dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur,
terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial
terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata.
2.4 Wisata Alam
Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1989, wisata alam merupakan perjalanan yang memanfaatkan potensi
sumberdaya alam dan tata lingkungannya sebagai obyek tujuan wisata. Suwantoro 2002 mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang
memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli alami maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat-tempat
rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang wisatawan. Adanya
potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya, bahasa, latar belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya tarik dari
obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.
2.5 Dampak Ekonomi Wisata
Potensi wisata yang dimiliki suatu kawasan berdampak pada perekonomian. Sebagaimana pernyataan Yoeti 2008, dampak ekonomi itu
mencakup spectrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah,
perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Lebih lanjut Yoeti menyatakan industri pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil
dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan muda usia serta menyebarkan peluang kesempatan peluang kerja, baik dalam lingkup regional, nasional,
maupun internasional. Selain itu, Vanhove 2005 juga mengemukan bahwa dampak ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan,
peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata.
2.6 Pertambangan Emas
Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam kelompok stok, dimana sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang
terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan
mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut sebagai sumberdaya tidak dapat diperbarui non renewable atau terhabiskan exhaustible
Fauzi 2004. Menurut Ngadiran et al 2002, emas merupakan salah satu bahan galian
yang menjadi perioritas sebagai sumber penghasilan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan
dalam pengelolaannya seperti : 1.
Keselamatan kerja kurang terjamin karena penambang dalam pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun, seperti sianida dan
merkuri.
2. Modal kerja ditanggung oleh seorang pemilik lubang atau pemilik mesin.
Cara patungan diupayakan diantara para penambang sekalipun jumlahnya sangat terbatas. Para penambang sering sekali hutang karena tidak ada
bank yang mau memberi kredit. 3.
Para penambang bekerja dengan teknik sederhana yang dipelajari secara tradisonal dan turun temurun, sehingga tidak terjadi inovasi. Hal ini jika
dibiarkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Selanjutnya Ngadiran et al 2002 menyatakan bahwa dampak positif dari
penambangan emas mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat. Selain itu juga berdampak negatif seperti merusak air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan,
termasuk merusak manusia. Apabila kondisi seperti ini berlangsung terus menerus di suatu daerah maka ketahanan daerah tersebut bisa rapuh.
2.7 Konsep