Dalam matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu Rangkuti, 2006 :
1 Strategi S-O, strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
mendapatkan dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2
Strategi S-T, strategi ini menggunakan unsur kekuatan untuk mengatasi ancaman.
3 Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan meminimalkan unsur kelemahan. 4
Strategi W-T, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusan, dalam tahapan ini
perlu merujuk kembali matriks internal eksternal yang menghasilkan posisi sistem saat ini, dengan melihat posisi kuadran dari sistem sehingga dapat diketahui
kombinasi strategi yang tepat Marimin, 2004.
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kota Sibolga
Sibolga merupakan sentra produksi perikanan laut dan juga sentra distribusipemasaran hasil perikanan laut yang terletak di pantai Barat Indonesia
tepatnya berada di pantai Barat Sumatera. Luas wilayah Sibolga sebesar 10,77 km
2
atau 1.077 ha atau hanya sebesar 0,02 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara 7.168.000 ha, wilayah Sibolga terdiri dari daratan Sumatera seluas 889,16
ha dan daratan kepulauan 187,84 ha. Kota Sibolga berada antara 1 sampai 50 meter di atas permukaan laut sehingga termasuk dalam daerah daratan rendah.
Secara geografis Kota Sibolga terletak pada garis 1
o
44-1
o
52 Lintang Utara dan 98
o
47-98
o
50 Bujur Timur. Daerah Kota Sibolga memiliki batas sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah; sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah; dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk
Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. Daerah ini memiliki iklim tropis dengan suhu maksimum mencapai 32,3
o
C di bulan Mei 2009. Curah hujan di Kota Sibolga cenderung tidak teratur di
sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan September 2009 526,1 mm, hari hujan terbanyak berada di bulan Nopember 2009 25 hari. Sedangkan
Kecepatan angin tertinggi mencapai 8 knot bulan Juli – Agustus dan September dan terendah 6 knot terjadi di Bulan Februari – Juni dan Desember. Secara rata-
rata, tingkat kelembapan udara di Kota Sibolga cenderung merata. Tingkat kelembaban udara paling tinggi terjadi di bulan Nopember yaitu sebesar 86 mm
sedangkan yang paling rendah terjadi di Bulan Juni berkisar 76 mm BPS Kota Sibolga, 2010.
4.2 Kondisi Perikanan Tangkap
Daerah Sibolga merupakan salah satu daerah yang memiliki perairan laut di Provinsi Sumatera Utara. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan oleh
masyarakat nelayan dengan mempergunakan armada penangkapan dan alat
tangkap yang beraneka ragam. Hal ini disesuaikan dengan daerah tujuan penangkapan fishing ground dan jenis ikan yang menjadi target penangkapan.
4.2.1 Kapal Kegiatan penangkapan ikan merupakan sumber penghasilan utama
masyarakat pesisir Sibolga. Nelayan yang melakukan usaha penangkapan ikan biasanya mempergunakan kapal sebagai armada penangkapan untuk menuju
daerah fishing ground. Jenis armada perikanan yang ada diperairan laut Sibolga dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu: perahu tanpa motor, motor tempel,
kapal yang memiliki ukuran 0 sampai 30 GT. Kapal tanpa motor biasanya dipergunakan nelayan sebagai alat penggangkut
dari daerah fishing base menuju dermaga pada perairan yang memiliki kedalaman perairan yang tidak memadai sebagai tempat berlabuh kapal. Motor tempel
biasanya dipergunakan nelayan sebagai alat transportasi bagi nelayan yang mempergunakan alat tangkap bagan tancap dan gillnet. Kapal dengan ukuran 0
sampai 10 GT biasanya dipergunakan untuk mengoperasikan alat tangkap bubu, dan pancing. Kapal dengan ukuran 30 sampai 50 GT biasanya dipergunakan
untuk mengoperasikan pukat ikan, pukat cincin dan bagan apung. Jumlah dan jenis kapal di perairan Sibolga dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah dan jenis kapal di perairan Sibolga periode 2006-2010 Tahun Perahu
tanpa motor Motor
tempel Kapal
0-10 GT Kapal
10-30 GT Kapal
30-50 GT 2006 27 107 127
132 215
2007 27 136 161 125
137 2008 11 142 104
149 122
2009 53 151 69 149
122 2010 53 151 69
149 122
Sumber: Dinas perikanan dan kelautan kota Sibolga 2010
Perahu tanpa motor memiliki jumlah yang paling sedikit dibandingkan dengan perahu motor tempel dan kapal 0 sampai 50 GT. Tahun 2008 perahu
tanpa motor mengalami penurunan sebesar 16 unit sedangkan pada tahun 2009 sampai 2010 mengalami peningkatan sebesar 42 unit.
Motor tempel mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 hal ini disebabkan karena nelayan lebih memilih motor tempel untuk