Persepsi HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1

6.2 Persepsi

Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan-Musiduga dianalisis dengan menggunakan persepsi multistakeholder masyarakat 50 responden, penambang emas 50 responden, dan instansi terkait delapan responden yaitu: Dinas Parsenibudpora, Dinas Pertambangan dan Energi, KLH, dan Wali Nagari. Berikut tabulasi persentase persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan Musiduga. Tabel 9. Distribusi Persepsi Multistakeholder terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Jenis Kerusakan Stakeholder Responden yang Menjawab Ya Orang Persentase Polusi air Masyarakat 43 86,00 Penambang emas 42 84,00 Instansi terkait 8 100,00 Total 93 90,00 Polusi suara Masyarakat 21 42,00 Penambang emas 22 44,00 Instansi terkait 4 50,00 Total 47 45,33 Polusi udara Masyarakat 15 30,00 Penambang emas 18 36,00 Instansi terkait 3 37,50 Total 36 34,5 Struktur tanah rusak Masyarakat 43 86,00 Penambang emas 42 84,00 Instansi terkait 8 100,00 Total 93 90,00 Mempengaruhi kehidupan biota Masyarakat 19 38,00 Penambang emas Instansi terkait 2 25,00 Total 21 21,00 Mempengaruhi kesehatan Masyarakat 6 12,00 Penambang emas 8 16,00 Instansi terkait 2 25,00 Total 16 17,67 Sumber: Data Primer, Diolah 2011 Berdasarkan tabulasi pada Tabel 9 dapat digambarkan persepsi multistakeholder terhadap adanya kerusakan lingkungan akibat penambangan emas ilegal seperti pada Gambar 3 berikut. Sumber : Data Primer, diolah 2011 Gambar 3. Persepsi Multistakeholder terhadap adanya Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Emas Ilegal Berdasarkan Gambar 3 terlihat persepsi multistakeholder masyarakat, penambang emas, dan instansi terkait menyatakan bahwa secara keseluruhan terjadi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas berupa polusi air dan struktur tanah menjadi rusak dengan persentase masing-masing sebesar 90. Alasan multistakeholder menyatakan terjadinya polusi air karena adanya kegiatan tambang emas mengakibatkan air Sungai Kuantan menjadi keruh dan kotor, sedangkan alasan bahwa kegiatan tambang emas mengakibatkan struktur tanah rusak adalah karena kegiatan tersebut mengakibatkan tebing-tebing di pinggir sungai runtuh akibat pengerukan untuk mencari lokasi yang mengandung emas. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa mayoritas masyarakat tidak bisa menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk mandi dan mengambil air minum. Selanjutnya Dinas Parsenibudpora menyatakan bahwa kegiatan penambangan emas ini dapat mengganggu kegiatan wisata di kawasan Musiduga. Air Sungai Kuantan yang keruh merusak pemandangan bagi pengunjung yang melakukan ataupun melihat atraksi arung jeram. 90 45,33 34,50 90 21 17,67 20 40 60 80 100 Polusi air Polusi suara Polusi udara Struktur tanah rusak Mempengaruhi kehidupan biota Mempengaruhi kesehatan Persepsi multistakeholder terhadap kerusakan lingkungan akibat adanya kegiatan tambang emas berupa polusi suara dan udara relatif kecil jika dibandingkan dengan polusi air dan struktur tanah yang rusak dengan persentase masing-masingnya 45,33 dan 34,50. Kebanyakan masyarakat yang dekat dengan lokasi kegiatan tambang emas ilegal telah merasakan dampak dari kegiatan tersebut. Mesin dan asap yang ditimbulkan kapal pengeruk emas menimbulkan kebisingan dan menjadikan udara kotor. Dampak negatif berupa polusi suara dan udara dirasakan oleh penambang emas khususnya penambang emas yang belum terbiasa berada dilokasi penambangan emas. Sementara penambang emas yang sudah lama sudah terbiasa mendengar suara bising dan menghirup udara yang berpolusi sehingga tidak dianggap sebagai gangguan lagi. Jarak yang sangat berdekatan antara penambang emas dengan sumber polusi yang berasal dari mesin kapal pengeruk emas dan hasil pembakarannya merupakan faktor utama dirasakannya dampak polusi ini bagi penambang emas. Menurut Wali Nagari dan Dinas Parsenibudpora kegiatan penambangan emas ilegal tersebut mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar lokasi tambang emas ilegal dan pengunjung wisata Musiduga. Dampak adanya kerusakan lingkungan akibat tambang emas ilegal yang merusak kehidupan biota memiliki persentase sebesar 21. Dampak negatif tersebut dirasakan oleh masyarakat yang biasa memancing di Sungai Kuantan karena mereka kesulitan mendapatkan ikan yang semakin sedikit. Bagi penambang emas menyatakan bahwa tidak mengetahui dampak negatif berupa merusak kehidupan biota akibat penambangan emas illegal yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang dampak negatif dari kegiatan penambangan emas tersebut. Menurut pihak KLH, terdapat potensi terhadap terganggunya kehidupan biota di Sungai Kuantan dimana hal ini masih dalam penelitian sehingga belum diketahui besarnya dampak tersebut terhadap kehidupan biota. Persentase persepsi multistakeholder terhadap kerusakan akibat penambangan emas berupa mempengaruhi kesehatan sebesar 17,67. Bagi beberapa masyarakat yang masih menggunakan air Sungai Kuantan untuk kebutuhannya mengakibatkan alergi. Begitu juga bagi beberapa penambang emas juga mengalami hal yang sama akibat air sungai yang kotor. Menurut Wali Nagari, beberapa masyarakat mengeluhkan air Sungai Kuantan yang mereka konsumsi telah tercemar akibat kegiatan penambangan emas ilegal sehingga mengakibatkan peyakit kulit seperti alergi dan gatal-gatal. Berdasarkan observasi lapang, kegiatan penambangan emas ilegal ini telah mengakibatkan pencemaran air akibat bahan bakar kapal tambang emas yang digunakan untuk mengeruk emas. Selain itu, tebing-tebing di tepi sungai menjadi runtuh akibat pengerukan tanah yang dilakukan oleh penambang emas. Asap dari kapal juga menimbulkan polusi udara yang mengakibatkan udara di sekeliling lokasi tambang emas menjadi berwarna hitam dan bau. Berikut adalah gambar kerusakan lingkungan akibat penambangan emas di kawasan Musiduga: Sumber : Data Primer 2011 Gambar 4. Pencemaran Sungai Kuantan Musiduga Akibat Kegiatan Penambangan Emas Ilegal

6.3 Analisis Potensi dan Dampak Ekonomi Lingkungan Kegiatan Wisata