilayah perairan Pandeglang, jumlah inputan, serta nilai ekonomi kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil. Faktor wilayah pengoperasian unit penangkapan ikan dihitung dengan asumsi bahwa secara simultan unit penangkapan melakukan penangkapan secara bersamaan dan alat tangkap jenis lain diasumsikan tidak beroperasi. Wilayah pengoperasian untuk lima jenis alat tangkap tersebut dibagi menjadi tiga yaitu wilayah bagan, kemudian wilayah gillnet, pancing dan payang, serta wilayah purse seine. Berdasarkan perhitungan luas daerah operasi maka wilayah Pandeglang mampu mengoperasikan purse seine, gillnet, pancing, payang dan bagan masing-masing 526, 786, 2.548, 1.769 dan 11.898 unit. Perhitungan alokasi unit penangkapan ikan di Pandeglang disajikan pada Tabel 30. 83 Tabel 30 Alokasi unit penangkapan ikan menurut luas wilayah kewenangan pengelolaan laut Kabupaten Pandeglang No Jenis alat tangkap Diameter rata-rata m Kebutuhan luas rata- rata alat tangkap m 2 Jarak antar alat tangkap m Kapasitas alat tangkap unit Jumlah alat tangkap yang beroperasi tahun 2006 unit 1 Purse Sein 600 949,850 500 526 32 2 Gillnet 400 635,850 500 786 242 3 Pancing 196,250 500 2,548 215 4 Payang 100 282,600 500 1,769 77 5 Bagan 5 42,025 200 11,898 370 2 Alokasi unit penangkapan berdasarkan fungsi tujuan dan pembatas Faktor inputan yang digunakan untuk menduga alokasi unit penangkapan ikan di Pandeglang adalah stok minyak tanah, es, target pendapatan sektor perikanan sedangkan break event point BEP yang digunakan untuk menduga faktor ekonomi. Berdasarkan pada data yang diperoleh dilapangan maka fungsi-fungsi yang digunakan untuk menentukan jumlah unit penangkapan yang dapat dioperasikan berdasarkan batasan yang adalah sebagai berikut : 1 Fungsi tujuan Fungsi tujuan yang ingin dicapai adalah memaksimumkan produksi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang yang ditentukan berdasarkan kemampuan rata-rata produksi masing-masing alat tangkap per trip, perhitungan fungsi tujuan tersebut dilakukan berdasarkan data produksi tahun 2006 dalam satuan ton. Persamaan produksi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah : Z = 0.209 py + 0.649 ps + 0.132 gn + 0.105 bg + 0.124 pc 2 Fungsi pembatas Fungsi pembatas kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil ditentukan berdasarkan jenis inputan yang digunakan untuk menjalankan usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang, diantaranya adalah ketersediaan minyak tanah, ketersediaan es, target penyerapan tenaga kerja, target pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang, BEP usaha penangkapan yang diusahakan mendekati target produksi 84 ikan, dan fungsi non negatif. Selain itu, jumlah alokasi unit penangkapan ikan di Pandeglang diharapkan tidak melebihi kondisi eksisting pada tahun 2006, sehingga jumlah unit penangkapan ikan pada tahun 2006 juga dimasukan menjadi faktor pembatas alokasi unit penangkapan di Pandeglang. Fungsi pembatas kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah : 1 Ketersediaan minyak tanah 8,08gn + 3,47bg + 18,30pc + 23,85py + 43,35ps = 40.000 2 Ketersediaan es 6,48gn + 36,32pc + 22,80py + 56,8ps = 18.000 3 Penyerapan tenaga kerja 6gn + 4bg + 5pc + 15py + 20ps = 4.849 4 Target PAD sektor perikanan laut raman 6,14gn + 7,45bg + 8,51pc + 15,03py + 18,21ps = 32.500 5 Break event point kegiatan usaha penangkapan 25,53gn + 36,02bg + 23,92pc + 42,28py + 106,06ps = 27.769 6 Fungsi pembatas kondisi jumlah unit penangkapan ikan tahun 2006 py= 77, ps = 32, gn = 242, pc = 215 dan bg = 370 7 Fungsi pembatas non negatif 1gn = 0 , 1bg = 0, 1pc = 0, 1py = 0, 1ps = 0 keterangan : gn : jumlah armada penangkapan gillnet bg : jumlah armada penangkapan bagan pc : jumlah armada penangkapan pancing py : jumlah armada penangkapan payang ps : jumlah armada penangkapan purse seine ba : batas atas fungsi bb : batas bawah fungsi 3 Keluaran Berdasarkan hasil analisis optimasi dengan Linear Goal Programming LP terhadap fungsi tujuan dan pembatas yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh hasil bahwa jumlah unit penangkapan yang optimum berdasarkan batasan dan tujuan yang ingin dicapai untuk masing-masing alat tangkap adalah gillnet 242 unit, pancing 215 unit, 85 payang 77 unit, bagan 272 unit dan purse seine 32 unit. Berdasarkan hasil tersebut maka, unit penangkapan bagan harus dikurangi dari kondisi eksisting sebesar 370 menjadi 272 unit sedangkan unit penangkapan gillnet, pancing, purse seine dan payang berdasarkan batasan dan tujuan yang ada sudah sesuai. 4.1.7 Prakiraan dampak alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil 1 Simulasi kegiatan penangkapan ikan Simulasi penangkapan sumberdaya ikan dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efek kegiatan penangkapan ikan akan memberikan manfaat terhadap nelayan dan pemerintah. Pada tahun 2006 jumlah unit penangkapan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine berturut-turut adalah 242, 370, 215, 77 dan 32. Berdasarkan komposisi tersebut, kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang memperoleh keuntungan sebesar Rp 62.966.822.573 dari pendapatan kotor sebesar Rp 260.368.070.800 dan pengeluaran mencapai Rp 197.401.248.227 Komposisi unit penangkapan tersebut mampu menyerap tenaga kerja mencapai 5.805 orang, dengan Pendapatan Asli Daerah PAD mencapai Rp 7.811.042.124 per tahun. Selanjutnya hasil kajian optimalisasi menghasilkan kondisi optimum jumlah unit penangkapan gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine masing-masing berjumlah 242, 272, 215, 77, dan 32. Pada kondisi tersebut, akan diperoleh tingkat keuntungan nelayan sebesar Rp 56.457.581.110,50 dari pendapatan kotor sebesar Rp 236.019.358.300,00 dan pengeluaran sebesar Rp 179.561.777.189,50. Selain itu, kondisi optimum mampu menyerap tenaga kerja hingga 5.410 orang dengan PAD mencapai Rp 7.080.580.749 per tahun. 2 Simulasi manajemen usaha penangkapan ikan bila terjadi kenaikan BBM Dalam banyak kasus perikanan, bahan bakar minyak BBM memberikan kontribusi hampir 75 dari seluruh biaya operasi penangkapan ikan. Kondisi yang sama juga terjadi pada perikanan pelagis kecil di Pandeglang. Sebagai akibatnya, kenaikan harga BBM memberikan pengaruh negatif terhadap kegiatan penangkapan. Kondisi ini juga akan memberikan pengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan Kabupaten Pandeglang baik pada kondisi aktual tahun 2006 ataupun pada kondisi optimum. 86 Tabel 31 Simulasi pengelolaan operasi penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang No. uraian Kondisi tahun 2006 Kondisi optimum 1. Gillnet 242 242 2. Bagan 370 272 3. Pancing 215 215 4. Payang 77 77 5. Purse seine 32 32 Jumlah tenaga kerja 5.802 5.410 Pendapatan kotor 260.368.070.800 236.019.358.300,00 Pengeluaran 197.401.248.227 179.561.777.189,50 Keuntungan 62.966.822.573 56.457.581.110,50 PAD 3 dari pendapatan kontor nelayan 7.811.042.124 7.080.580.749 Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa pada kondisi aktual kenaikan BBM sebesar 10 akan meningkatkan pengeluaran nelayan hingga mencapai Rp 193.842.887.124,38. Sebagai akibatnya, kondisi ini akan menurunkan keuntungan, sehingga menjadi Rp 66.525.183.675,62. Selanjutnya kenaikan BBM sebesar 50 dari kondisi tahun 2006 akan meningkatkan pengeluaran nelayan hingga mencapai Rp 203.833.202.713,90 dan menurunkan keuntungan menjadi Rp 56.534.868.086,10 dan bila kondisi kenaikan BBM mencapai 75 dari kondisi aktual pada tahun 2006 kegiatan penangkapan akan mengalami kerugian hingga mencapai Rp 18.731.841.730,36 atau tingkat keuntungan yang didapatkan oleh nelayan hanya sebesar Rp 50.290.920.842,64 per tahun. Simulasi perubahan harga BBM terhadap kondisi aktual pada tahun 2006 disajikan pada Tabel 32. Tabel 32 Simulasi perubahan BBM terhadap skenario kondisi aktual tahun 2006 Kategori Persentase kenaikan Tahun 2006 10 50 75 Pendapatan 260.368.070.800,00 260.368.070.800,00 260.368.070.800,00 260.368.070.800,00 Pengeluaran 191.345.308.227,00 193.842.887.124,38 203.833.202.713,90 210.077.149.957,36 Keuntungan 62.022.762.573,00 66.525.183.675,62 56.534.868.086,10 50.290.920.842,64 Tingkat kerugian dari kondisi tahun 2006 2.497.578.897,38 12.487.894.486,90 18.731.841.730,36 87 Tabel 33 Simulasi perubahan BBM terhadap skenario optimum. Kategori Persentase kenaikan Kondisi optimum 10 50 75 Pendapatan 236.019.358.300,00 236.019.358.300,00 236.019.358.300,00 236.019.358.300,00 Pengeluaran 179.561.777.189,50 175.742.252.946,88 184.687.915.976,40 190.278.955.369,86 Keuntungan 56.457.581.110,50 60.277.105.353,12 51.331.442.323,60 45.740.402.930,14 Tingkat kerugian dari kondisi optimum 2.236.415.757,38 11.182.078.786,90 16.773.118.180,36 Tabel 33 menjelaskan simulasi kenaikan harga BBM pada kondisi optimum. Kenaikan harga BBM dari harga normal pada kondisi optimum juga memberikan pengaruh terhadap tingkat pendapatan dan pengeluaran nelayan secara total. Peningkatan harga BBM sebesar 10 akan meningkatkan biaya operasional selama satu tahun menjadi Rp 175.742.252.946,88 sehingga keuntungan yang diperoleh nelayan sebesar Rp 60.277.105.353,12 sedangkan peningkatan BBM sebesar 50 akan mengakibatkan peningkatan biaya operasional kegiatan perikanan pelagis kecil di Pandeglang menjadi Rp 184.687.915.976,40 sehingga keuntungan yang diproleh nelayan menjadi Rp 51.331.442.323,60 dan bila tingkat kenaikan harga BBM menjadi 75 dari harga aktual maka kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang, akan mengalami kerugian hingga mencapai Rp 16.773.118.180,36 sehingga pendapatan yang didapatkan oleh nelayan pertahun menjadi Rp 45.740.402.930,14.

4.2 Pembahasan