TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perumahan dan Permukiman 2.1.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 33permenm2006 tentang pedoman tatacara penunjukan badan pengelola
kawasan siap bangun dan penyelenggara lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri memberi definisi tentang perumahan, permukiman dan kawasan
permukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Sedangkan kawasan permukiman disebut sebagai kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
dengan fungsi utama untuk permukiman. Prasarana lingkungan yang merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti jalan, drainase, limbah, dan persampahan. Begitupun sarana
lingkungan yang merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya,
seperti fasilitas pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, perbelanjaan, tempat ibadah, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka, serta
ruang terbuka hijau.
2.1.2 Perencanaan dan Permasalahan Perumahan
Simonds dan Starke 2006 dalam buku Lansdscape Architecture menulis bahwa tanpa adanya kontrol, penggunaan yang tidak serasi seringkali
mempengaruhi area perumahan. Pelebaran jalan maupun jalan raya dapat menciptakan titik-titik komersial yang dapat mengurangi daya dukung dan
membatasi aliran lalu-lintas. Kemunduran dan kerusakan semakin merajalela,
berupa vandalisme pada struktur bangunan yang kosong. Harga tanah merosot, dan penghuni setempat pindah jika mereka mampu. Hal tersebut akan terjadi lagi
kemanapun mereka memulai lagi yang baru, apabila pembangunan perumahan tanpa adanya perencanaan dan regulasi yang lebih baik. Ada beberapa hal yang
menjadi permasalahan dalam perencanaan pembangunan perumahan, yaitu: -
Monoton: Seringkali pengembangan pada daerah suburban dengan meratakan hutan, pepohonan ditebang, dan menghancurkan flora dan fauna
lokal. Flora eksotik baru ditanam pada perumahan tersebut. -
Tidak Efisiensi: Perencanaan perumahan yang baik seharusnya berfungsi seperti mekanisme yang efisien, yang berarti bahwa aliran energi dan materi
dapat dihemat dan menghindari terjadinya kehilangan secara percuma. -
Kondisi Yang Tidak Sehat: Mens sana in corpore sano. Kondisi mental penghuni dipengaruhi oleh sikap dan tindakan yang rasional. Saat berada
dalam kondisi yang tidak rasional; dimana pengalaman sehari-hari adalah frustasi, kegelisahan, atau rasa muak, akan sulit untuk menjaga pemikiran
yang positif. -
Bahaya: Tingkat bahaya umumnya berasal pada jalan yang memotong jalan besar, tidak adanya pemisahan antara orang dan kendaraan, polusi udara,
dan lain sebagainya. Dalam perencanaan lingkungan yang sesuai bagi kebutuhan manusia faktor
pertama yang menjadi pertimbangan adalah iklim. Prinsip iklim mikro yang dapat diaplikasikan dalam merencanakan lingkungan yang cocok untuk dihuni,
diantaranya adalah Simonds dan Starke 2006: -
Memilih tapak yang tepat, perencanaan tata ruang, orientasi bangunan, dan membentuk ruang yang responsive terhadap iklim untuk menghindari panas
yang berlebihan, dingin, kelembaban, dan pergerakan. -
Menyediakan struktur untuk melindungi ketidaknyamanan dari radiasi matahari, presipitasi, angin, dan dingin.
- Memelihara serta menambah vegetasi sebagai ameliorasi iklim: penyaring
matahari, menjaga kelembaban, menyejukkan dan menyegarkan udara melalui evapotranspirasi, mengendalikan aliran permukaan, dan lain
sebagainya.
Perencanaan perumahan hendaknya memperhatikan faktor kenyamanan, keselamatan bangunan, dan kerusakan bangunan. Lippsmeier 1997 menulis
bahwa pada daerah tropis termasuk di Indonesia faktor kenyamanan dipengaruhi oleh radiasi matahari, presipitasi, kelembaban udara, gerakan udara. Pada
bangunan tropis lembab tanpa pengkodisian udara sangat tegantung pada jendela- jendela yang besar yang akan menjadi media pergantian udara pengap di dalam
bangunan dengan udara yang lebih segar dari luar bangunan Mediastika 2002. Perubahan penutupan lahan memberikan pengaruh pada permukaan fisik
dan biologi bumi, yang merubah reflektansi permukaan bumi dan menyebabkan pendinginan atau pemanasan lokal. Dalam kondisi alami radiasi surya yang
sampai di bumi akan dipantulkan sekitar sepertiga, sedangkan sisanya diserap di serap oleh permukaan dan sedikit oleh atmosfir Solomon et al. 2007.
Perkembangan kota yang didominasi oleh elemen perkerasan cenderung memiliki reflektifitas dan konduktivitas yang rendah, seperti beton, aspal, batu bata, dan
bangunan. Alih fungsi lahan ini menimbulkan suatu bentuk urban heat islands yang juga dipicu oleh keberadaan gas CO
2
dari kendaraan bermotor maupun industri.
Efisiensi energi menjadi salah satu faktor dan permasalahan penting dalam pembangunan. Bahkan sejak manusia belum sadar berasitekturpun mereka sudah
‘memikirkan’ energi. Iklim adalah salah satu faktor yang memaksa manusia berpikir tentang energi. Arsitektur lokal, seringkali dipuji oleh arsitek masa kini
karena ramah lingkungan dan energi. Pada tahap hunian, arsitektur lokal menerapkan ventilasi dan penerangan alami yang memakai energi tambahan. Ini
karena bangunan tradisional dibangun secara evolutif , berkembang dengan dasar empirik dan trial and error hingga sesuai dengan kondisi lingkungan. Berbeda
halnya dengan kecenderungan gaya arsitektur saat ini, dimana karena adanya informasi yang luas, gaya untuk iklim dingin, misalnya, dicontoh bulat-bulat di
iklim panas. Hal ini tentu saja menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan energi listrik untuk penggunaan air conditioner AC. Pengadaan energi sering
menyebabkan gangguan terhadap lingkungan hidup, baik secara fisik maupun non-fisik Satwiko 2005.
2.1.3 Konsep Perencanaan dan Pola Jalan pada Perumahan