4.2. Tenaga Kerja
Masalah ketenagakerjaan merupakan bagian dari fenomena kependudukan, yang menjadi bagian dalam permasalahan sosial. Namun
masalah ini tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan perekonomian karena dengan bertambahnya jumlah penduduk, konsekuensi logis yang akan dihadapi adalah
bertambahnya jumlah penduduk usia kerja, yang merupakan faktor produksi. Bertambahnya penduduk usia kerja tidak menjamin meningkatnya kesejahteraan
penduduk karena ketersediaan lapangan kerja yang terbatas. Munculnya usia kerja yang tidak bekerja inilah yang sering menimbulkan masalah yang kompleks, yaitu
pengangguran. Oleh karena itu ukuran tenaga kerja secara agregat sangat berkaitan dengan produktivitas perekonomian. Bagan tentang ketenagakerjaan
dapat ditunjukkan pada Gambar 4.2 dengan menggunakan konsep pendekatan angkatan kerja labour force approach.
Persentase penduduk usia kerja yang termasuk dalam angkatan kerja merupakan indikator penting perekonomian yang disebut TPAK Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja. Angkatan kerja yang bekerja merupakan tenaga kerja yang menjadi faktor produksi yang penting dalam kegiatan perekonomian,
sedangkan angkatan kerja yang tidak bekerja disebut pengangguran, yang terdiri dari pengangguran terpaksa dan pengangguran terselubung. Beban sosial
dan tingkat ketergantungan ekonomi yang tinggi dapat dilihat dengan semakin kecilnya jumlah tenaga kerja di suatu wilayah.
Penduduk Usia Kerja
Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja
Mengurus rumah tangga
Alasan lainnya Sekolah
Bekerja Pengangguran
Under utilized Fully utilized
Under utilized by hour
Under utilized by mismatch
Under utilized by income
Sumber: BPS, 2008 Gambar 4.2. Bagan Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan
Kerja Menurut Konsep Labour Force Approach
Penduduk yang besar sebenarnya dapat menjadi modal pembangunan yang potensial apabila kualitasnya baik. Sebaliknya, jumlah penduduk yang terlalu
besar dan tidak diimbangi dengan kemampuan produktivitas yang tinggi akan menimbulkan dampak yang kompleks di segala bidang karena beban
ketergantungan yang tinggi. Beban ketergantungan ini dapat dikurangi jika
persentase penduduk yang bekerja semakin bertambah. Oleh karena itu jumlah tenaga kerja perlu dipantau perkembangannya sehingga masalah-masalah
ekonomi yang diakibatkan fenomena kependudukan ini dapat diantisipasi. Berdasarkan trend jumlah tenaga kerja per tahun, terlihat bahwa jumlah
tenaga kerja Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2003 justru menurun cukup tajam secara nasional.
Penurunan ini dapat dipulihkan pada tahun-tahun berikutnya, bahkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan yang cukup tinggi hingga jumlahnya mencapai
hampir seratus juta pekerja 99,93 juta jiwa.
Sumber: BPS, 1995 – 2007
Gambar 4.3. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia, Tahun 1995 – 2007 Juta Jiwa
Jumlah tenaga kerja Indonesia ternyata tidak merata tersebar di seluruh provinsi. Populasi terbesar berada di Propinsi Jawa Barat termasuk Banten,
Jawa Timur dan Jawa Tengah, dengan jumlah tenaga kerja mencapai lebih dari
54 persen total tenaga kerja Indonesia. Hal ini disebabkan berdirinya pusat- pusat industri besar padat karya yang terkonsentrasi di provinsi-provinsi
tersebut. DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian hanya mempunyai jumlah tenaga kerja sebesar 3,84 juta 3,85 persen. Tenaga kerja di provinsi-provinsi
lainnya tidak ada yang mencapai lima juta jiwa kecuali Provinsi Sumatera Utara 5,08 juta tenaga kerja. Data ini mengindikasikan bahwa penyebaran kegiatan
perekonomian di Indonesia masih belum merata di seluruh provinsi.
Sumber: BPS, 1995 – 2007
Gambar 4.4. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Provinsi, Tahun 2007 Juta Jiwa
Keterangan: 1.
Nanggroe Aceh Darussalam 2.
Sumatera Utara 3.
Sumatera Barat 4.
Riau termasuk Kepulauan Riau 5.
Jambi 6.
Sumatera Selatan termasuk Kepulauan Bangka
Belitung 7.
Bengkulu 8.
Lampung 9.
DKI Jakarta 10.
Jawa Barat termasuk Banten 11.
Jawa Tengah 12.
Daerah Istimewa Yogyakarta 13.
Jawa Timur 14.
Bali 15.
Nusa Tenggara Barat 16.
Nusa Tenggara Timur 17.
Kalimantan Barat 18.
Kalimantan Tengah 19.
Kalimantan Selatan 20.
Kalimantan Timur 21.
Sulawesi Utara termasuk Gorontalo 22.
Sulawesi Tengah 23.
Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat
24. Sulawesi Tenggara
25. Maluku termasuk Maluku Utara
26. Papua termasuk Papua Barat
4.3. Pembangunan Infrastruktur Jalan