Nelayan Kondisi Perikanan Tangkap

Tabel 8 Perbandingan antara lima model untuk menghitung stok ikan kerapu Model Kesesuaian tanda R 2 Rata-rata validasi C MSY E MSY Schnute Sesuai 0,17132 1,00000 3777,62 5650 Walter-Hilborn Sesuai 0,60766 0,28028 1408,37 2250 Equilibrium Schaefer Tidak sesuai - - - - Dis-equilibrium Schaefer Tidak sesuai - - - - Clark Yoshimato Pooley Tidak sesuai - - - - Perhitungan dengan mempergunakan model Walter-Hilborn menghasilkan nilai effort optimum sebanyak 2250 trip bubu per tahun dan catch MSY sebesar1408,38 tontahun. Gambar 10 menunjukkan grafik produksi surplus ikan kerapu. Data aktual hasil tangkapan ikan kerapu menunjukkan bahwa penangkapan belum mengalami batas over fishing, namun pada tahun 2006 effort telah melebihi batas optimum lestari. Gambar 10 Grafik maximum sustainable yield ikan kerapu di pantai Barat Sumatera. Hasil tangkapan ikan kerapu menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Penurunan jumlah upaya penangkapan ikan kerapu pada Tahun 2009 telah memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan jumlah hasil tangkapan. Pada tahun 2010 upaya penangkapan ikan kerapu mulai mengalami penurunan dan hasil tangkapan nelayan terhadap ikan kerapu tidak mengalami peningkatan. Perubahan hasil tangkapan ini menunjukkan 2006 2007 2008 2009 2010 500 1000 1500 1000 2000 3000 4000 5000 Produks i t on Effort bubu trip Data aktual Batas MSY Kurva produksi surplus bahwa pengoperasian alat tangkap terhadap sumberdaya ikan karang tidak semata- mata dipengaruhi oleh jumlah upaya penangkapan. Sesuai dengan pernyataan Cann 1990, profitabilitas sebuah alat tangkap sangat dipengaruhi oleh kemampuan alat tangkap dalam menghasilkan ikan target. Ikan kerapu yang tertangkap oleh bubu di pantai Barat Sumatera kemungkinan besar telah berada pada ukuran yang layak tangkap, sehingga penurunan upaya penangkapan kerapu dengan bubu justru memberikan kesempatan kepada ikan berukuran besar untuk masuk ke dalam perangkap. Hal ini semakin diperkuat dengan hasil pengukuran kerapu yang didominasi pada ukuran melebihi nilai length at first maturity. Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang banyak ditemukan pada daerah karang di paparan benua tropis Lounghurst dan Pauly, 1987. Sesuai dengan pernyataan ini, pantai Barat Sumatera merupakan ekosistem yang cukup baik untuk pertumbuhan ikan karang. Hal ini diperkuat dengan hasil tangkapan nelayan yang mampu menangkap ikan kerapu sepanjang tahun tanpa adanya pengaruh musim. Ikan kerapu tergolong pada kelompok ikan demersal yang hidup menetap dan memiliki pola gerak yang cenderung lambat. Ikan demersal dengan pola gerak seperti ini akan memiliki kandungan eritrosit dan haemoglobin yang relatif lebih rendah Techilina, 1992. Sifat ikan yang memiliki pola gerak lambat akan mempengaruhi pola migrasinya, sehingga ikan kerapu cenderung tertangkap sepanjang tahun pada bubu yang ditempatkan di sekitar karang.

5.1.4 Ikan kuwe Caranx sexfasciatus

Ikan kuwe merupakan ikan demersal yang hidup berasosiasi dengan karang. Pukat ikan merupakan alat tangkap standar yang dapat digunakan untuk menangkap ikan kuwe di pantai Barat Sumatera. Untuk menghitung hasil tangkapan per unit upaya penangkapan atau catch per unit effort CPUE maka diperlukan data hasil tangkapan dan effort. Alat yang dipergunakan nelayan Sibolga untuk menangkap ikan kuwe antara lain: pukat ikan, pukat cincin, jaring insang, pancing ulur dan bubu. Hasil tangkapan ikan kuwe yang didaratkan di Sibolga dari tahun 2006 sampai dengan 2010 adalah: 17,5, 22,8, 17,3, 23,5 dan 19. Pada tahun 2009 merupakan