baik dan sedang. Jalan yang kondisinya rusak ringan dan rusak berat tidak digunakan karena keduanya dianggap tidak memiliki nilai
ekonomis yang tinggi terhadap proses produksi dan produktivitas ekonomi.
listrik = energi listrik yang terjual PLN KWh per tenaga kerja di setiap provinsi.
air = air bersih yang disalurkan oleh PDAM m
3
per tenaga kerja di setiap provinsi.
kes = jumlah rumah sakit dan puskesmas unit per tenaga kerja di setiap
provinsi.
3.4. Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan data series selama 13 tahun yaitu data dari tahun 1995 sampai dengan 2007 dengan cakupan wilayah meliputi seluruh
Indonesia sebanyak 26 provinsi. Untuk menjamin data seriesnya, data provinsi-provinsi pemekaran digabungkan dengan provinsi induknya. Provinsi-
provinsi tersebut adalah: a
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam b
Provinsi Sumatera Utara c
Provinsi Sumatera Barat d
Provinsi Riau termasuk Provinsi Kepulauan Riau e
Provinsi Jambi f
Provinsi Sumatera Selatan termasuk Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung g
Provinsi Bengkulu h
Provinsi Lampung i
Provinsi DKI Jakarta j
Provinsi Jawa Barat termasuk Provinsi Banten k
Provinsi Jawa Tengah l
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta m
Provinsi Jawa Timur n
Provinsi Bali o
Provinsi Nusa Tenggara Barat p
Provinsi Nusa Tenggara Timur q
Provinsi Kalimantan Barat r
Provinsi Kalimantan Tengah s
Provinsi Kalimantan Selatan t
Provinsi Kalimantan Timur u
Provinsi Sulawesi Utara termasuk Provinsi Gorontalo v
Provinsi Sulawesi Tengah w
Provinsi Sulawesi Selatan termasuk Provinsi Sulawesi Barat x
Provinsi Sulawesi Tenggara y
Provinsi Maluku termasuk Provinsi Maluku Utara z
Provinsi Papua termasuk Provinsi Papua Barat. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
• Variabel dependen yaitu PDRB riil per tenaga kerja, dihitung dengan membandingkan nilai tambah bruto dalam kegiatan ekonomi di suatu
wilayah PDRB dengan jumlah tenaga kerja di setiap provinsi di Indonesia. Walaupun publikasi data terbaru menggunakan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan ADHK tahun 2000, namun dalam penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK tahun 1993
karena ada data tahun 1995 – 1999, yang tidak tepat kalau dikonversi dengan tahun dasar sesudah tahun tersebut. Produktivitas ekonomi
dilihat dari koefisien variabel PDRB riil per tenaga kerja, yang menunjukkan kenaikan variabel dependen jika variabel independen
meningkat sebesar satu satuan. • Variabel independen infrastruktur yang akan dikaji meliputi
infrastruktur ekonomi yang meliputi variabel jalan, listrik dan air bersih serta infrastruktur sosial yang diwakili oleh variabel kesehatan, dengan
uraian sebagai berikut: a.
Variabel jalan yang digunakan adalah panjang jalan total baik yang diaspal maupun tidak kerikil dan tanah, yang meliputi jalan negara,
jalan provinsi dan jalan kabupaten, dengan kondisi baik dan sedang. Pemilihan ini berdasarkan pemikiran bahwa jalan dengan kondisi
baik dan sedang lebih memiliki sumbangan terhadap produktivitas ekonomi suatu daerah dibandingkan dengan jalan yang rusak dan
rusak berat. Penelitian ini tidak memisahkan panjang jalan tol yang dibangun oleh badan usaha tertentu yang telah ditunjuk oleh
pemerintah, karena kecilnya jumlah panjang jalan tol keseluruhan hanya 0,17 persen pada tahun 2004 dan keberadaannya hanya ada
di perkotaan saja. b.
Variabel listrik yang digunakan adalah keseluruhan energi listrik yang dijual PLN kepada pelanggan, baik yang disalurkan kepada
rumah tangga, industri, bisnis, sosial, gedung kantor pemerintahan maupun untuk penerangan umum.
c. Variabel air bersih yang digunakan adalah kapasitas air bersih yang
disalurkan PDAM. d.
Variabel kesehatan yang digunakan yaitu jumlah rumah sakit dan puskesmas. Jumlah rumah sakit yang dimaksudkan adalah total
jumlah rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, misalnya rumah sakit khusus bersalin, jantung, kanker, gigi dan ibu anak. Penelitian
ini tidak memisahkan pelayanan rumah sakit yang diselenggarakan pemerintah dan swasta karena ingin melihat akses masyarakat
terhadap fasilitas kesehatan dan kecilnya jumlah rumah sakit nasional dibandingkan dengan total sarana kesehatan yang dikaji
jumlah keseluruhan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta hanya berkisar 13 sampai dengan 15 persen dibandingkan dengan
jumlah sarana kesehatan nasional yang diteliti. Penelitian ini memasukkan puskesmas ke dalam variabel sarana kesehatan dengan
pemikiran bahwa keberadaan puskesmas lebih mudah dijangkau oleh masyarakat kalangan miskin di daerah-daerah, sehingga diharapkan
dapat mewakili fasilitas kesehatan secara representatif.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia masih digunakan sebagai ukuran kinerja pembangunan. Ukuran ini dihitung dari PDRB
Atas Dasar Harga Konstan yang menunjukkan peningkatan output ekonomi dari tahun ke tahun setelah menghilangkan unsur inflasi kenaikan harga secara terus-
menerus. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,32 persen secara keseluruhan dan sebesar 6,92 persen jika dihitung tanpa minyak dan
gas. Peningkatan output dari aktivitas ekonomi di Indonesia dalam jangka
panjang berfluktuasi sesuai dengan kondisi politik dan ekonomi yang memengaruhinya. Selama kurun waktu 1996 – 2007, perekonomian Indonesia
pernah mengalami kontraksi karena masa krisis moneter pada tahun 1997 – 1999 yang berdampak di seluruh wilayah Indonesia walaupun dengan intensitas yang
berbeda-beda. Secara nasional, pertumbuhan ekonomi turun hingga mencapai puncaknya sebesar -11,08 persen pada tahun 1998 yang ditunjukkan dengan grafik
yang mengalami penurunan cukup curam sebagaimana pada Gambar 4.1. Goncangan krisis moneter baru bisa dipulihkan dalam dua tahun pada tahun 2000.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif meningkat secara signifikan dan stabil pada tahun-tahun selanjutnya sampai dengan tahun 2007.