Untuk itu, perlu adanya segmentasi wisata yaitu selain penetapan tarif tiket biasa yang terjangkau oleh semua kalangan di gerbang utama, juga dibentuk
tarif khusus pada obyek-obyek wisata lain di kawasan wisata Musiduga seperti wisata arung jeram, wisata goa, wisata air terjun, dan wisata budaya. Hal ini
dimaksudkan agar pengunjung yang berekonomi menengah ke bawah tetap dapat berkunjung ke kawasan wisata Musiduga sehingga tidak terjadi penurunan jumlah
pengunjung sedangkan bagi pengunjung yang berekonomi dari kalangan atas dapat menikmati atraksi wisata yang lebih dengan membayar lebih. Masyarakat
sekitar diharapkan dapat memanfaatkan peluang usaha di bidang pariwisata dengan adanya pengunjung yang memiliki daya beli lebih. Untuk itu, dalam
pengembangan kawasan wisata Musiduga dibutuhkan perhatian Pemerintah Daerah dalam pengelolaan kawasan wisata untuk menyediakan lapangan
pekerjaan di sektor wisata bagi masyarakat sekitar kawasan wisata Musiduga.
6.3.3 Dampak Keberadaan
Kawasan Wisata
Musiduga terhadap
Perekonomian Masyarakat Sekitar Musiduga
Keberadaan kawasan wisata Musiduga sedikit banyak telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar Musiduga. Adapun jenis pekerjaan
di sektor wisata yang telah ada di kawasan Musiduga adalah pedagang makanan, tukang parkir, dan guide. Berikut jumlah pekerja dan persentasenya yang
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Jenis Pekerjaan Sektor Wisata Musiduga Jenis Pekerjaan
Jumlah Pekerja Orang Presentase
Pedagang Makanan 8
61,54 Tukang Parkir
2 15,38
Guide 3
23,08
Total 13
100,00
Sumber: Data Primer, Diolah 2011
Tabel 12 menunjukkan terdapat delapan orang yang bekerja sebagai pedagang makanan, lima orang diantaranya merupakan pedagang tetap yang
menjual barang daganganannya setiap hari dan selebihnya bukan merupakan pedagang tetap karena hanya berjualan makanan di Musiduga pada hari Sabtu,
Minggu, dan hari libur. Tukang parkir di kawasan Musiduga berjumlah dua orang yang bekerja tetap di kawasan Musiduga. Jumlah guide di kawasan Musiduga
sebanyak tiga orang yaitu dua orang sebagai guide arung jeram dan satu orang sebagai guide panjat tebing.
Adanya kegiatan di sektor wisata Musiduga memberikan kontribusi terhadap pendapatan yang diterima masyarakat sekitar Musiduga. Dampak
ekonomi keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap masyarakat sekitar dianalisis dengan melihat kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan
masyarakat sekitar. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat sekitar dihitung dengan rumus 3 pada Bab. IV, dapat diamati pada Tabel 13.
Tabel 13. Kontribusi Sektor Wisata terhadap Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Musiduga
Pendapatan Rata-Rata Bulan Rupiah
No Kelompok Pekerjaan
1 Pendapatan Total
2 Pendapatan di
Luar Sektor Wisata
3 Kontribusi Sektor
Wisata terhadap Pendapatan Rp
4=2-3
1 Pedagang Makanan 1.693.750
443.750 1.250.000
2 Tukang Parkir 250.000
- 250.000
3 Guide 450.000
250.000 200.000
Sumber: Data Primer, Diolah 2011
Tabel 13 menunjukkan kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan rata- rata masyarakat sekitar Musiduga pada kelompok pekerjaan pedagang makanan,
tukang parkir, dan guide. Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat yang proporsinya paling banyak adalah pada kelompok pedagang
makanan yaitu sebesar Rp 1.250.000, karena pada kelompok ini masyarakat memperoleh pendapatan yang cukup besar akibat adanya peningkatan pengunjung
yang berkunjung ke kawasan wisata Musiduga. Pada kelompok pekerjaan tukang parkir kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat sebesar Rp
250.000, karena pada kelompok ini tidak memiliki pendapatan dari sumber lain hanya dari kawasan wisata Musiduga. Selanjutnya kontribusi sektor wisata
terhadap pendapatan juga terjadi pada kelompok pekerjaan sebagai guide yaitu sebesar Rp 200.000.
Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sekitar juga akan dapat terlihat perbedaannya berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya
kegiatan wisata di Musiduga terhadap pendapatan total. Dari proporsi pendapatan tersebut dapat diketahui apakah keberadaan Musiduga merupakan penghasilan
utama, cabang usaha, atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat sekitar kawasan wisata Musiduga. Persentase 70,01-100 dari pendapatan total
merupakan penghasilan utama, 30-70 merupakan cabang usaha, dan persentase kecil dari 30 merupakan usaha sambilan Soehaji 1995 dalam
Soetanto 2002. Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sekitar dengan adanya Musiduga dihitung dengan menggunakan rumus 4 pada Bab.IV
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dari Kegiatan Wisata Musiduga terhadap Pendapatan Total
Pendapatan Rata-Rata Bulan Rupiah
No Kelompok
Pekerjaan
1 Pendapatan
Total
2 Pendapatan
dari Kegiatan Wisata
Musiduga 3
Peresentase Proporsi
Pendapatan dari Sektor Wisata
4=32x100
1 Pedagang Makanan
1.693.750 1.250.000
73,80 2
Tukang Parkir 250.000
250.000 100,00
3 Guide
450.000 200.000
44,44
Sumber: Data Primer, Diolah 2011
Tabel 14 di atas dapat memperlihatkan bahwa proporsi pendapatan rata-
rata masyarakat sekitar dengan adanya Musiduga terhadap pendapatan total terbesar adalah kelompok pekerjaan tukang parkir sebanyak 100. Tukang parkir
yang bekerja di Musiduga adalah dua orang pria yang tidak mempunyai pekerjaan lain selain bekerja di Musiduga. Kelompok pekerjaan pedagang makanan dengan
adanya Musiduga juga memberikan proporsi pendapatan yang cukup besar pada pendapatan mereka yaitu sebesar 73,80. Sebagian besar pedagang makanan ini
merupakan pedagang tetap, namun beberapa pedagang makanan merupakan pedagang yang tidak menetap di Musiduga. Penghasilan yang didapat dengan
adanya Musiduga berkontribusi sebagai usaha pokok bagi kelompok pekerjaan tukang parkir dan pedagang makanan.
Sementara itu, kelompok pekerjaan sebagai guide memberikan proporsi pendapatan dengan persentase sebesar 44,44. Masyarakat yang berada pada
kelompok pekerjaan ini juga memiliki penghasilan lain selain bekerja sebagai guide yaitu ada yang berprofesi sebagai aparat desa namun ada juga yang masih
mahasiswa yang tergabung dalam kelompok pencinta alam. Hal ini menunjukkan
penghasilan yang didapat dengan adanya Musiduga berkontribusi sebagai cabang usaha bagi kelompok pekerjaan sebagai guide.
6. 3.4 Dampak Keberadaan
Kawasan Wisata
Musiduga terhadap
Lingkungan Sekitar Musiduga
Dampak adanya tempat wisata Musiduga terhadap lingkungan di sekitar kawasan wisata Musiduga di analisis dengan persepsi multistakeholder
pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti pihak Dinas Parsenibudpora, Kantor Lingkungan Hidup, dan Wali Nagari. Dalam
pelaksanaan penelitian, para responden diberi pilihan mengenai dampak keberadaan Musiduga terhadap lingkungan. Pilihan-pilihan tersebut dibedakan
menjadi dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif antara lain menambah keindahan pemandangan, menjaga keasrian lingkungan, dan membuat
udara menjadi segar sedangkan pilihan dampak negatif keberadaan Musiduga adalah menimbulkan sampah. Berikut persepsi multistakeholder mengenai
dampak keberadaan kawasan wisata Musiduga terhadap lingkungan sekitar:
Sumber: Data Primer, Diolah 2011
Gambar 11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Dampak Tempat Wisata
Musiduga terhadap Lingkungan Sekitar Keterangan:
A: Menambah Keindahan Pemandangan B: Menjaga Keasrian Lingkungan
C: Membuat segar udara sekitar D: Menimbulkan sampah
42 28,00
20,00 10,00
46,15 23,07
23,07 7,07
40,54 32,43
21,62 5,40
33,33 33,33
16,67 16,67
10 20
30 40
50 A
B C
D Instansi Terkait
Masyarakat Sekitar Pekerja
Pengunjung
Gambar 11 memperlihatkan bahwa multistakeholder pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait lebih memilih dampak positif daripada
dampak negatif dari kegiatan wisata Musiduga terhadap lingkungan. Dampak positif yaitu menambah keindahan pemandangan dan menjaga keasrian
lingkungan sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan sampah. Berdasarkan persepsi multistakeholder pengunjung, pekerja, masyarakat
sekitar, dan instansi terkait memilih bahwa keberadaan Musiduga memberikan dampak positif paling besar terhadap lingkungan yaitu menambah keindahan
pemandangan dengan persentase masing-masing pilihan 42, 46,15, 40,54 , dan 33,33. Multistakeholder juga memilih dampak positif yaitu menjaga
keasrian lingkungan dengan persentase masing-masing pilihan 28, 23,07, 32,43, dan 33,33. Selain itu, multistakeholder memilih dampak positif yaitu
membuat segar udara sekitar dengan persentase masing-masing pilihan 20,00, 23,07, 21,62, dan 16,67. Pihak pengunjung, pekerja, dan masyarakat sekitar
memilih dampak positif karena dengan adanya kawasan wisata Musiduga menambah keindahan pemandangan dengan adanya fasilitas dan sarana prasarana
yang tertata dengan baik di kawasan Musiduga, menjadikan lingkungan sekitar kawasan wisata Musiduga tetap asri, dan membuat udara sekitar kawasan wisata
menjadi segar. Menurut pihak Dinas Parsenibudpora, adanya obyek wisata alam yang terdapat pada kawasan wisata Musiduga memberikan keindahan
pemandangan terhadap lingkungan sekitar Musiduga sehingga menarik pengunjung untuk berkunjung ke kawasan wisata Musiduga.
Selain itu, pihak pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar, dan instansi terkait juga memberikan penilaian keberadaan Musiduga memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan yaitu timbulnya sampah masing-masing presentase pilihan 10,00, 7,07, 5,40, dan 16,67. Pihak pengunjung, pekerja,
masyarakat sekitar, dan instansi terkait memilih dampak negatif karena dengan adanya Musiduga dapat menimbulkan sampah walaupun jumlahnya tidak terlalu
besar yang dihasilkan dari kegiatan wisata di tempat tersebut.
6.4 Analisis Kemungkinan Masyarakat Penambang Emas Beralih Profesi
ke Kegiatan Wisata
Kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga telah berdampak terhadap kerusakan lingkungan, sementara itu terdapat potensi wisata
di kawasan Musiduga yang belum dikembangkan secara optimal dan masyarakat masih sedikit yang berusaha pada sektor tersebut. Diharapkan dengan
pengembangan dan pengelolaan yang optimal oleh Pemerintah Daerah, sektor wisata dapat menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat penambang emas untuk
beralih profesi ke kegiatan wisata. Usaha pengembangan sektor wisata secara optimal tentunya akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, dimana saat
ini masyarakat yang berusaha di sektor wisata masih sedikit sehingga dapat menjadi sebuah alternatif bagi penambang emas untuk dapat beralih profesi ke
sektor wisata tersebut.
6.4.1 Persepsi MultiStakeholder terhadap Kemungkinan Masyarakat
Penambang Emas Beralih Profesi ke Kegiatan Wisata
Analisis kemungkinan masyarakat penambang emas beralih profesi ke kegiatan wisata dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam kepada pihak
Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, Kantor Lingkungan Hidup, dan Wali Nagari. Secara keseluruhan semua pihak menyatakan bahwa
kemungkinan masyarakat untuk beralih profesi tersebut sulit dilakukan.