Pengembangan Perikanan The utilization and development strategy of demersal fisheries in Sibolga, North Sumatera Province

produksi, ini berarti perikanan tersebut berada dalam keadaan equilibrium atau seimbang. Upaya penangkapan harus mengalami perubahan substansial selama waktu yang dicakup Sparre dan Vanema 1999. Asumsi yang digunakan dalam model surplus produksi adalah: 1 Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal tanpa memperhatikan struktur populasinya, 2 Penyebaran ikan pada setiap periode dalam wilayah perairan dianggap merata 3 Stok ikan dalam keadaan seimbang steady state 4 Masing-masing unit penangkapan ikan memiliki kemampuan yang sama untuk menangkap ikan. Metode surplus produksi terdiri dari model Schaefer dan Fox, menurut Spaerre dan Vanema 1999 tidak dapat dibuktikan kalau salah satu model tersebut lebih baik dari model yang lainnya. Langkah-langkah dalam metode surplus produksi adalah: 1 Tabulasi hasil tangkapan dan upaya penanfkapan effort dan kemudian dihitung nilai CPUE 2 Pengeplotan nilai effort f terhadap nilai CPUE cf dan menduga nilai intercept a dan slope b dengan regresi linier Y= a+bX 3 Pendugaan potensi lestari MSY

2.6 Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan secara umum adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertumbuhan dalam individu adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino protein yang berasal dari makanan. Bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak terpakai Effendie, 1997. Lebih lanjut Effendi 1997 menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dalam keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit dan faktor luar makanan, suhu perairan dan faktor-faktor kimia, 1 Keturunan Faktor keturunan dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang memiliki pertumbuhan paling baik untuk dijadikan sebagai induk sehingga akan menghasilkan keturunan yang baik juga berbeda jika kondisi ikan hidup di alam maka faktor keturunan tidak dapat dikontrol. 2 Sex Faktor ini tidak dapat dikontrol karena ada ikan betina yang memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari ikan jantan atau sebaliknya, ada pula spesies ikan yang tidak memiliki perbedaan pertumbuhan antara ikan betina dan jantan. 3 Umur Umur sangat berperan pada pertumbuhan dimana pertumbuhan cepat terjadi pada ikan berumur 3-5 tahun. Pada ikan tua walaupun pertumbuhan terus terjadi tetapi akan berjalan sangat lambat karena sebagian besar makanan digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kalinya menjadikan pertumbuhan menjadi sangat lambat, sebagian dari makanan tertuju untuk perkembangan gonad. 4 Parasit dan penyakit Dalam pertumbuhan parasit dan penyakit juga mempengaruhi terutama jika menyerang alat pencernaan makanan atau organ lain yang vital sehingga efisiensi berkurang karena kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan, namun sebaliknya pada ikan yang diserang oleh parasit yang tidak begitu hebat menyebabkan pertumbuhan ikan tersebut lebih baik dari pada ikan yang tidak diserang parasit, hal ini terjadi karena ikan lebih banyak mengambil makanan dari biasanya sehingga terdapat kelebihan makanan untuk pertumuhan. 5 Makanan Makanan yang berlebih akan menyebabkan pertumbuhan lebih pesat. Terlalu banyak individu dalam suatu perairan akan menyebabkan kompetisi terhadap makanan sehingga dalam suatu keturunan ditemukan ikan dengan ukuran yang bervariasi. 6 Suhu perairan Pada daerah yang bermusin empat dapat ditemukan suhu perairan yang turun di bawah 10 o C maka ikan perairan panas yang berada di daerah tersebut akan berhenti mengambil makanan atau mengambil makan hanya sedikit saja untuk keperluan mempertahankan kondisi tubuh. Apabila ada ikan pada daerah tropik dapat mencapai 30 cm dengan berat 1kg dalam 1 tahun maka ikan yang sama spesiesnya di daerah bermusim empat ukuran tersebut dapat dicapai pada waktu dua atau tiga tahun. 7 Faktor-faktor kimia Pertumbuhan juga dipengaruhi faktor-faktor kimia seperti oksigen, karbon dioksida, hidrogen, sulfida, keasaman dan alkalinitas. Dalam keadaan ekstrim faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat hebat terhadap makanan sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan, misalnya di bagian dasar suatu perairan terdapat hidrogen sulfida dan methana sehingga banyak ikan akan lari kepermukaan, karena ruang gerak semakin sempit akan terjadi kompetisi terhadap makanan sehingga menyebabkan pertumbuhan terganggu. Pada hubungan panjang-berat maka berat dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang. Harga n atau b ialah harga pangkat yang harus cocok dengan panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan menurut Carlander, 1969 dalam Effendie 1997 bahwa harga eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2-4,0, namun kebanyakan berkisar 2,4-3,5. Bilamana harga n atau b sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya atau dengan kata lain pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya atau sering disebut dengan istilah pertumbuhan isometrik. Sedangkan apabila harga n atau b lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan allometrik negatif yang artinya suatu keadaan ikan yang mana pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan beratnya, jika sebaliknya harga n atau b lebih besar dari 3 maka dinamakan pertumbuhan allometrik positif yang artinya ikan tersebut montok atau pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya. 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data untuk kebutuhan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011 bertempat di Sibolga Propinsi Sumatera Utara Gambar 3. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan melakukan pengukuran terhadap 4 jenis ikan ekonomis penting, yaitu ikan kakap merah Lutjanus malabaricus, kakap putih Lates calcarifer, kerapu sunu Plectropormus leopardus dan kuwe Caranx sexfasciatus.

3.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain: 1 Pengumpulan data hasil tangkapan, armada dan alat tangkap yang dipergunakan nelayan Sibolga untuk menangkap ikan kakap merah, kakap putih, kerapu sunu dan kuwe; 2 Mengestimasi tingkat upaya pemanfaatan ikan kakap merah, kakap putih, kerapu sunu dan kuwe di Perairan pantai Barat Sumatera; 3 Mengukur panjang dan berat ikan kakap merah, kakap putih, kerapu sunu dan kuwe hasil tangkapan bubu dan pancing yang didaratkan di Sibolga; 4 Menghitung pola pertumbuhan ikan kakap merah, kakap putih, kerapu sunu dan kuwe hasil tangkapan bubu dan pancing yang didaratkan di Sibolga; 5 Merumuskan suatu strategi pengembangan perikanan demersal dengan menggunakan analisis SWOT. Gambar 4 Diagram alir tahapan penelitian. Menyusun strategi pengembangan perikanan demersal di perairan Sibolga Pengumpulan data lapangan tentang kondisi kegiatan perikanan demersal: 1. Hasil tangkapan dan tingkat pemanfaatan ikan demersal di Sibolga 2. Keragaan armada dan alat penangkap ikan demersal 3. Keadaan nelayan penangkap ikan demersal 4. Kebijakan pemerintah untuk perikanan demersal Mulai Pendugaan potensi perikanan demersal Metode surplus produksi Analisis hasil tangkapan ikan demersal Hubungan panjang-berat Analisis Strategi pengembangan perikanan demersal Analisis SWOT Selesai

3.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung terhadap panjang dan berat ikan hasil tangkapan nelayan yang mempergunakan alat tangkap bubu dan pancing. Sampel yang dikumpulkan sebanyak 75 ekor ikan per spesies dari setiap jenis alat tangkap. Pengambilan sampel terhadap armada penangkapan yang mengoperasikan bubu dan pancing sebanyak 5 trip. Wawancara dilakukan dengan mempergunakan kuesioner terhadap pihak terkait yang dibagi menjadi: nelayan bubu dan pancing, pedagang, stakeholder Dinas perikanan Sibolga, PPN, Tangkahan dan Pol-Air dan pihak akademisi Tabel 1. Tabel 1 Responden dan jumlah sampel responden No Responden Jumlah sampel orang 1 Nelayan bubu 4 2 Nelayan pancing 4 3 Pedagang 2 4 Dinas perikanan Kota Sibolga 2 5 Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga 2 6 Tangkahan Pelabuhan swasta 2 7 Pol-Air 2 8 Akademisi 3 Sumber: Data primer 2011 Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait berupa laporan statistik perikanan dari tahun 2006 sampai 2010 Tabel 2.